Karena tidak punya peralatan berupa Target (Pechingbad), Pelatih yang juga Ketua Cabor Taekwondo Kabupaten Dompu Sirajudin terpaksa menggunakan Body Protektor sebagai Target para atlet saat latihan. (sarwon/lakeynews)

Taekwondo adalah salah satu cabang olahraga (Cabor) prestasi yang dimiliki Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Namun, Cabor seni bela diri yang satu ini terkesan belum menjadi prioritas perhatian pemerintah daerah melalui KONI. Fakta-fakta terkini yang tersuguhkan begitu memilukan. Ibarat asmara, Taekwondo Dompu sedang membutuhkan “cinta serius dan tulus” dari KONI.

===============

CABOR Taekwondo masuk Dompu sekitar tahun 1995, lebih kurang 28 tahun lalu. Menurut informasi, dibawa oleh warga perantau, Sadikin. Di awal-awal, tempat latihannya di Gedung Pemuda Dompu.

Namun, kali pertama mengikuti Kejuaraan Daerah (Kejurda) NTB di Kota Mataram tahun 2000. Saat itu, diikuti empat atlet. Salah seorang di antaranya, Sirajudin yang kini sebagai ketua Pengurus Cabor Taekwondo Kabupaten Dompu sekaligus jadi Pelatih Kepala.

“Walaupun baru pertama kali ikut Kejurda, kita berhasil meraih 1 Emas dan 2 Perunggu,” kata Sabeum Sirajudin (sapaan Sirajudin sebagai pelatih) pada Lakeynews, beberapa hari lalu.

Pengakuan tersebut dilontarkan Sirajudin ketika ditemui di lokasi Pelatihan dan Pembinaan Atlet Taekwondo. Persisnya, di depan Sekretariat Taekwondo Dompu, Jalan Haji Abubakar Ahmad, Selaparang Timur, Desa Matua, Kecamatan Woja.

Baca juga: Biaya Sendiri dari Pinjaman Koperasi, Anak Yatim Dompu Rebut Emas di Kejuaraan Taekwondo Internasional

Sejak saat itu, Taekwondo Dompu terus mengikuti Kejurda yang selalu diadakan di Ibukota Provinsi NTB, Kota Mataram, sampai 2010. Setelah itu, mulai tahun 2011, baru diadakan di luar Mataram. Yakni di Maluk, Kabupaten Sumbawa Barat.

Sirajudin sendiri rutin ikut kejuaraan, mulai dari Kejurda, event nasional, LG Cup 1 dan 2 di Senayan 2001-2002, Porprov NTB 2002, Kejurnas Indonesia Timur di Makassar 2004, Kejurnas Antarmahasiswa UGM 2005, Pra PON dan lainnya sampai pensiun 2011.

Sepengetahuan Anda, bagaimana perhatian pemerintah daerah, lebih khusus lagi KONI Dompu pada Taekwondo kala itu?

Menjawab itu, Sirajudin mengaku, dulu pada masa dirinya sebagai atlet, anggaran Taekwondo Dompu sangat besar. Bahkan diklaim mencapai angka tertinggi dana pembinaan dari Pemda, dibanding Cabor lain.

“Prestasi Taekwondo Dompu luar biasa. Kita pernah lima kali berturut-turut keluar sebagai Juara Umum. Dari 2007 sampai 2011. Bahkan, terakhir, Piala Bergilir menjadi Piala Tetap kita,” jelas Sirajudin.

Sejak tahun 2012, Taekwondo Dompu cenderung vakum. Prestasinya pun menurun drastis.

Mengapa?

Sirajudin hanya tersenyum. Dia menghindar untuk menjelaskannya. Sejurus kemudian, dia menyarankan wartawan mengonfirmasikan kepada beberapa nama yang direkomendasikan.

Hasil penelusuran Lakeynews, vakumnya aktivitas dan anjloknya prestasi Taekwondo Dompu terjadi setelah para atlet memrotes kepada pengurus terkait penggunaan dana atlet berprestasi yang tidak jelas juntrungnya. Atlet-atlet yang protes tersebut kemudian disingkirkan.

Saat ditanyakan hal itu, hanya mengatakan, “lebih kurang seperti itu penyebabnya.”

Meski demikian, Taekwondo Dompu bangkit dan bergairah lagi tatkala Sirajudin kembali menjadi pengurus mulai 2022. “Alhamdulillah, saat ini Taekwondo kembali bangkit,” ucapnya.

Pada Porprov 2023, kejuaraan pertama yang kembali diikuti, Taekwondo Dompu baru bisa meraih 2 medali Perak dan 5 Perunggu. Tetapi setelah itu, kiprahnya makin kinclong. Sebab, setelah Porprov, pada tahun yang sama (2023), prestasi gemilang ditunjukkan dalam lima kejuaraan berturut-turut.

Pertama, pada Kejurda Harum Cup 2023, merebut 1 Emas dan 3 Perunggu;

Kedua, Kejuaraan Brimob Cup I 2023, merebut 4 Emas, 7 Perak, dan 7 Perunggu;

Ketiga, Wali Kota Bima Cup I 2023, merebut 4 Emas, 6 Perak, dan 7 Perunggu;

Keempat, Polresta Mataram Cup 2023, memborong 7 Emas, 7 Perak, dan 8 Perunggu; serta,

Kelima, Kejuaraan Taekwondo Internasional Championship Bali pada Oktober 2023. Meskipun hanya tiga atlet yang diberangkatkan dengan biaya sendiri, Taekwondo Dompu berhasil membawa pulang 1 Emas dan 1 Perak.

Cabor Taekwondo Dompu mengandalkan tanah kosong milik tetangga depan sekretariat sebagai tempat latihan atlet. Kalau hujan, lokasi becek, latihan diliburkan. Dan, Sabeum Sirajudin memberikan pengarahan pada atlet (bawah). (sarwon/lakeynews)

Persoalan, Kebutuhan dan Harapan

Cabor Taekwondo Dompu boleh dikatakan baru lahir kembali pada 2022 lalu. Tentu saja mengalami berbagai kekurangan. Masih menghadapi sejumlah persoalan. Kesulitan dalam memenuhi sarana dan prasarana latihan, terutama dalam (untuk) pembinaan prestasi yang sangat dibutuhkan.

“Kebutuhan prioritas dan paling penting bagi Taekwondo saat ini adalah gedung untuk tempat latihan dan pembinaan para atlet. Kemudian peralatan, sarana dan prasarana latihan, serta sumber daya manusia (SDM) pelatih.

Riilnya, apa saja sarana prasarana latihan dan pembinaan atlet dimaksud?

Menurut Sirajudin, setidaknya 10 jenis peralatan latihan yang dibutuhkan. Jumlahnya pun variatif. Yakni Body Protector 10 pasang, Head Guard 10 pasang, dan E-Food Sensor 4 pasang.

Kemudian, Sarkon 4 pasang (putra/putri), Pengaman Tulang Kering 6 pasang, Pelindung Siku 6 pasang, Target/Pechingbad 20 biji, Human Silicon Target 3 buah, Matras 70 lembar, dan Pelindung Tangan 10 pasang.

“Untuk Target (Pechingbad), karena kita tidak punya, terpaksa menggunakan Body Protektor sebagai Target para atlet saat latihan,” beber Sirajudin.

Gedung untuk tempat latihan pun sangat dibutuhkan, karena tempat latihan dan pembinaan prestasi atlet selama ini hanya memanfaatkan tanah pekarangan milik warga (tetangga) di depan Sekretariat Taekwondo. Tanah yang masih kosong itu dipinjam pakai, sebelum pemiliknya membangun bangunan.

Sedangkan Sekretariat Taekwondo Kabupaten Dompu adalah rumah Sirajudin sendiri.

Pengamatan media ini, akibat tidak adanya gedung untuk latihan, ketika turun hujan, seperti Kamis (9/11/23) sore dan beberapa kali setelah itu, latihan dan pembinaan atlet terpaksa diliburkan.

Tanah tetangga yang dijadikan tempat latihan becek setiap setelah turun hujan.  Karena itu, tidak ada alternatif dan pilihan lain bagi pelatih.

“Tepaksa latihan untuk sementara kita liburkan. Kelanjutan latihannya, kita informasikan lagi kemudian,” ungkap Sirajudin.

Bukan itu saja, SDM pelatih juga masih minim. Sekarang baru ada, seorang Pelatih Kepala dan tiga orang pendamping. “Idealnya, Pelatih Senior lima orang, itu baru bisa maksimal pembinaan prestasi,” tandasnya.

Bagaimana harapan Anda kepada Pemda, dalam hal ini KONI Kabupaten Dompu?

Sirajudin sangat berharap, kedepan Cabor Taekwondo lebih diperhatikan lagi, terutama dalam hal kelengkapan sarana latihan. Karena dia merasa, salah satu Cabor yang minim sarana latihan adalah Taekwondo.

Demikian pula dana pembinaan, termasuk dana-dana untuk mengikuti kejuaraan. Setidaknya, tiga kali mengikuti kejuaraan, hanya mengandalkan swadaya orang tua atlet dan pengurus.

“Harapan kedepan, semoga dana-dana kejuaraan selalu siap, sehingga kami maksimal meraih prestasi. Insya Allah,” ucapnya.

Bukan hanya kepada Pemda melalui KONI. Sirajudin juga berharap ada donatur yang bersedia mendonasi, membagikan sedikit rejekinya untuk membantu membangun sarana dan memenuhi fasilitas latihan Taekwondo.

“Dengan demikian, kedepan kami bisa lebih fokus memusatkan persiapan latihan atlet yang mampu bersaing hingga pada Kejuaraan Nasional, bahkan Internasional,” katanya optimis.

Sirajudin merasa, perhatian pemerintah terhadap perkembangan olahraga daerah (KONI Dompu) saat ini kurang tepat sasaran. Alokasi anggaran lebih banyak fokus pada fasilitas kebutuhan KONI, perjalanan luar daerah, termasuk pembinaan internal KONI.

“Bahkan dialokasikan juga anggaran untuk Pembinaan Pra PON dan PON yang esensinya merupakan Program Kegiatan Provinsi,” tegasnya.

Parahnya lagi, ungkapnya, alokasi anggaran yang seharusnya dimandatkan untuk membina kesejahteraan Cabor, justeru lebih besar untuk kesejahteraan internal lembaga. Padahal, marwah anggaran di KONI ini adalah titipan untuk kesejahteraan Cabor-cabor Binaan.

“Kelihatan sekali bahwa KONI hanya menunggu anggaran negara. Belum tampak terobosan lain atau kemandirian lembaga yang mampu menghasilkan anggaran sebagai dana dukung, minimal penguat lembaga KONI,” kritik Sirajudin.

“Kalau kita ukur dengan Cabor-cabor di setiap kejuaraan, yang seharusnya maksimal dibina malah putar otak untuk mencari dana swadaya (tambahan), selain dana kas dari iuran peserta,” sambungnya.

Ketua Harian KONI Kabupaten Dompu H. Arifuddin HAG (kiri), dan Wakil Ketua Bidangi Pembinaan Prestasi Iwan Ermansyah. (ist/lakeynews)

KONI Dompu: Sudah Cukup Diperhatikan, Kedepan Akan Diprioritaskan

Bagaimana tanggapan pihak KONI Kabupaten Dompu?

Ketua Harian KONI Kabupaten Dompu H. Arifuddin HAG, ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsAPP terkait hal-hal di atas belum bisa langsung memberikan komentar. Dia mengajak untuk bertemu di kantornya.

“Atau, hubungi Pak Iwan, Wakil Ketua yang membidangi Pembinaan Prestasi KONI Dompu (Iwan Ermansyah, red). Beliau yang punya Tupoksi,” saran pria yang namanya lebih familiar dipanggil Simpe Arif itu.

Dihubungi terpisah, Iwan Ermansyah menjelaskan, rujukan KONI dalam pemberian bantuan pada Cabor adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 18 Tahun 2007 tentang Pendanaan Keolahragaan. Kemudian, Undang-undang (UU) Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.

“Semuanya sudah jelas disebutkan, bahwa (pemberian bantuan) sumber pembiayaan dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Masyarakat dan Perwalian. Khusus untuk Perwalian, peraturannya sedang digodok,” jelas Iwan pada Lakeynews, Selasa (14/11/23) petang.

Iwan mengakui, dalam anggaran transisi 2023, Pasca-Porprov beberapa waktu lalu, KONI Dompu memfokuskan penganggaran pada persiapan Pra PON XXII Aceh, Sumatera Utara (Sumut). Dimana, lebih dari 25 Cabor ikut di sana. “Babak Kulalifikasi PON Aceh Sumut (BK), pelaksanaannya tersebar di beberapa provinsi,” ujarnya.

Iwan kemudian mengungkapkan, dana pembinaan sudah didistribusikan ke masing-masing Cabor melalui rekening 43 Cabor Anggota KONI. “Walaupun kami akui masih minim bila dibandingkan Kejuaraan Nasional,” ungkapnya.

Masing-masing Cabor melaksanakan Kejurda hampir 3- 4 kali setahun. Seharusnya, kata Iwan, Taekwondo lebih awal mengusulkan program sehingga bisa dipertimbangkan untuk difasilitasi.

Kewenangan KONI juga fokus pada multi event. Seperti Porprov dan Pra PON. Kalaupun ada kejuaraan dengan atlet usia pelajar mungkin lebih fokuskan penggaran pada dinas terkait, seperti Dikpora.

Kalau berbicara perhatian Pemda dan KONI Dompu, menurut Iwan, sudah cukup dalam memvasilitasi kebutuhan Cabor. “Insya Allah, kedepan kita prioritaskan. Tentunya memenuhi indikator capaian prestasi pada ajang multi event,” janjinya seraya menegaskan.

Sedangkan terkait sarana latihan bagi Taekwondo, Iwan menginformasikan, Ketua KONI Dompu masih melobi ke KONI Pusat terkait anggaran GOR Indor.

“Insya Allah (untuk sementara), kita akan upayakan mencarikan gedung. Atau, ruang sekolah yang tidak digunakan untuk antisipasi latihan di musim hujan,” cetusnya.

“Tetapi, pihak Cabor bersurat ke KONI. Atau, minimal kontak person kami supaya ditindaklanjuti. Kami stand by tiap hari di KONI,” tambah Iwan.

Pada sisi lain, Iwan sebaliknya berharap kepada para ketua Cabor agar dapat berkoordinasi dan berkonsultasi dalam pelaksanaan kegiatan. Termasuk berkaitan dengan kendala-kendala yang dihadapi di lapangan.

Terakhir, Iwan menyampaikan menginformasikan, bahwa untuk sementara atlet Dompu yang lolos pada Prapon XXII Aceh Sumut sebanyak 16 orang. “Masih menunggu beberapa Cabor lagi yang masih melangsungkan pertandingan, seperti Panahan,” tuturnya. (sarwon al khan)