Bupati Dompu H. Bambang M. Yasin serius mengamati “air terbang” atau irigasi melayang yang terwujud dari ide “gila”-nya di Sabana Doro Ncanga. (ist/lakeynews.com)

DOMPU, Lakeynews.com – Bupati Dompu H. Bambang M. Yasin (HBY) cemerlang dengan ide-ide “gila” untuk memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.

Kali ini, ada satu lagi ide “gila”-nya. Ujicoba “air terbang” alias irigasi melayang di kawasan sabana Doro Ncanga, Kecamatan Pekat, berhasil diwujudkan dan sukses di penghujung 2017 ini.

Munculnya ide yang oleh sebagian orang dianggap tidak masuk akal itu karena sistem irigasi selama ini tidak maksimal, bahkan bisa dikatakan gagal. “Selama ini, sistem irigasi untuk peternakan di Doro Ncanga selalu pipanya ditanam dan tidak berfungsi maksimal,” kata HBY pada Lakeynews.com.

Karena itu, setelah sekian lama memutar otak, lahirlah ide untuk mencoba sistem irigasi melayang. “Sekarang kami coba gantung (pipanya). Harapan kita, airnya tidak hanya untuk air minum ternak tapi juga bisa menyiram rumput supaya bisa terus hijau,” papar HBY.

Pascaterwujudnya “air terbang” itu, Pemkab Dompu akan segera melakukan evaluasi. “Kami evaluasi untuk sisi manfaat, biaya maupun keberlanjutannya,” tandasnya.

Sebelumnya, dalam perjalanan ke Kota Dompu, sepulang dari perayaan Hari Guru Nasional (HGN) Tingkat Kabupaten Dompu di Desa Calabai, Kecamatan Pekat, HBY sempat meninjau proyek bernilai Rp. 200 juta dari APBD 2017 tersebut.

HBY yang saat didampingi Kadis Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Dompu Abdul Muis, M.Si, dan sejumlah pejabat terkait tampak takjub. Tidak tanggung-tanggung, pria berbadan super ini pun menyempatkan diri berfoto-foto di tempat itu.

 

Kadis PUPR Kabupaten Dompu Abdul Muis, M.Si, dilokasi irigasi melayang yang sudah berhasil diwujudkannya di Sabana Doro Ncanga. (ist/lakeynews.com)

Abdul Muis: 2018 Akan Dibuat Lagi Sepanjang Satu Kilo

Ditemui secara terpisah, Kadis PUPR Kabupaten Dompu Abdul Muis, M.Si, memperkuat penjelasan Bupati HBY. “Sistem irigasi melayang ini untuk areal Hijauan Makanan Ternak (HMT),” papar lelaki yang akrab disapa Pak Daeng, ketika ditemui di kediamannya.

Memang diakuinya, irigasi dengan sistem pipa yang ditanam kerap gagal. Ketika rusak, sulit diketahui tempat kerusakannya. Dengan sistem irigasi melayang, seandainya terjadi kerusakan akan bisa langsung diketahui.

Menurut Pak Daeng, sistem irigasi melayang itu murni ide HBY, yang selanjutnya diaplikasi olehnya. “Ujicoba awal pada tahun 2017 ini sepanjang satu kilometer. Dananya Rp. 200 juta dari APBD,” jelasnya.

Sedangkan sumber air dari sumur pompa bertekanan. Untuk mengalirkan air di atas, menggunakan pipa jenis HDPE ukuran 2 in. Tiangnya memakai pipa GI (besi) 2 in tiga batang dengan ketinggian rata-rata 3,5 meter. “Jarak tiang yang satu dengan lainnya enam meter,” urainya.

Setelah sukses ujicoba ini, pihaknya akan melanjutkan tahap kedua. “Tahap kedua kita lakukan kegiatan yang sama di tempat (titik) yang lain. Panjangnya, ya sekitar satu kilometer juga,” ujar Pak Daeng.

Kapan rencana pembuatan irigasi melayang tahap kedua ini digarap?

“Insya Allah 2018. Bahkan kita targetkan, sebelum puncak event Tambora, 14 Apil, pengerjaannya sudah kelar,” jawab Pak Daeng.

Hanya saja, baik yang hasil ujicoba kemarin maupun yang akan dikerjakan selanjutnya, akan ditambah dengan tanaman hidup seperti. Pohon-pohon hidup itu akan ditanam di antara tiang-tiang.

“Disamping HMT-nya itu juga bisa sebagai tambahan tiang dan bagian dari upaya menanam dan penghijauan kembali,” cetusnya.

Bak penampung air minum ternak yang disiapkan di areal irigasi melayang Doro Ncanga. (ist/lakeynews.com)

Pada sisi lain, Pak Daeng menjelaskan, irigasi melayang ini merupakan sistem pengembunan. Sistem yang sudah ada di daerah atau negara maju dilakukan pada tanaman, seperti anggur dan tanaman-tanaman yang membutuhkan teknologi tinggi.

Untuk sistem pengembunan dan bertekanan ini, pihaknya menggunakan mesin pompa 23 PK. Pemanfaatan mesin ini sekitar lima jam sehari.

“Biaya operasional dan pemeliharaannya relatif murah. Hitungan kita, hanya dengan BBM jenis solar sekitar lima liter sehari atau satu liter per jam. Atau, Rp. 30 ribu per hari @Rp. 5000 per liter. Biaya pemeliharaan juga tidak mahal. Tapi manfaatnya luar biasa,” urainya panjang lebar.

“Dengan begitu, setelah berfungsinya sistem ini, rumput-rumput tumbuh subur, ternak tidak lagi kesulitan air minum karena sudah disiapkan. Bahkan manusia pun bisa menikmati langsung untuk minum, karena sudah kita siapkan krannya,” pungkas Pak Daeng. (won)