Momen Peringatan Hari Jadi ke-208 Kabupaten Dompu Tahun 2023 (1)

Almarhum H. Abdurrahman Mansyur Dompu merupakan pelukis kaligrafi asal Dompu yang menjadi pelestari huruf Alquran dunia. (ist/lakeynews.com)

Oleh: Muhammad Syahroni *)

DALAM sebuah Dialog Nasional Kaligrafi Islam tahun 2010 di Bengkulu, Muhapril Musri, pengamat dari Pusat Kajian Budaya Islam Indonesia menyatakan bahwa di Indonesia, keberadaan kaligrafi Islam kontemporer sangat dipengaruhi oleh karya karya 4 pelukis kaligrafi professional Indonesia. Yaitu karya A.D. Pirous (Bandung), Syaiful Adnan (Jogjakarta), Amang Rahman (Surabaya), Abdurrahman Mansyur Dompu (NTB).

Menurut Muhapri, jika dilihat dari asal-usul pengalaman, maka pelukis kaligrafi Islam kontemporer di Indonesia tersebut berbeda dengan pelukis kaligrafi kontemporer dunia Islam lainnya.

Kaligrafi dengan gaya baru melalui 4 pelukis tersebut merupakan karya ‘pemberontakan’ atas kaidah-kaidah murni kaligrafi tradisional.

Pertanyaannya, banyakkah dari kita orang Dompu yang mengenal siapa itu H. Abdurrahman Mansyur Dompu?

H. Abdurrahman Mansyur Dompu adalah warga Dompu asli yang dilahirkan di Potu Dompu tahun 1912, dari pasangan orang tua Mansyur dan St. Khadijah.

Beliau sejak remaja sudah meninggalkan Dompu dan melalang buana ke berbagai daerah di Indonesia, mulai dari ke Makassar, Jogjakarta dan Jakarta.

Penulis, Muhammad Syahroni. (ist/lakeynews.com)

Beliau mengenyam pendidikan dasar di Dompu. Selanjutnya mengembara ke Makassar dan masuk sekolah setingkat SMP dengan Nama Normale School (sekolah Belanda). Sekolah itu adalah sekolah khusus buat kalangan raja dan bangsawan.

Setelah bersekolah di Makassar, beliau melalang buana ke banyak daerah. Beliau pernah bersekolah pertanian di Bogor dan tercatat sebagai pelukis akademis lulusan ASRI (Akademi Seni Rupa Indonesia), sekarang menjadi ISI (Institut Seni Indonesia) – Jogjakarta.

Menurut para pengamat kaligrafi, beliau mempunyai aliran “Expresionisme Naturalis”. Setelah menunaikan ibadah haji dan menetap 3 tahun di Tanah Suci, beliau mendalami khat Kaligrafi Islam yaitu bentuk-bentuk tulisan huruf Islam yang berjumlah 33 jenis huruf.

Dari bentuk-bentuk tulisan itu, beliau berhasil menciptakan satu jenis huruf baru hasil gabungan dari khat Diwani dan khat Rik’ah yang dinamakan khat Almansyuriyyu (sesuai dengan nama beliau).

Khat Almansyuriyyu berhasil mendapatkan hak cipta bentuk tulisan baru huruf Alquran dari Organisasi Pelestari Huruf Alquran yang berkantor pusat di Istambul – Turki.

Salah satu keistimewaan dari khat Almansyuriyyu ini adalah bisa menggambarkan/melukiskan bentuk bangunan apa saja yang sesuai dengan pesan dan makna terjemahan Alquran.

Karena kehebatan beliau dalam menulis huruf-huruf Alquran, oleh Organisasi Pelestari Huruf Alquran, beliau diangkat menjadi salah satu anggota pelestari huruf Alquran. Pada saat itu hanya berjumlah 5 orang di dunia, salah satunya adalah H. Abdurrahman Mansyur Dompu.

Beliau pernah berkecimpung di pemerintahan. Jabatan terakhir beliau adalah Kepala Kebudayaan Provinsi NTB, mulai sekitar tahun 1960 hingga 1965.

Almarhum adalah orang Indonesia yang selalu bangga dengan nama Dompu. Beliau menetap dan tinggal di Jakarta, serta terkenal dengan panggilan “Pak Dompu”.

Karya-karyanya berupa lukisan kaligrafi Islam banyak dikoleksi oleh orang-orang hebat dunia saat itu. Di antaranya, petinju legendaris Mohammad Ali (5 buah), Raja Fahd bin Abdul Aziz Al-Saud (Raja Saudi Arabia), Sultan Haji Sir Hassanal Bolkiah (Raja Brunai Darussalam) dan banyak lainnya menyebar di dunia.

Putra-putra beliau tergolong sukses. Antara lain adalah Prof Chaerul Syuhur (Dosen Peternakan Unram) dan Prof Helius Sjamsuddin (Dosen Sejarah Universitas Negeri Bandung, dan salah satu pencetus Hari Jadi Dompu) dan Muhammmad Chaidir (Budayawan Dompu).

H. Abdurrahman Mansyur Dompu meninggal di Mataram tahun 2002, saat berumur 86 tahun. (bersambung)

*) Penulis adalah Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu.