

Tak Terpengaruh Politik, Burhanuddin Bekerja Profesional – Sesuai SOP
–
Orangnya sederhana dan supel. Pribadi yang rendah hati dan bersahabat. Tidak cenderung mengumbar kehebatan di hadapan lawan bicara, meski cukup dikenal dan diakui sebagai “jaksa hebat”.
***
ITULAH sekelumit yang tergambar dari sosok Burhanuddin, SH, MH, Kepala Kejaksaan Negeri (Kajari) Dompu yang baru, ketika ditemui Lakeynews di rumah dinasnya, Rabu (19/6/2024) malam.
Pak Bur (sapaan akrab Burhanuddin) dipromosi sebagai Kajari Dompu, menggantikan Dr. M. Carel W, SH, MH yang kini dimutasi menjadi Kajari Labuhanbatu, Provinsi Sumatera Utara.
Pak Bur bersama beberapa pejabat Eselon III lainnya dilantik dan diambil sumpahnya di Kejati Nusa Tenggara Barat (NTB), Jumat (14/6/2024) lalu. Pelantikan tersebut dipimpin Kajati Enen Saribanon.

Dia tiba Dompu pada Selasa (18/6/2024) petang. Keesokan harinya, Rabu langsung ngantor. Hari pertama kerja di Bumi Nggahi Rawi Pahu, pria yang tangis pertamanya meletus di Sumbawa pada 6 Agustus 1972 itu “gaspol”.
Seperti pejabat baru di suatu daerah atau instansi lain umumnya, Pak Bur melakukan perkenalan dengan para pejabat, staf dan keluarga besar Kejari Dompu.
Anak kedua dari tiga bersaudara hasil pernikahan pasangan H. Bulkiah (ayah, pensiunan TU Kejari Sumbawa) dan Siti Rahmah (ibu) ini, juga ingin segera menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya tersebut.
Lalu apa bentuk “gaspol”-nya?
“Saya nggak mau berlama-lama. Tadi saya langsung evaluasi hal-hal yang sudah berjalan,” jelas suami Yayuk Sri Wahyuni, AMd. KL (berdinas di RSUP NTB) yang dinikahi tahun 1997 itu.
“Ini kita lakukan untuk mempercepat langkah (bekerja) dalam menunaikan tugas yang telah digariskan oleh pimpinan,” papar ayah tiga anak (dua putra, satu putri) itu secara umum.
Sekitar 21 tahun sudah Pak Bur mengabdi pada negara melalui lembaga atau menjadi insan Adhyaksa. Pria yang paling suka makan Soto Kondro (Makassar) dan minum kopi hitam asli itu sudah melalang buana dan malang melintang di dunia “tuntut menuntut”.

Pak Bur diangkat sebagai Jaksa pada tahun 2003. Dan, dia ditugaskan (tugas pertama) sebagai Jaksa di Kejari Bima.
Tercatat sekian kali dimutasi dan mendapat promosi jabatan. Antara lain, dari Bima dimutasi ke Kejari Sumbawa.
Lalu dimutasi sebagai Kasubsi Penuntutan Pidsus Kejari Cibinong Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Tak lama kemudian dimutasi sebagai Kasi Intelijen Kejari Lombok Tengah.
Pak Bur kembali pulang kampung setelah dimutasi menjadi Kasi Pidsus Kejari Sumbawa pada 2013.
Empat tahun kemudian dimutasi lagi menjadi Kasi Intel Kejari Kota Tangerang.
Berikut berturut-turut dimutasi sebagai pemeriksa di Kejati Jawa Barat. Lalu, menjadi Kasi Intelijen Kejari Singaraja, Bali.
Sebelum dipromosi sebagai Kajari Dompu, pria yang juga hobi olahraga Tenis Meja itu menjabat Kasi Oharda Kejati NTB dan sebagai Koordinator pada Kejati NTB.
“Saya jadi Jaksa, selain cita-cita juga karena orang tua di sana (kerja di Kejaksaan sebagai Tata Usaha),” tutur Pak Bur.
Pertemuan Pak Bur dengan penulis pada malam itu berlangsung dari sekitar pukul 20.15 Wita. Obrolan yang begitu mengasyikkan baru berakhir tiga jam kemudian. Ketika jarum jam menunjuk pukul 23.12 Wita.
Kendati pertemuan ini merupakan kali pertama, suasananya begitu cair. Diskusi bebas dan santai tersebut berlangsung cukup hangat, terbersit keakraban dan kekeluargaan.
Kesunyian malam kerap diwarnai lelucon. Letupan-letupan tawa tersuguhkan akibat joke-joke yang terlontar.
Suasananya santai memang. Ini sangat ditunjang oleh kepribadian dan penampilan Pak Bur saat itu yang sangat sederhana. Mengenakan kaos oblong gelap dengan paduan (bawahan) sarung cokelat garis-garis.
Setelah kami bersalaman, Pak Bur ditemani beberapa anggota keluarga mempersilakan penulis menuju Berugak di depan rumah dinas.
Di Berugak ukuran sederhana itu, tersedia kopi hitam dan minuman ringan lainnya, camilan dan beberapa jenis buah.
Ketika obrolan sedang berlangsung, datang lagi keluarga yang membawa Timbu dan Dahi Bongi Keta (nasi bambu dan poteng beras ketan, red).

Banyak hal yang dibahas dan didiskusikan, dari yang santai hingga serius. Dari yang ringan hingga berat. Tapi, 90-an persen, terutama materi atau isu yang “berat-berat” tidak untuk dipublikasikan. Umumnya, hanya untuk sekadar tukar pikiran.
Apa saja suka-dukanya menjadi Jaksa? Mana yang lebih banyak?
Setelah sejenak melihat keluar, Pak Bur lalu menjawab, “Lebih banyak sukanya dari pada dukanya.”
Sukanya, banyak sahabat dan kawan. Karena sering pindah tugas dan ke daerah yang berbeda-beda, selalu mengenal banyak orang baru.
“Banyak teman, mengenal beragam adat dan budaya. Tentu wawasan dan pengetahuan kitapun lebih banyak jadinya,” ujarnya.
Membawa diri dengan baik dan memahami kondisi suatu daerah, serta lingkungan kerja yang baru adalah hal terpenting diperhatikannya.
“Intinya, di mana tanah dipijak, di situ langit dijunjung,” tandasnya.
Sedangkan yang pilunya, karena sering jauh dari keluarga. Sering tinggalkan istri dan anak. “Tapi itu konsekuensi dari pilihan dan berkarir menjadi Jaksa,” sergahnya.
Ketika menangani suatu kasus tertentu, pernahkah diancam atau diteror pihak-pihak yang terkait dengan perkara atau oknum-oknum tertentu?
“Alhamdullah nggak pernah diancam, nggak pernah diteror. Sejauh ini masih dalam batasan normal,” tutur Pak Bur.
Tahun 2024 ini bertepatan dengan momen politik. Pak Bur masuk Dompu saat daerah ini hangat-hangatnya menghadapi Pilkada.
Namun, dalam proses penegakan hukum, Pak Bur tidak ingin terpengaruh oleh urusan politik. “Prinsip saya dalam bekerja, tahan ujian. Mengedepankan profesional dan sesuai dengan SOP (standar operasional prosedur),” tegasnya.
Dia berkomitmen, prinsip itu juga diterapkan pada bawahan. “Menjaga marwah institusi, harga mati,” tegasnya lagi.
“Ini seirama dengan pesan harian Kejaksaan Agung. Antara lain, jajaran kejaksaan harus menjaga integritas institusi, diri dan keluarga dalam melaksanakan tugas,” sambung Pak Bur.
Sembari memperbaiki duduknya, Pak Bur kemudian mengurai tujuh poin pesan harian Kejagung dimaksud.
Pertama, aktualisasikan pola hidup merefleksikan nilai Tri Krama Adhiyaksa baik dalam pelaksanaan tugas maupun bersosialisasi di tengah masyarakat.
Kedua, tingkatkan kepekaan sosial berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat dalam setiap pelaksanaan tugas dan wewenang serta kehidupan masyarakat.
Ketiga, wujudkan kesatuan pola analisis yuridis yang terstruktur dan terukur dalam setiap penyelesaian penanganan perkara.
Keempat, laksanakan penegakan hukum dan penyelesaian perkara secara prosedural dan tuntas.
Kelima, perkuat kemampuan manajerial dan administrasi sebagai sarana pendukung pelaksanaan tugas pokok dan fungsi kejaksaan.
Keenam, otimalkan sinergi antarbidang guna mewujudkan keberhasilan capaian kerja institusi. Dan,
Ketujuh, jaga netralitas personel dalam menyongsong Pemilu Serentak Tahun 2024.
“Pesan-pesan itu wajib dilaksanakan semua jajaran kejaksaan, termasuk di Kejari Dompu,” tegas Pak Bur. (sarwon al khan)
One thought on “Tiga Jam Ngobrol dengan Kajari “Baru” Dompu”