

Iskandar PAS: Dinsos Harus Turun ke Lapangan, Jangan Tunggu Laporan di Meja
–
Laporan:
Sarwon Al Khan, Dompu
–
PASANGAN suami-istri (Pasutri) Hasan Usman (58) dan Rostina (56), salah satu potret kepala keluarga (KK) miskin yang masih terabaikan di Kabupaten Dompu, Provinsi NTB.
Parahnya, berbagai program untuk warga miskin yang digelontorkan pemerintah selama ini, rumah tangga Hasan-Rostina selalu luput dari perhatian.
Apapun bantuan, mulai dari pemerintah desa, kabupaten, provinsi hingga pusat, tidak satupun yang nyantol ke warga ini.
Apalagi dimasa-masa pandemi Covid-19 ini, tentu kondisi ekonomi dan kehidupan Hasan-Rostina makin terjepit dan terhimpit. Nurani penyelenggara pemerintahan, dari tingkat bawah hingga atas, betul-betul diharapkan tersentuh.
Hasan-Rostina merupakan warga Dusun Daha Timur, Desa Daha, Kecamatan Hu’u, Kabupaten Dompu. Mereka tinggal di sebuah rumah yang tepat dinilai tidak layak huni.
Akun medsos FB Budhyn Nsq sempat mengunggah kondisi rumah Hasan-Rostina. Dari beberapa gambar tersebut, tampak kondisi yang begitu memilukan.
Untuk meminimalisir interpretasi yang keliru atau berlebihan, para pembaca dapat melihat dan mencermati gambar-gambar yang diunggah dalam berita ini.
Pasutri Hasan-Rostina bukan hanya tidak pernah menerima (mendapatkan) bantuan sosial, seperti PKH, Sembako, JPS apapun (non kesehatan) dan lainnya. Program “rumah layak huni” pun tidak sempat menyasar mereka.
“Apakah rumah Hasan-Rostina di Desa Daha ini masuk kriteria Rumah Layak Huni, sehingga tidak mendapatkan program rumah bantuan,” tanya Budhyn.
Seharusnya warga yang tidak bisa bersuara karena keterbatasan seperti inilah yang diperjuangkan untuk mendapat bantuan.
Hal tersebut cukup memantik anggota DPRD Dompu Iskandar, S.Pd. Wakil rakyat utusan Dapil Kecamatan Hu’u, Pajo dan Dompu.
Pria yang akrab disapa Iskandar PAS mengaku mengetahui persis kondisi salah satu KK di Dapilnya itu. Menurutnya, rumah tersebut dihuni enam jiwa (Hasan-Rostina dan empat anaknya).
Iskandar lalu menceritakan secara singkat kehidupan Hasan-Rostina.
Hasan asli Daha. Sedangkan istrinya, Rostina merupakan muallaf dari Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mata pencaharian Hasan, mengangkat pasir dan batu di sungai. Pasir dan batu yang diambil setiap hari dijual kepada orang-orang yang membutuhkan.
Iskandar tidak menyebut berapa rata-rata penghasilan Hasan setiap hari. Menurutnya, uang dari hasil penjualan pasir dan batu tidak menentu. Kalaupun ada, tidak cukup memenuhi kebutuhan hidup bagi enam orang sehari-hari.
Yang memprihatinkan, si Rostina mengalami suatu penyakit dan kronis. “Beberapa waktu lalu, pernah saya bawa ke RSUD Dompu,” tutur Iskandar pada Lakeynews.com.
Pihak RSUD Dompu merujuk Rostina agar berobat lebih lanjut dan dilakukan operasi ke RSU Provinsi NTB di Mataram. “Tapi sampai sekarang belum jadi dibawa ke Mataram karena kendala ekonominya,” papar Iskandar.
Perhatian pemerintah maupun donatur masih minim. Bahkan, sejak adanya program-program bantuan dari pemerintah (sekali lagi) tidak pernah melirik rumah tangga Hasan-Rostina.
Iskandar menegaskan, selama ini, Hasan-Rostina tidak pernah menerima bantuan mulai dari pemerintah desa, daerah hingga pusat.
“Mereka tidak pernah dapat bantuan. Apalagi yang namanya bantuan PKH, Sembako dan lainnya, tidak ada sama sekali,” tegasnya.

Yang ngetren sekarang, ada BLT (bantuan langsung tunai), JPS Gemilang, JPS Terpijar dan lainnya. “Kita berharap, semoga saja Hasan-Rostina dapat bantuan untuk meringankan bebannya dalam situasi wabah corona ini,” sambung politisi PKS yang dikenal memiliki jiwa sosial tinggi itu.
Kehidupan Hasan-Rostina merupakan satu dari sekian banyak KK miskin yang ada di Kabupaten Dompu. Potret buram yang terus mewarnai jika tidak segera teratasi dan tertangani.
Terkait hal ini, Iskandar memberikan saran dan catatan kritis kepada Pemkab Dompu melalui Dinas Sosial (Dinsos).
Menurutnya, lembaga dan kepala Dinsos diharapkan turun langsung ke lapangan. Terjun untuk mengetahui dan memastikan masih adanya warga miskin. Warga yang sampai sekarang luput dari perhatian pemerintah.
“Kepala Dinas Sosial harus benar-benar memastikan, bahwa ternyata masih ada warganya yang mengalami kesenjangan sosial yang begitu tajam. Dan, harus segera dilayani,” desaknya.
Bukan itu saja. Dinsos harus mencocokkan data yang disampaikan pemerintah desa, dengan fakta riil di lapangan.
“Jangan menerima begitu saja laporan dari desa. Tidak cukup menerima laporan di balik meja. Turun langsung ke lapangan,” tegas lelaki yang dalam usia muda sudah sukses dalam dunia usaha ini.
Kalau turun langsung pasti mengetahui kondisi di lapangan sesungguhnya. Misalnya masalah di atas dan begitu banyak warga kurang mampu, kaum lemah yang belum mendapat sentuhan perhatian pemerintah.
Hingga tulisan ini diunggah, Pemerintah Desa Daha dan Pemerintah Daerah (Dinas Sosial) Kabupaten Dompu masih diupayakan konfirmasinya. (*)
One thought on “Pasutri Hasan-Rostina, Potret Warga Miskin Dompu yang Terabaikan”