Om Yanto: Saya Mulai dari Nol, Numpang di Rumah Air, Tidur Alas Plastik
–
INI kisah nyata dari Om Yanto. Seorang ASN di Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Pengalaman pria bernama lengkap Muhammad Irianto ini, cukup menginspirasi orang lain.
Saat ini Om Yanto dipercaya memegang salah satu jabatan Eselon IV. Sebagai kepala UPT Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kecamatan Manggelewa.
Meski menjadi seorang pejabat, apalagi gajinya habis untuk membayar kredit bank, Om Yanto putar otak dengan menekuni prosesi lain sebagai tambahannya. Pria kelahiran 31 Desember 1964 itu memilih bertani.
Itulah salah satu alternatif pilihan yang dijalaninya untuk menopang kebutuhan keluarga. Terutama agar dapur rumah tangga bapak empat anak (dua laki, dua perempuan) tetap mengepul.
Warga Dusun Samparu, Desa Sukadamai, Kecamatan Manggelewa itu bercerita panjang lebar seputar pengalaman hidupnya pada Lakeynews.com, Selasa (20/9) malam.
Saat itu, jarum jam sudah menunjuk angka 19.08 Wita. Jam sekian Om Yanto masih di kantornya. Waktunya bagi ASN (umumnya) berada di rumah. Berkumpul dengan keluarga, bercengkerama dengan istri, anak dan cucu-cucu.
Namun, sekali lagi, Om Yanto justru masih berada di kantor yang satu kompleks dengan kantor Camat Manggelewa.
“Wa’alaikumussalam,” sahut Om Yanto menjawab salam media ini sembari keluar dari ruang kerjanya. Terlihat dia mengenakan baju gamis dipadu bawahan celana kain.
Hanya hitungan menit, beberapa bungkus kopi sachet diseduhnya. Kebetulan di atas meja pada aula ukur sederhana sudah stanby pemanas air. Air sudah terisi di dalamnya.
Kebetulan kami memiliki kesamaan hobi dan kebiasaan. Sama-sama pengopi dan perokok (beda merk).
“Ada tamu, tinggal colok listrik. Air mendidih, kopi langsung seduh. Kalau rokok boleh bawa sendiri, bawa masing-masing,” katanya sembari tertawa lepas.
Sebelum perbincangan dimulai, penulis sempat melihat-lihat ruangan kerja Om Yanto. Ukurannya tidak begitu besar. Di dalamnya, ada satu meja setengah biro berisi tumpukan surat dan berkas. Ada satu meja laptop.
Di lantai digelar tempat tidur mini dan tipis dan satu bantal tidur. “Kalau lagi banyak pekerjaan dan diburu waktu, saya lebih banyak tidur di kantor,” katanya sembari menunjuk tempat tidur seadanya itu.
Perbincangan berlangsung di aula kantor hingga sekira pukul 22.30 Wita. Banyak hal yang diceritakannya. Mulai dari urusan kantor hingga hal-hal yang bersifat pribadi. Beberapa kali suara tawa menggelegar, seolah membelah suasana hening (malam) di sekitarnya.
Mengawali karier sebagai abdi negara dengan menjadi honorer. Sebagai tenaga fungsional, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PL KB) di Kecamatan Pekat.
“Alhamdulillah, Oktober 1986 saya lulus CPNS di UPT KB Pekat,” tutur Om Yanto mengawali kisahnya.
Sebagai ASN, Om Yanto harus siap ditempatkan di mana saja. Tahun 1987 dipindahkan ke Kecamatan Kempo. Tempat tinggalnya pindah-pindah. Tinggal di desa-desa binaan.
Kemudian pindah lagi ke Manggelewa, tapi domisili di Kecamatan Dompu. Juga tetap sebagai PL KB.
Singkat cerita, kariernya sebagai ASN berpuncak pada 2015. Ketika diangkat sebagai kepala UPT Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB (BPPKB) Manggelewa, hingga sekarang. Sesuai nomenklatur baru, namanya UPT DPPKB.
Demi masa tua, dia meninggalkan wilayah kota Dompu dan memilih menetap di Manggelewa tahun 2007. Awal-awal dia datang, numpang di rumah air sumur dalam. Samping kantor Desa Nusa Jaya.
Bersama istri yang juga kader Posyandu, Baiq Nuraini, Om Yanto tidur dengan hanya beralaskan tikar plastik. “Kami benar-benar memulai dari nol,” ujarnya.
Saat itu, gaji pokok Om Yanto dengan golongan IIc sekitar Rp. 2 jutaan. Namun, yang diterima hanya Rp. 300 ribu. Sisa potong (pinjaman) bank.
Bagaimana ceritanya sehingga bertani jagung?
Sejak tahun itu (2007) juga, Om Yanto mulai tanam jagung. Menggunakan tanah tegalan pinjaman dari keluarga seluas 1,5 hektare (Ha) di Desa Nusa Jaya. “Hasil bertani jagung tahun pertama itu Rp. 10 juta,” kenangnya.
Pada tahun pula, Om Yanto dipinjampakaikan sawah untuk menanam padi seluas 0,5 Ha dari mantan Sekda Dompu H. Zainal Arifin HIR. Hasil padinya sekitar 1,5 ton.
Padi-padi itu tidak ada yang dijual. Semuanya disimpan untuk bekal hidup selama sekitar dua tahun. “Semua padi itu dijemur kering. Saat dibutuhkan untuk makan, saya giling sedikit-sedikit,” urainya.
Seiring dengan itu, ada orang yang menjual tanah bersertifikat di So Puju Wawi, Desa Nusa Jaya. Luasnya sekitar 1 Ha, dengan harga Rp. 3,5 juta.
Uang Rp. 3,5 juta untuk membeli tanah tersebut bersumber dari hasil pertanian jagung perdana yang totalnya Rp. 10 juta. Masih ada Rp. 6,5 juta. Sebanyak Rp. 1,5 juta dipakai membeli anak sapi, Rp. 3,5 juta dipakai bayar tanah gadai untuk menambah lahan jagung di Desa Sukadamai.
Sedangkan yang Rp. 1,5 juta lagi untuk modal bertani. Kekurangannya, terpaksa pinjam dana KUT (kredit usaha tani) di BRI Unit Soriutu sebesar Rp. 5 juta, dengan jaminan sertifikat tanah seluas 1 Ha di So Puju Wawi.
Tahun 2008, Om Yanto bertani jagung di tiga lokasi berbeda sekaligus. Di So Puju Wawi dan Dusun Muhajirin (Desa Nusa Jaya), serta di Dusun Samparu (Desa Sukadamai).
Dari usaha bertani Om Yanto di tiga lokasi tersebut, menghasilkan uang Rp. 35 juta. Sebanyak Rp. 5 juta dipakai kebutuhan rumah tangga. Selebihnya, Rp. 30 juta dipakai membayar DP mobil pick up jenis Kijang kapsul.
Total harga mobil tersebut, menurutnya, Rp. 50 juta. Masih kurang dana Rp. 20 juta. Untuk memenuhinya, Om Yanto meminjam dana finance di Bima dengan jaminan BPKB mobil itu sendiri. Setelah dua tahun bayar cicilan, mobil lunas.
Mengapa harus beli mobil? Untuk apa?
Tujuan Om Yanto membeli mobil untuk mengangkut bata-bata merah dari Sukadamai ke wilayah Dompu, Kempo, selain Manggelewa. Selain itu, memuat para pekerja harian yang pergi ke ladang untuk menanam dan memanen jagung. Juga mengangkut jagung dan hasil-hasil pertanian lainnya.
Kebetulan saat itu, mobil pick up di Sukadamai baru satu dua unit. Sehingga kehadiran mobil Om Yanto dirasa sangat membantu masyarakat di sana, dan laku keras.
Pernah juga mobil itu dipakai nganvas Sembako ke Kecamatan Pekat. Tiap pekan, berangkat Jumat sore, pulang Minggu pagi.
Sembako-sembako yang dibawa tidak dijual, tapi dibarter dengan barang-barang kebutuhan lain. Seperti kelapa, pisang dan kopi.
Barang hasil barteran tersebut selanjutnya dijual ke rekanan di Pasar Manggelewa, setiap Minggu sore. Para rekanannya sudah tahu dan terbiasa dengan waktu Minggu sore.
Walaupun begitu, Om Yanto tidak pernah mengabaikan tugasnya sebagai pelayan masyarakat, PL KB. “Tugas saya sebagai PL KB tetap berjalan seperti biasa. Tidak ada yang saya tinggalkan atau abaikan,” tegasnya.
Dari usaha mobil open cup itu, terkumpul lagi dana Rp. 30 juta. Uang itulah yang dipakai untuk membangun rumah ukuran 12 x 12 meter di atas tanah pemberian mertua seluas 4 are.
Kembali ke usaha pertanian jagung. Usaha ini terus digelutinya hingga 2022 ini.
Selain yang diuraikan di atas, hasil dari pertanian jagung, Om Yanto mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga ke perguruan tinggi. Juga membelikan putra-putrinya masing-masing satu sepeda motor.
–
Kinerja dan Inovasi, serta Memperkuat Kelembagaan
Om Yanto naik sebagai kepala UPT DPPKB Manggelewa pada zaman kepala DPPKB dijabat Sutomo.
Pada zaman DPPKB dikepalai oleh Gatot Gunawan Perantauan Putra yang sekarang menjabat Sekda Dompu, Om Yanto termotivasi melakukan terobosan dan inovasi-inovasi dalam pengembangan program KB Nasional.
Antara lain, membentuk grup-grup pelopor. Seperti Saka Kencana (Satuan Karya Keluarga Bencana) Manggelewa. Yanto sebagai ketua Majelis Pembimbing-nya.
Dibentuk juga Pusat Pelayanan Keluarga Sejahtera (PPKS) Manggelewa. Fungsinya sebagai konsultasi dan konseling. Antara lain; kesehatan reproduksi remaja dan pranikah, KB, Keluarga Balita dan Anak, keluarga harmonis, keluarga Lansia dan Lansia itu sendiri, usaha ekonomi keluarga dan fungsi-fungsi keluarga.
Beberapa terobosan dilakun Om Yanto. Antara lain dengan memperkuat Institusi Masyarakat Pedesaan (IMP) dan kelompok-kelompok kegiatan, menjalin koordinasi yang harmonis dengan mitra kerja. Seperti Puskesmas Soriutu, Camat, Koramil dan Polsek Manggelewa san unsur Muspika lainnya, termasuk KUA dan media massa.
Hingga pada akhirnya mengantarkan UPT DPPKB menjadi lembaga yang cukup diperhitungkan di kalangan pemerintah kecamatan dan mendapat kepercayaan di kalangan masyarakat Manggelewa.
Sejak 2018, 2019 dan 2022, Om Yanto selalu dipercaya sebagai ketua panitia lomba penataan dinas/instansi dalam rangka 17 Agustus. Kecuali tahun 2020 dan 2021 tidak diselenggarakan karena wabah Covi19.
Kriteria penilaian lomba penataan dinas/instansi tersebut; kerindangan, keindahan, kerapian dan kebersihan. Tahun 2018, 2019 dan 2022, UPT DPPKB Manggelewa keluar sebagai Juara I.
“Bukan karena saya sebagai ketua panitia, tapi karena memang UPT DPPKB lebih bagus nilainya dari yang lain. Toh panitia penilaian juga banyak,” tuturnya.
Sebagai informasik, sisamping sebagai PL KB, Om Yanto juga menjadi Ketua Kelompok KB Pria. Sudah melakukan MOW (Medis Opratif Pria) atau Vasek Tomi.
“Saya memiliki stamina di atas rata-rata pria lain yang seumur. Saya mampu bekerja 2 x 8 jam sehari tanpa merasa lelah,” akunya mengakhiri pembicaraan. (sarwon al khan)