Rubrik KONSULTASI PSIKOLOGI ini diasuh oleh Bapak Firmansyah, S.Psi, M.MKes. Beliau adalah Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati”. Pertanyaan-pertanyaan dapat dikirim langsung ke PENGASUH melalui pesan WhatsApp ke 0853-3824-1252, CC EMAIL: redaksi.lakeynews@gmail.com.”

Firmansyah
Pengasuh Rubrik Konsultasi Psikologi Firmansyah, S.Psi, M.MKes. (dok/lakeynews.com)

Pertanyaan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Salam hormat bapak pengasuh rubrik psikologi, saya memiliki tetangga kebetulan sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI). Saat keluar negeri untuk bekerja yang bersangkutan meninggalkan seorang putri dan diasuh oleh neneknya.

Di momen yang baik ini, kiranya dapat diberikan penjelasan apa kira-kira dampak psikologis bagi anak yang ditinggal pergi oleh orang tuanya kemudian anak tersebut diasuh dan tinggal bersama neneknya.

Demikian, mudah-mudahan mendapatkan pencerahannya.
DDK, Kecamatan Hu’u, Dompu.

Jawaban

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Ibu DDK, tentunya menjadi harapan semua anak dimana saja mereka berada dapat diasuh dengan baik dan terarah oleh kedua orang tuanya tidak diasuh oleh nenek atau kakek.

Anak adalah amanah dari Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa untuk dapat dididik, dibimbing, dibina, diayomi dan juga dapat dibekali banyak hal oleh kedua orang tua.

Dengan kehadiran anak sebagai amanah dari Allah SWT, sudah seharusnya kedua orang tua memiliki tanggung jawab yang besar dalam pengasuhan anak.

Sebelum anak menjadi manusia dewasa dengan segala bentuk tanggungjawab yang harus diperankan dengan baik oleh anak orang tua menjadi penentunya.

Bila akhirnya anak harus diasuh oleh orang lain semisal nenek, kakek, bibi, paman, om atau lainnya adalah sesuatu hal yang diluar kekuasaan dari anak itu sendiri.

Ada banyak faktor mengapa anak tidak diasuh secara langsung oleh kedua orang tuanya sendiri misalnya karena adanya perceraian atau juga karena salah satu atau kedua orang tuanya harus bekerja keluar negeri.

Dengan kondisi tersebut di atas mau tidak mau, suka ataupun tidak suka tanggung jawab pengasuhan anak akan dilakukan oleh selain kedua orang tua, juga oleh nenek, kakek, paman, bibi, om, tante dan lainnya.

Di masa emas (golden age) antara usia 0 sampai dengan 12 tahun seharusnya anak lebih dekat dengan kedua orang tuanya untuk mendapatkan kehangatan kasih sayang dan cinta dari mereka.

Golden age atau periode emas adalah tahapan pertumbuhan dan perkembangan yang paling penting pada masa awal kehidupan anak. 

Golden age meliputi 1000 hari pertama kehidupan anak yang dihitung dari masa dalam kandungan sampai dengan usia anak mencapai 12 tahun.

Fase ini bersifat sangat sensitif, bila sedikit saja berkurang sesuatu hal yang dianggap penting untuk tumbuhkembang maka akan mempengaruhi situasi dan kondisi anak dalam jangka panjang.

Masa golden age sangat penting dan perlu diperhatikan dengan baik oleh orang tua. Pada masa golden age otak bertumbuh secara maksimal, begitu pula pertumbuhan fisik.

Selain itu, masa tersebut juga terjadi perkembangan kepribadian anak dan pembentukan pola perilaku, sikap, dan ekspresi emosi.

Jika berbagai kebutuhan anak diabaikan pada masa golden age, anak dikhawatirkan mengalami tumbuh dan kembang yang kurang optimal.

Di usia emas ini sangat penting bagi orang tua untuk menjaga komunikasi, bersabar dan lebih memberikan kasih sayang serta mencurahkan perhatian terhadap semua tingkah lakunya anak.

Guna mewujudkan hal tersebut peran besar orang tua dibutuhkan. Ketidakhadiran orang tua untuk memenuhi hal yang dibutuhkan anak di usia ini berdampak tidak baik bagi tumbuhkembang anak.

Berbagai masalah yang terjadi akibat kurangnya pemenuhan kebutuhan anak pada masa golden age antara lain adanya gangguan kognitif, stunting atau perawakan pendek, serta adanya keterlambatan bicara maupun gangguan perilaku.

Kedekatan orang tua anak di usia emas ini menjadi penting artinya untuk memastikan berbagai kebutuhan
anak untuk mengalami tumbuh dan kembang secara maksimal dapat terpenuhi dengan baik.

Kebahagiaan, kesejahteraan, kesehatan, serta hal penting lainnya yang dibutuhkan untuk perkembangan kognisi dan emosional anak akan terpenuhi dengan baik dari pola asuh yang diterapkan orang tua.

Bila anak dari awal sudah harus diasuh oleh nenek atau kakeknya bukan tidak berdampak yang baik hanya saja sering banyak kendala yang terjadi sebagai akibat adanya kesenjangan pengetahuan dalam penerapan pola asuh yang tepat bagi anak.

Keterbatasan yang dimiliki nenek-kakek terkait pengetahuan, keterampilan dan juga berbagai hal penting lainnya mempengaruhi penerapan pengasuhan.

Berbagai keterbatasan itu membuat anak mengalami tumbuhkembang seadanya yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi nenek kakek.

Beberapa persoalan yang sering muncul pada anak yang diasuh nenek-kakek ketika menanjak ke usia dewasa anak sulit dekat secara emosional dengan orang tua.

Lainnya anak sulit untuk mengekspresikan emosinya, anak lebih banyak menutupi perasaannya, anak sulit mengontrol emosi dan anak sulit mentaati peraturan.

Anak yang diasuh oleh nenek kakek dalam waktu yang lama cenderung memiliki masalah perilaku. Anak lebih keras kepala dan juga sulit mentaati peraturan yang ada.

Dalam beberapa hal anak yang dalam waktu lama diasuh nenek kakek akan mengalami keterlambatan bicara, terlihat manja, kurang mandiri dan dalam banyak kesempatan senantiasa ingin dibela.

Guna mendorong anak dapat mengalami tumbuh dan kembang secara maksimal dan sesuai dengan harapan keterlibatan orang tua sangat penting terutama di usia emas (golden age).

Keterlibatan orang tua secara memadai dalam memenuhi berbagai kebutuhan penting anak untuk tumbuhkembang menjadi penopang hadirnya generasi yang sehat baik fisik maupun mentalnya.

Demikian, mudah-mudahan tercerahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (*)