Firmansyah
Pengasuh Rubrik Konsultasi Psikologi Firmansyah, S.Psi, M.MKes. (dok/lakeynews.com)

Rubrik KONSULTASI PSIKOLOGI ini diasuh oleh Bapak Firmansyah, S.Psi, M.MKes. Beliau adalah Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati”. Pertanyaan-pertanyaan dapat dikirim langsung ke PENGASUH melalui pesan WhatsApp ke 0853-3824-1252, CC EMAIL: redaksi.lakeynews@gmail.com.”

Pertanyaan

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Yang terhormat Bapak Pengasuh rubrik ini. Saya bekerja sebagai seorang profesional di luar daerah, punya istri yang juga seorang profesional dan sama-sama bekerja di luar daerah.

Karena masing-masing bekerja di tempat yang jauh dan terpisah membuat kami jarang ketemu. Kalaupun bertemu pas dihari libur saja, itu pun kalau ada kesempatan.

Sebagai suami yang masih sangat mencintai dan menyayangi istri, saya punya khawatiran dan bahkan juga keraguan apakah di luaran sana istri masih setia dan taat, tidakkah dia berselingkuh?

Atas keraguan dan kekhawatiran ini, saya mohon pencerahannya.

BLL, Bima

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.

Jawaban Pengasuh

Wa’alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bapak BLL, saya berharap apa yang disampaikan dalam rubrik ini hanya sebatas keraguan dan kekhawatiran saja, dalam realitanya tidak benar-benar terjadi yang kemudian anda dan Istri masih berada dalam mahligai rumah tangga yang saling mempercayai, menyintai dan menyayangi satu sama lainnya.

Adapun faktor tempat tinggal dan tempat kerja yang saling menjauh yang membuat Anda berdua tidak bisa berinteraksi secara fisik dalam durasi yang sesering mungkin tentunya menjadi sebuah pilihan yang tidak dapat dielakkan. Pilihan tersebut harus dapat diterima dengan lapang dada, pikiran yang dewasa, dan yang tidak malah membuat hubungan suami dan istri menjadi terganggu.

Sebagai suami dan istri karena tidak sering bertemu atau beraktivitas bersama yang disebabkan oleh pekerjaan yang saling terpisah dan menjauh bukanlah sesuatu yang tidak berisiko bagi keutuhan keluarga.

Kehidupan yang dalam satu atap saja sudah barang tentu ada risikonya apalagi kehidupan suami dan istri yang saling menjauh. Hendaknya hal dimaksud dapat saling dipahami dan dimaknai dengan baik sehingga semuanya bisa saling dewasa dalam menyikapinya.

Seharusnya aktivitas bersama sebagai suami ataupun istri di rumah tangga dapat berlangsung sesering mungkin yang mendorong hubungan antara satu dengan lainnya dapat berjalan sesuai harapan dan bila ada sesuatu hal yang dirasa kurang dan berdampak tidak baik bagi suami ataupun istri dengan segera dapat dicarikan solusi penyelesaiannya.

Alasan perbaikan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan secara materi menjadi salah satu pertimbangan bagi suami ataupun istri untuk sama-sama memutuskan untuk hidup saling menjauh dan terpisah.

Pada prinsipnya suami dan istri yang hidup terpisah dan saling menjauh dengan alasan pekerjaan memberikan banyak risiko bagi keduanya bahkan juga bagi masa depan anak-anaknya.

Di antara banyak risiko yang akan memicu banyak persoalan bagi suami dan istri yang hidup terpisah dan saling menjauh adalah kurangnya komunikasi. Karena hidup yang terpisah dan saling menjauh membuat mereka tidak tidak memiliki waktu yang cukup luang untuk saling berkomunikasi.

Untuk dapat bertemu secara fisik dan melakukan aktivitas secara bersama adalah masalah utama bagi pasangan yang menjalani hubungan jarak jauh, namun hal ini terkendala untuk dipenuhi dengan baik.

Akibatnya merekapun memaksimalkan semua alat komunikasi alternatif yang ada, mulai dari telepon, SMS, chatting dan video call, sehingga pada akhinya komunikasi melalui alat elektronik ini menjadi kebiasaan.

Suami dan istri yang hidup terpisah dan saling menjauh juga rentan dengan masalah perselingkuhan. Pernikahan jarak jauh cenderung lebih banyak alami cobaan terutama, perselingkuhan. Pada awalnya mungkin kedua pasangan masih bisa menahannya, namun sampai kapan mereka berdua bisa bertahan.

Ketika rasa kesepian terus-menerus datang, dan wanita atau pria menarik muncul di saat yang tidak diharapkan maka perselingkuhan bukanlah hal yang tak mungkin. Jarak, rasa kesepian dan biasanya bisa menjadi pemicu masalah ini.

Lainnya lagi sebagai risiko yang kemungkinan akan muncul kurangnya kepercayaan. Bukannya tidak mungkin, setelah mengetahui adanya kemungkinan berselingkuh membuat salah satu darinya suami atau pun istri menjadi panik dan mulai mencurigai pasangannya.

Sering keadaan seperti ini tidak memperbaiki keadaan bahkan dapat memperkeruh suasana dalam rumah tangga sehingga hubungan suami dan istri menjadi terganggu.

Banyak pernikahan jarak jauh yang akhirnya berakhir dengan perceraian karena rasa curiga dan cemburu. Hal ini biasanya terjadi pada pasangan yang belum siap menjalaninya.

Bagaimana melanggengkan hubungan rumah tangga walau suami dan istri harus hidup dalam suasana yang terpisah dan saling menjauh sehingga tidak saling mencurigai satu dengan lainnya?

Harus ada komitmen yang kuat antara suami dan istri yang hidup terpisah dan saling menjauh untuk mempertahankan keutuhan rumah tangganya.

Apapun resiko yang terjadi sebagai dampak dari suami dan istri saling menjauh dan terpisah dan selama keduanya masih memiliki harapan yang baik untuk memelihara keutahan rumah tangganya kedua belah pihak harus dapat menjaga diri.

Kemudian juga keduanya tidak melakukan sesuatu yang di luar harapan, melakukan berbagai upaya penting seperti menanyakan keadaan masing-masing walau dilakukan dengan jarak jauh.

Hal tersebut menunjukan suami dan istri masih saling menjaga komunikasi dan membangun kepercayaan antara keduanya yang tentunya dilakukan dengan semangat saling menghargai, memahami, mempedulikan dan membutuhkan antara satu dengan lainnya.

Dari uraian tersebut diatas agar hubungan suami istri berjalan harmonis walau mereka dalam kondisi yang terpisah dan saling menjauh bisa diupayakan dengan menjaga komunikasi, menjaga komitmen dan kepercayaan, melakukan aktivitas bersama walau terpisah dengan jarak yang jauh, dan membuat rencana bersama.

Demikian, mudah-mudahan tercerahkan.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. (*)