Oleh: Leni Lestari, S.Tr.Keb *)
TERAPI musik merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengurangi kecemasan pasien, menciptakan kondisi yang nyaman dan relaks pada pasien dengan harapan akan menurunkan tingkat kecemasannya. Manfaat musik adalah sebagai Self Mastery yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri.
Berbagai penelitian pada era Abad ke-20 telah memperoleh bukti akan adanya dampak positif musik. Sebuah majalah bulanan terkemuka di Amerika, dalam salah satu edisinya mencantumkan bahwa musik terdiri dari berbagai unsur. Jika unsur-unsur itu diatur sesuai proporsinya, maka musik ini dapat membuat seseorang menjadi tenang atau bersemangat, anggun atau kasar, rasional atau emosional yang tak terkontrol. Musik memiliki nilai moral positif dan negatif (Chen Lu dalam Salve, 2007).
Menurut Atwater (1999), kebudayaan kuno telah menggunakan kekuatan alami dari suara dan musik untuk mempengaruhi state of conciusness dalam upacara religius yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kesehatan psikologis dan fisik. Musik dapat memengaruhi kesadaran dan perbaikan dalam integrasi penginderaan, relaksasi, meditasi, pengurangan stress, pengelolaan rasa sakit, tidur dan menjaga kesehatan.
Secara keseluruhan, musik dapat berpengaruh baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik, musik dapat membangkitkan sistem saraf otonom tubuh dengan munculnya beberapa respon yang bersifat spontan dan tidak terkontrol, misalnya mengetukkan jari.
Musik juga dapat memengaruhi pernapasan, denyut jantung, denyut nadi, tekanan darah, mengurangi ketegangan otot dan memperbaiki gerak dan koordinasi tubuh, memperkuat ingatan, meningkatkan produktivitas, suhu tubuh, serta mengatur hormon-hormon yang berkaitan dengan stres (Campbell, 2001).
Sehingga pada praktik pelayanan persalinan akan sangat efektif mengurangi tingkat stressor pada ibu bersalin maupun ibu nifas. Musik-musik yang tenang seperti instrumental sufistik dan jenis musik religi lainnya cenderung mendorong respons sistem saraf yang bisa memengaruhi relaksasi pada ibu, maupun menciptakan oksitosin yang bekerja meningkatkan kontraksi pada tubuh ibu bersalin.
Tubuh manusia terbentuk dari berbagai organ dan sel yang saling bekerja sama untuk membangun fungsi tubuh. Keseluruhan kerja sama tersebut dapat terjalin karena keberadaan sistem saraf. Sistem saraf menghubungkan otak juga sum sum tulang belakang yang berperan sebagai otak ke seluruh tubuh manusia.
Dua jenis sistem saraf yang bekerja pada tubuh manusia, yaitu sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua sistem saraf tersebut bekerja secara berlawanan agar dapat mempertahnkan keseimbangan tubuh.
Saat sedang menghadapi kesulitan, tubuh memicu respons stres fisik yang mempersiapkan kita untuk mempertahankan diri atau memberikan respon tubuh. Misalnya pada pasien gelisah akan memengaruhi berkurangnya kontraksi. Ini didorong oleh sistem saraf simpatik, jaringan struktur otak, saraf dan hormon yang biasanya diselaraskan, yang jika tidak seimbang, dapat mengakibatkan komplikasi serius.
Dalam istilah yang paling sederhana, saraf parasimpatik dan saraf simpatik dari sistem otonom adalah dua bagian dari keseluruhan yang sama. Kedua sistem saraf tersebut bekerja sama untuk mempertahankan fungsi tubuh dasar dan normal.
Dokter sering menyebut sistem saraf parasimpatik sebagai sisi “istirahat dan cerna”. Sedangkan simpatik adalah “lawan atau lari“.
Untuk sebagian besar, sistem saraf parasimpatik memiliki reaksi yang berlawanan dengan sistem saraf simpatik. Namun, ada kalanya sistem tersebut memang berlawanan, tetapi kedua sistem saraf tersebut justeru saling melengkapi.
Sangat memungkinkan jika terapi musik dan spiritual diterapkan di tempat kerja. Karena musik dan spiritual membantu mengaktifkan mekanisme umum yang bisa memperbaiki dan memperbaharui jaringan saraf otak yang dialami oleh pasien.
Musik dapat menjadi sebuah terapi tambahan bagi pasien (ibu hamil dan lain-lain) yang mengalami depresi pascamelahirkan/stroke. Pasien yang mengalami depresi harus diberi obat antidepresan dan melakukan terapi. Misalnya terapi kognitif atau psikoterapi lainnya. Salah satu bentuk dari psikoterapi lainnya adalah terapi musik dan spiritual.
Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Sedangkan spiritual dapat membawa seseorang terhadap penghayatan hidup yang lebih dalam, lebih kuat, dan lebih tegar.
Musik dan Spiritual adalah Bahasa Universal
Musik dan spiritual adalah bahasa universal yang memiliki banyak manfaat. Musik dan spiritual dapat digunakan untuk perawatan kesehatan, seperti mengurangi stres dan kecemasan. Maka penting untuk dapat diterapkan di Puskesmas manapun.
Jika dukungan emosional merupakan hal yang penting dilakukan untuk mengatasi stress atau depresi, maka dukungan musik dan spiritual akan memberikan efek psikologi yang baik untuk menurunkan tingkat depresi pasien.
Praktik melalui terapi musik dan spiritual yang akan diimplementasikan tidak lepas dari peran aktif dan kerja sama yang baik antara pasien, keluarga dan perawat. Dukungan anggota keluarga merupakan aspek lain yang mampu membantu kelancaran terapi musik dan spiritual.
Dukungan perawatan yang diberikan anggota keluarga sebagai sistem pendukung (support system) ini menjadi sumber dukungan psikologis bagi pasien dengan depresi selama terapi musik dan spiritual dilaksanakan. Meskipun memang tidak semua keluarga akan menyediakan dukungan dalam menyediakan waktu untuk memberikan terapi musik dan spiritual terhadap pasien.
Oleh karena itu, diperlukan usaha dalam mendorong pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga. Berbagai upaya harus mampu mendorong serta meningkatkan efektivitas pelaksanaan terapi musik dan spiritual, sehingga pasien akan merasakan kenyamanan psikologis pada setiap evaluasi kunjungan dilakukan oleh perawat.
Intinya, dalam hal ini, terapi musik dan spiritual dapat dijadikan alternatif intervensi keperawatan yang mudah dan murah dalam mengatasi depresi pada pasien. (*)
*) Penulis merupakan Bidan di UPT Puskesmas Soromandi, Dinas Kesehatan Kabupaten Bima.