Meski menjadi orang sukses dan kaya raya, mantan Wali Kota Bima H.M. Qurais H. Abidin masih tampak sederhana. Kusen, daun pintu dan keramik rumahnya masih pakai yang dulu. (sarwon/lakeynews.com)

Sukses-Kaya Raya, tetap Sederhana, Masih Tempati Rumah Lama

Catatan:

Sarwon Al Khan, Kota Bima

H.M. QURAIS H. ABIDIN akrab disapa Abah Qurais atau Aji Qurais. Dia Wali Kota kedua bagi Kota Bima, setelah almarhum H.M. Nur A. Latif (Noli). Abah Qurais menjabat wali kota satu periode lebih, 2010-2018. Didampingi adiknya, H.A. Rahman H. Abidin sebagai Wakil Wali Kota.

Dari beberapa referensi yang saya himpun, pria kelahiran Bima, 5 Juli 1962 ini awalnya menjabat Wakil Wali Kota (Wawali), mendampingi Noli pada periode 2008-2013.

Almarhum Noli sendiri menjabat Wali Kota lebih dari satu periode, dari dua periode. Periode pertama, 2003-2008 berpasangan dengan Wawali H. Umar H. Abubakar.

Pada periode kedua, 2008-2013, Noli berpasangan dengan Abah Qurais sebagai Wawali-nya. Namun, pada 6 Maret 2010, Noli wafat dan Abah Qurais-lah sebagai Wali Kota hingga akhir masa jabatan, 2013.

Sedangkan untuk menggantikan Qurais di posisi Wawali, partai-partai pengusung Latif-Qurais saat itu mengusulkan H.A. Rahman H. Abidin. Sosok Rahman akhirnya diangkat dan dilantik kala itu. Saat ini, Rahman menjabat anggota DPRD NTB dari Partai Demokrat utusan Dapil VI (Kabupaten Bima, Kota Bima dan Kabupaten Dompu).

Baca juga: Menemui Abah Qurais, Setelah 22 Tahun Berpisah (1)

Selanjutnya, pada Pilkada Wali Kota/Wawali Bima Periode 2013-2018, Qurais kembali maju bersama adiknya Rahman dan menang. Rakyat Kota Bima memberikan suara terbanyak. Pasangan Qurais-Rahman kembali dilantik dan memimpin kota di NTB bagian timur itu.

Abah Qurais mengenyam pendidikan dasar di SD Nagasari, Banjarmasin (1968-1974). Sedangkan SMP dan SMA ditempuh di daerah kelahirannya, Bima. Yakni di SMPN 1 Bima (1975-1977) dan di SMAN Bima (1978-1981).

Selepas SMA, Abah Qurais kembali merantau. Saat itu ke Surabaya. Di sana kuliah dan menimba ilmu di dua perguruan tinggi sekaligus. Yakni di Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya, 1981.

Setahun kemudian, 1982 mendaftar dan masuk lagi di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. “Saya kuliah rangkap, bersamaan,” tutur Abah Qurais.

Sayangnya, pada akhirnya kedua-duanya tidak sempat diselesaikan. Abah Qurais harus pulang lagi ke Bima untuk menggatikan posisi orang tua yang meninggal dunia tahun 1985. “Saya melanjutkan kegiatan usaha perdagangan almarhum orang tua (H. Abidin),” jelasnya.

Dia memiliki jiwa sebagai pengusaha. Mengikuti jejak sang ayah H. Abidin. Dikenal dengan panggilan H. Bide, salah seorang pengusaha sukses dan cukup tersohor di Bima-Dompu.

Masih tetap Sederhana

Abah Qurais sungguh-sungguh dan serius menekuni dunia bisnis. Hasilnya gemilang. Selain meraih dan menduduki beberapa posisi penting, juga sukses mendirikan sejumlah perusahaan.

Saat ini, antara lain, sebagai Direktur PT. Tegas Budi Utama (1997- Sekarang), Direktur Operasional PT. Bina Mandiri (2000-2005), Direktur PT. Safiry Gas Bima-Dompu, Direktur SPBU Amahami Bima dan Direktur SPBU Panda Bima. Selain itu, menjadi Ketua IPHI Kota Bima (2007- sekarang);

Di dunia politik, Abah Qurais pun mempunyai karir yang menakjubkan. Diantaranya, nenjadi pengurus Partai Golkar Kabupaten Bima, Ketua Partai Demokrat Kota Bima, Wawali dan Wali Kota Bima dan lainnya.

Di luar hal-hal yang disebutkan di atas, Abah Qurais juga menggemari dunia olahraga, terutama permainan sepak bola. Hal itu jugalah yang mengantarkannya dipercaya sebagai Ketua Persebi (Klub Sepak Bola) Kabupaten Bima Periode 1987-1993 dan Wakil Ketua PSSI NTB Periode 1993-1997.

Meski sukses dan kaya raya, Abah Qurais tetap hidup sederhana. Tempat tinggalnya sekarang pun masih rumah lama. Kusen, daun pintu, atap dan keramik rumah masih sama dengan puluhan tahun lalu.

Selepas menjabat Wali Kota Bima, H.M. Qurais H. Abidin tetap menempati rumahnya yang lama. Tampak bagian depan rumah itu dipotret dari sebelah jalan raya. (sarwon/lakeynews.com)

Tidak ada perubahan berarti pada bangunan rumah yang menghabiskan lima are dari lahan pekarangan 11 are tersebut. Kalaupun ada, hanya berupa perbaikan dan penataan. Seperti pada halaman dan teras rumah.

Keramik di ruang tamu misalnya. Rumah Abah Qurais belum diganti. Masih memakai keramik lama, warna putih polos, ukuran sekitar 30 x 30 centimeter.

“Ini keramik lama tapi masih baik dan bagus, kok. Jadi, ngapain saya bongkar-bongkar atau ganti,” kata Abah Qurais dengan suara khas tinggi sembari menunjuk keramik-keramik yang sudah tak baru lagi itu.

Kecuali pagar yang tampak telah direnovasi. Dulu pagar menggunakan potongan-potongan besi yang runcing atasnya. Namun, ketika saya berkunjung pada Senin (25/4) pagi, terlihat sudah dipondasi agak kuat.

Setengah pada bagian bawah pagar itu sudah ditembok bercat putih. Sedangkan di bagian atasnya disambungkan potongan besi. Untuk menutupi lubang di sela-sela besi, sepanjang pagar dipasang seng plastik transparan.

Yang juga diperbarui adalah garasi mobil. Letaknya di pojok barat halaman rumah, persis di bagian dalam pintu gerbang. Tanpa dinding di bagian dalam. Kecuali sisi barat karena langsung tembok pagar dan sebelah utara tembok rumah.

Garasi yang hanya mempunyai atap tersebut hanya bisa menampung satu mobil. Di dalam garasi saat itu juga terlihat cuma terparkir satu mobil jenis Toyota.

Oh iya, satu lagi. Pada pojok selatan halaman depan rumah, sejak beberapa tahun lalu telah ditempatkan sebuah berugak ukuran sederhana. Bentuk dan coraknyapun biasa-biasa saja. (habis)