Eksekutif-Legislatif Dompu Dinilai Lamban Tuntaskan Konflik Poktannak-Petani yang Sudah Bertahun-tahun
–
DOMPU – Yang paling khawatirkan sejumlah pihak di Kabupaten Dompu, Provinsi NTB selama ini, akhirnya benar-benar terjadi.
Konflik berkepanjangan antara warga/Petani Tebu/Jagung dengan Kelompok Petani Ternak (Poktannak) terkait lahan Hak Guna Usaha (HGU) eks PT. Asia Tunggal Inti (ATI) dan PT. Usaha Tani Lestari (UTL ), di Desa Soritatanga, Kecamatan Pekat, sudah menelan korban.
Minggu (9/10), dua warga Desa Soritatanga mengalami luka-luka serius dan nyaris meregang nyawa di lokasi tersebut. Kedua korban itu, Yusran (40) dan Ilyas (38). Saat ini, keduanya tengah menjalani perawatan di RSUD Dompu.
Diketahui, warga petani berasal dari Desa Soritatanga dan Doropeti, Kecamatan Pekat. Sedangkan Poktannak dari Kecamatan Kempo.
Bagaimana kronologis kejadiannya?
Berikut rangkuman informasi yang dihimpun Tim Lakeynews.com di lapangan, pengakuan sejumlah saksi dan warga, serta potongan video yang diambil warga saat terjadinya penyerangan dan beberapa saat sebelum peristiwa pembacokan.
Pada Sabtu (8/10), sehari sebelum peristiwa berdarah terjadi, sejumlah petani Soritatanga dan Doropeti melakukan pembersihan lahan. Korban bersama sejumlah warga lain didatangi belasan orang yang diduga anggota Poktannak.
Anggota Poktannak mengatakan, bahwa lokasi yang jadikan lahan pertanian itu merupakan area pelepasan ternak. Sempat terjadi adu argumen kedua belah pihak.
Untuk menghindari bentrok, kedua belah pihak melakukan bernegosiasi. Mereka menyepakati agar persoalan itu dibahas di Kantor Desa Soritatanga pada hari itu juga.
“Namun, hingga sore harinya, pihak anggota kelompok tani ternak tak kunjung datang ke kantor desa sesuai dengan kesepakatan,” kata Suharjono, salah seorang warga Soritatanga.
Keesokan harinya, Minggu (9/10), sejumlah warga Soritatanga dan Doropeti kembali ke lokasi untuk meneruskan pembersihan lahan. Salah seorang di antara mereka, Muhsinin, juga ikut menjadi korban.
Menurut Muhsinin, saat mereka asyik membersihkan lahan, sekira pukul 11.00 Wita, massa yang diduga anggota Poktannak tanpa basa-basi melakukan penyerangan. Ada yang menggunakan kayu, parang, panah dan juga senjata api rakitan.
Para petani mengaku tidak melakukan perlawanan. Bahkan ketika melihat ada massa yang datang, para petani mundur. Namun, tetap dikejar dan dianiaya.
Akibatnya, dua warga Soritatanga, Ilyas dan Yusran mengalami luka menganga di bagian tangan akibat bacokan.
Selain dua korban luka bacok, beberapa warga lain juga menjadi korban amukan massa Poktannak. Di antaranya, Mustamin, kepala Dusun Soritatanga yang mengalami luka memar di bagian tangan terkena hantaman kayu.
Muhsinin sendiri mengalami memar di bagian punggung. Kakaknya, Halifah juga luka dan benjol di bagian lengan.
“Saya dipukul dengan kayu dan parang oleh beberapa orang,” cerita korban Halifah mengalami luka memar dan benjol bagian lengan.
“Bubar, bubar, bubar, ini wilayah pelepasan ternak,” sambung Halifah mengutip ucapan pelaku sembari memperagakan perlakuan para pelaku saat menganiaya dirinya.
Beberapa anggota keluarga korban berharap pihak kepolisian kiranya serius memproses kasus penganiayaan yang hampir menghilangkan nyawa Ilyas dan Yusran tersebut. Mereka tidak ingin terjadi main balas dendam, hanya karena APH tidak menuntaskan kasus itu.
Sementara itu, dari pihak Poktannak belum ada yang berhasil dikonfirmasi. Hingga berita ini disusun dan diunggah, masih diupayakan konfirmasi.
Kapolres Dompu AKBP Iwan Hidayat melalui Kapolsek Pekat IPDA Muh. Sofyan, ketika dihubungi media ini, membenarkan adanya peristiwa tersebut.
Menurutnya, peristiwa itu terjadi antara massa dengan massa. Bukan orang per orang. Untuk sementara berdasarkan identifikasi pihaknya, dua orang warga Soritatanga jadi korban. “Kami masih fokus pada situasi agar aman dulu,” ungkapnya.
Konflik Berlarut-larut
Pada sisi lain, diketahui konflik terkait penggunaan lahan HGU eks PT. ATI dan PT. UTL di Desa Soritatanga dan sekitarnya itu, telah berlangsung lama. Terjadi bertahun-tahun.
Namun, eksekutif dan legislatif yang merupakan penyelenggara pemerintahan di daerah Kabupaten Dompu dinilai lamban menuntaskan perselisihan warganya tersebut.
“Kalau Pemda serius, eksekutif serius, legislatif serius, dibantu aparat keamanan, pasti masalah ini dari dulu terselesaikan. Ini setelah ada korban, baru sibuk mengurus dan menuntaskannya,” kata beberapa tokoh masyarakat Dompu yang ditemui media ini.
“Pemerintah lamban menanganinya. Sama saja membiarkan masyarakat saling bentrok,” kata mantan anggota DPRD Dompu (PPP) H. AW Syafruddin di salah satu grup WhatsApp.
Ketua Komisi I DPRD Dompu Muttakun tidak menafikan bahwa masalah lahan dan konflik Poktannak dengan warga petani di lahan HGU eks PT. ATI dan PT. UTL sudah lama terjadi. “Tidak salah juga masyarakat menilai eksekutif dan legislatif lamban,” akunya pada Lakeynews.com, Minggu (9/10) malam.
Muttakun sendiri mengaku, pihaknya di Komisi I telah melakukan Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) sekitar Juni 2020 terkait masalah ini. Bahkan, RDPU tersebut menghasilkan beberapa poin rekomendasi.
“Tapi sampai saat ini, kami tidak melihat wujud tindak lanjut dari rekomendasi RDPU tersebut,” kata Muttakun dengan belum menyebutkan poin-poin rekomendasi RDPU dimaksud.
Informasi lain, menyusul kejadian yang menimbulkan dua korban luka parah dan beberapa luka ringan, Bupati Dompu H. Kader Jaelani, Ketua DPRD Andi Bachtiar, Kapolres AKBP Iwan Hidayat, Dandim Letkol Kav Taufik dan beberapa pihak terkait, Senin (10/10) melakukan pertemuan dengan kedua belah pihak.
Pertemuan untuk mencari solusi atas persoalan yang diributkan Poktannak-Petani itu berlangsung di dua tempat berbeda. Yakni dengan Poktannak di Aula Kantor Camat Kempo dan dengan para petani Soritatanga di kantor Desa Soritatanga. (tim)
3 thoughts on “Dua Nyawa Nyaris Melayang di Lahan Eks PT ATI dan PT UTL”