Puisi: La Ndolo Conary )*

La Ndolo Conary. (ist/lakeynews.com)

sayang, dekatkan wajahmu di pusar yang silam baca ulang kisah perempuan kuat dalam kertas kusam itu ia melindungi diri bukan memajang aurat di rimpunya arti melawan terbacai.

sayang, rimpulah kau dan tanyalah pada sarung tentang perawan atau tidaknya! agar kau maklum arti suci dan melindungi paham membuka dan menutup, hingga terpilihara maka kau telah merawat rahmat di antara tradisi dan transisi.

sayang, rimpumu bukan pajangan properti jadi tontonan senonoh seperti foto-foto di papan reklame dicemooh, ditertawai, disenggama oleh imajinasi tetapi kuingin di rimpu ada tahta perempuan jadi ratu untuk dirinya.

sayang, bagaimana aku bahagia jika rimpumu hanya menjaga rambut sementara bagian lain terlanjang bagai langit tak berawan membuat mata kian liar dan binal terpukau di lembah nista.

sayang, pulanglah kau masih khilaf mementaskan budaya gerbang tradisi terbuka masuklah, tidur di kamar leluhur menunggu dongeng tentang rimpu, aurat, dan kaffah.

sebelum semua huruf ditulis jadi kitab dan ketika segala petuah hanya dibaca dihafal, diendapkan dalam jiwa kau harus paham, suara milik langit kemudian tata ejaan milik bumi begitu pula rimpumu, ia milik langit akan bermuara kesucian tapi rambutmu haknya bumi rawatlah jadi saksi.

sayang, kau bisa senyum di atas panggung seni mungkin itu hiburan tapi janganlah pajang candaan di panggung budaya sebab kau melukai bumi di mana tanah merekam jejak darah, air mata, dan nafas, mengabdi di tanah.

sayang, tataplah langit tengok cahaya sebelum rimpu dipasang adakah air mata untuk bumi kau pijak, di antara hentakan marah dan ceria dan longgarkan langkahmu di titik tradisi yang hidup.

 

*Rimpu: Pakaian jilbab adat Bima (Mbojo) dari sarung tenun khas daerah.

)* Penulis adalah Penulis Buku Antologi Puisi “Tuhan Tergadai” (2014), kumpulan Puisi “Kultur” bersama 46 penulis sahabar rosebook. Sesekali mengisi panggung sastra. Kini, mengasuh rubrik SASTRA Lakeynews.com.

 

Baca juga;

http://lakeynews.com/2018/03/28/kepala-busuk-dan-negeri-stres/