EVENT “Dompu Fashion Week (DFW)” sukses diselenggarakan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Dompu. Kegiatan tersebut berlangsung di depan Paruga Parenta Dana Nggahi Rawi Pahu, kompleks Kantor Bupati Dompu, Jumat (7/10) malam.
Terkait kegiatan itu, Ketua Dekranasda Kabupaten Dompu Lilis Suryani Kader Jaelani, menguraikan banyak hal. Dari latar belakang dan motivasi kegiatan, sejarah Muna Pa’a, hingga harapan, target dan outputnya.
Baca juga: Serunya Ketika Para Pejabat Dompu dan Istrinya Lenggak-lenggok di Catwalk
Ketika memberikan sambutan pada event langka dan menarik tersebut, wanita yang akrab disapa Umi Lilis ini mengaku, sejak dilantik pada 10 Mei 2021, kepengurusan Dekranasda yang dia pimpin langsung beraksi. Bergerak cepat, bekerja dan berkarya.
Komposisi kepengurusan yang mewakili seluruh unsur, menjadikan tim kerja Dekranasda Dompu dirasa kuat dan solid.
Dekranasda peka terhadap kearifan lokal Dou Dompu dengan sumber daya alam yang melimpah. Melalui beberapa aktivitas dan produk tradisional yang dihasilkan masyarakat, menjadi fokus utama kepengurusan dalam penyusunan program kerja dan kegiatan andalan organisasi.
Muna ra Medi atau tenunan tradisioanl Dompu, pilihan utama dalam program kerja Dekranasda Dompu. Program ini diturunkan dalam bentuk penguatan kinerja dan aktivitas seluruh penenun. “Tentu disertai pembinaan dalam permodalan, desain tenunan, promosi dan pemasarannya,” jelas Umi Lilis.
Diawal kepengurusan Dekranasda yang dia pimpin, langsung menunjukkan prestasi menakjubkan. Yakni berhasil menyabet Juara II Lomba Cerita Wastra Daerah “Aku dan Kain” Provinsi NTB.
Menurutnya, prestasi tersebut melecut semangat pengurus untuk terus menggaungkan dan meng-Indonesia-kan Muna Pa’a, salah satu produk tenunan asli Dou Dompu.
Diakui atau tidak, Kabupaten Dompu sebagai negeri tua di timur nusantara, memiliki sejuta pesona keindahan dan sumber daya alam yang melimpah. Inilah yang turut mewarnai Indonesia dengan sejarah panjangnya.
–
Tradisi dan Sejarah Muna Pa’a
Tradisi muna atau tenun merupakan salah satu warisan kearifan lokal yang masih dilestarikan secara turun temurun. “Ini menjadi inpirasi bagi kami untuk bekerja,” ujar Umi Lilis.
Perpaduan antara ketekunan, ketelatenan dan kreativitas seni adi luhung Dou Dompu adalah bagian dihasilkannya tenunan Muna Pa’a yang menjadi identitas, karakter dan pembeda daerah ini dengan daerah lain.
Umi Lilis kemudian membeberkan inspirasi lahirnya warna, motif, pola dan teknik menghasilkan Muna Pa’a yang berkualitas dan bernilai seni tinggi. Hal tersebut lahir dari tangan-tangan terampil para penenun, didukung sumber daya alam yang melimpah, kondisi alam yang indah, budaya dan peninggalan sejarah di seluruh penjuru tanah Dompu.
Muna Pa’a di Dompu, cerita Umi Lilis, lahir dan berkembang pada masa pemerintahan Sultan Sirajuddin atau dikenal dengan Sultan Manuru Kupa.
Hasil Muna Pa’a menjadi salah satu bahan pakaian Sultan dan keluarga Kesultanan Dompu lainnya kala itu.
Motif atau karakter Muna Pa’a cenderung unik dan tidak biasa. Ciri khas ke-Dompu-annya sangat kuat. Merepresentasikan Jarimpi, salah satu bahan bangunan yang digunakan Dou Dompu.
Karakter silang menyilang Jarimpi diaplikasikan ke dalam tenunan. Hal tersebut membuat tekstur kain menjadi menonjol. “Terlihat seperti tiga dimensi dan sangat indah,” kata Umi Lilis dengan bangga.
Keanggunan dan kewibawaan Dou Dompu tergambar jelas melalui balutan Muna Pa’a yang dikenakan dengan beberapa jenis motif yang telah dikembangkan. Antara lain, jarimpi, jarapasaka, waji, uma ruka, wunta ka’dui, kakando dan beberapa motif lainnya.
–
Menakjubkan, Perkembangan Muna Pa’a
Bukti cinta tanpa batas pada tradisi leluhur Dou Dompu yang masih bertahan, mengambil peran dalam kehidupan masyarakat yang dinamis.
Hingga saat ini, Nggoli dan Muna Pa’a telah menjadi produk unggulan beberapa UMKM Tenunan di Kabupaten Dompu, baik oleh kelompok penenun maupun individu.
Di Kecamatan Dompu, Pajo dan Woja terdapat 10 kelompok penenun yang sudah menghasilkan ratusan tenunan Muna Pa’a.
Sedangkan untuk individu yang telah menghasilkan Muna Pa’a adalah 10 orang yang menyebar di Kecamatan Hu’u, Kempo, Kilo dan Manggelewa.
Dijelaskan Umi Lilis, terjadi peningkatan yang signifikan pada jumlah wilayah dan penenun Muna Pa’a, sejak digaungkan 2021 lalu.
Pada 2021, penenun yang menghasilkan Muna Pa’a hanya ada di Desa Ranggo, Manggenae dan Desa Wawonduru. Jumlahnya 40 penenun.
Namun pada 2022 ini, penenun dan wilayah Muna Pa’a bertambah di sejumlah desa. Yakni di Desa Bara, Madaprama, Saneo dan beberapa desa di Kecamatan Manggelewa, Kilo, Kempo dan Hu’u. “Jumlah penenun tahun ini sudah lebih dari 100 orang,” sebutnya.
Lebih jauh dikemukakan Umi Lilis, sejak digaungkan oleh ketua Dekranasda, Bupati, Wakil Bupati dan seluruh pejabat di lingkup Pemkab Dompu hingga akhir 2021, telah menggunakan Muna Pa’a sebagai pakaian resmi di beberapa agenda (kegiatan) daerah, regional mapun nasional.
“Sudah diproduksi lebih kurang 400 lembar Muna Pa’a dan terjual habis,” paparnya.
Seiring dengan semakin dikenal dan populernya Muna Pa’a, tahun 2022, dalam sebulan, seluruh penenun bisa menghasilkan sekitar 100 lembar kain dan semua terjual.
Sampai September lalu, total Muna Pa’a yang sudah dihasilkan dan terjual lebih kurang 950 lembar, dengan omset sekitar Rp. 450 juta.
“Pada Desember 2022, Dekranasda Kabupaten Dompu melalui seluruh penenun, menargetkan 1000 lembar kain Muna Pa’a yang dihasilkan,” cetus Umi Lilis.
–
Wujud Komitmen, Lakukan Beberapa Hal
Sebagai wujud komitmen dan dukungan terhadap para penenun, Dekranasda Dompu sudah melakukan beberapa hal. Antara lain, melakukan pelatihan tenunan Muna Pa’a kepada remaja di Kabupaten Dompu. Upaya tersebut sebagai bentuk regenerasi keahlian dalam menenun.
Selain itu, Dekranasda Dompu menyediakan tempat (wadah) untuk menampung, memamerkan dan memasarkan produk penenun. Seperti showroom bernama IKM Mart.
“Promosi juga terus dan gencar kami lakukan melalui keikutsertaan di berbagai kegiatan, baik lokal maupun regional dan nasional, agar Muna Pa’a lebih dikenal secara luas,” paparnya.
Kegiatan “Dompu Fashon Week” pun tidak terlepas dari semangat memajukan Muna Pa’a. Event tersebut, merupakan bagian dari dedikasi Dekranasda dan Pemkab Dompu dalam mendukung penguatan dan eksistensi penenun Muna Pa’a dan UMKM.
Bukan itu saja. “Dompu Fashon Week” memberikan ruang kreativitas bagi masyarakat dalam menggunakan dan mengolah tenunan Muna Pa’a dalam busana kekinian dan elegan.
Kepedulian, peningkatan skill, penguatan kapasitas penenun, pelatihan aplikasi motif dan ragam hias, mengembangkan dan menggunakan Muna Pa’a Dompu, lanjut Umi Lilis, termasuk fokus utama Dekranasda Dompu.
Disamping itu, meng-Indonesia-kan dan menduniakan Dompu melalui Muna Pa’a sebagai bagian dari akselerasi penjabaran visi misi Pemkab Dompu dalam bingkai JARAPASAKA menuju “Dompu yang Mashur.”
“Inilah tanah kelahiran kami, persil surga yang dihadirkan Tuhan untuk Dana Dompu ma Nggahi Rawi Pahu,” aku Umi Lilis mengakhiri sambutannya. (tim)