Wawancara Eksklusif dengan Wali Kota Bima H. Qurais H. Abidin

Kota Bima terus berbenah dan mempercantik diri. Kota tersebut makin mempesona dengan hadirnya Masjid Terapung di pinggir Pantai Ama Hami. Seperti apa dan bagaimana Masjid Terapung yang baru beberapa hari lalu diresmikan itu? Berikut petikan wawancara eksklusif wartawan Lakeynews.com H. Mokh. Nasuhi (T) dengan Walikota Bima H. Qurais H. M. Abidin (J), usai shalat Isya berjamaah, Sabtu (20/1/2018) di Masjid Terapung tersebut.

===========

Walikota Bima H. Qurais H. M. Abidin saat diwawancarai wartawan Lakeynews.com terkait Masjid Terapung Ama Hami. (nasuhi/lakeynews.com)

T: Selamat Pak Wali atas telah dibangun dan beroperasinya Masjid Terapung ini!

J: Yang bangun ini pemerintah dan rakyatnya. Saya hanya komandonya.

T: Bagaimana ide awal dibangunnya masjid ini?

J: Memang ingin, kita bayangin ada masjid di sini (kawasan pantai Ama Hami, red). Cuma (selama ini) anggarannya terbatas. Tapi, akhir masa jabatan, saya pikir masjid ini harus tuntas.

T: Apa yang menginspirasi pembangunan masjid terapung ini? Apakah Masjid Terapung Jeddah, Arab Saudi?

J: Saya kira, iya. Insya Allah seperti itu dan terinspirasi juga. Karena ini kota Tepian Air, masa’ Kota Tepian Air tidak ada masjid yang bagus? Bukan berarti masjid yang lain-lain tidak bagus. Tidak. Kelihatannya seperti barulah. Anehlah karena jumlah tiangnya terlalu banyak. Ada masjid terapung di tempat lain tapi mepet dengan kali, mepet dengan pinggiran. Termasuk di Jeddah pun mepet. Tapi masjid kita ini jauh dari pinggir.

T: Bagaimana menyerap jamaah yang shalat di masjid ini sementara jauh dari rumah penduduk?

J: Pertama kita buka, orang yang jumatan di sini ramai. Bahkan di luar-luar penuh. Orang transit bisa masuk sini. Dan, mau masuk subuh pun bisa singgah shalat di sini. Tadi saja, tiga bus shalat di sini. Bahagia dan bangga juga.

Inilah Masjid Terapung di kawasan Ama Hami Kota Bima. (nasuhi/lakeynews.com)

T: Berapa biaya yang terserap untuk pembangunannya?

J: Biaya sih sekitar 15-16 miliar rupiah. Tidak mahal dan tidak besar untuk masjid (mewah, red) seperti ini.

T: Apa memang mimpi membangun ini dari awal atau di akhir masa jabatan?

J: Oh… tidak! Ini dari awal. Dari awal saya “ciptakan” Kota Tepian Air itu sudah. Dari yang kurang, yakni Tugu yang ada di Lawata. Sebenarnya tengah-tengah tempat shalat. Tapi sudahlah yang ini yang dapat saya wujudkan.

T: Awal membangun masjid ini mendapat tantangan?

J: Biasa… Dari istri saja, kita ada tantangan. Biasa cara pandang, emosional, mungkin kiblatnya saat itu ada beda. Ada yang memprioritas hutan mungkin, jalan mungkin. Tapi ia lupa hal yang diprioritas sebenarnya rumah ibadah untuk dunia dan akhirat. Kita kejar dunia akhirat.

T: Setelah masjid ini terbangun, apa tanggapan mereka?

J: Wallahu a’lam.. Saya kira mereka akan bersyukur juga. Jangan buat hati kita busuk gara-gara dikritik orang. Buat hati kita semakin indah, semakin bekerja baik kalau dikritik. Saya sebenarnya tidak mau menjawab kritikan. Yang saya jawab, hidup tidak mengganggu-ganggu dan tetap bekerja.

Bagian dalam Masjid Terapung di kawasan Ama Hami. (nasuhi/lakeynews.com)

T: Sebentar lagi Anda akan “meninggalkan” dunia birokrasi dan pemerintahan di Kota Bima. Bagaimana langkah pengembangannya, sehingga masjid ini bisa tetap ramai?

J: Insya Allah. Selama lima tahun saya mengembangkan mereka untuk hidup jujur dan hidup bersih. Dan, konsep jujur dan bersih itu adalah konsep ibadah. Konsep amanah juga konsep ibadah. Saya kira secara otomatis akan melaksanakannya. Walau pemimpin orang aneh. Mereka nggak mau dibikin aneh. Karena sistem kita sistemnya sudah kuat. Susah kalau mau korupsi di Pemkot. Susah.

T: Apa harapannya ke depan?

J: Harapan saya, semua teman-teman, pers, semua memang terus mensyiarkan agama ini yang berpatokan kepada kehidupan Pancasila dan ber-Bhinneka Tunggal Ika. (*)