Resensi Novel
Cerita Depta, Me(maksa)lepas
Oleh: Rika Puji Rahayu
(Perawat RS. Ciputra Hospital Jakarta Barat dan Pecinta Sastra)
NOVEL Cerita Depta, Me(maksa)lepas ini diangkat dari kisah nyata yang ditulis oleh Khairul Farid seorang anak yang lahir, tumbuh dan besar di Desa Tawali, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima. Ia menyelesaikan studinya sebagai perawat disalah satu kampus swasta di Kota Jogjakarta.
Anak pertama dari empat bersaudara, putra pasangan Bapak Mustakim dan Ibu Hartini ini menyajikan karya sebuah novel bergenre romance kepada kita semua. Yakni tentang seorang lelaki bernama Depta Saskara Prakasra atau akrab dipanggil Depta yang memperjuangkan kebahagiaannya pada seorang perempuan bernama Mita Desti Salviani atau yang biasa dipanggil Mita.
Bang Farid (biasa dipanggil) begitu cerdas meramu alur cerita dalam novel ini. Sangat begitu manis, dimulai dari kelucuan perkenalan, keromantisan kedua tokoh utama selama berpacaran, hingga ending cerita begitu terharu sampai menitikan airmata. Pembaca pun merasa tidak bosan dengan isinya.
Sinopsis:
Mita menyandarkan kepalanya di bahu Depta. Depta kembali terdiam. Terbayang lagi pikiran tadi. Tapi kini ia cukup tenang. Setidaknya keberadaan Mita di sisinya, membangunkan keyakinannya yang kokoh. Bahwa mencintai hanya persoalan yakin. Seseorang yang mencintai seperti petani, menanam benih dan terus memupuk kesetiaan pada bumi. Depta menarik napas dalam-dalam setiap kali pikiran itu menghadang. Digenggamnya tangan kekasihnya, dilihatnya selintas wajah yang bening kemuning sesekali disinari lampu senja. Dingin berembus didalam kereta. Peluit masinis kembali melengking. Depta bergumam, “Mungkin aku menuntut semua kejelasan dengan begitu cepat. Kenyamanan, keterbukaan, kecemasan bahkan ketakutan sekalipun. Aku tidak pernah menyalahkan semuanya, karena semua itu soal rasa. Aku sudah berada pada titik ini. Titik yang membuatku tidak ingin berpaling pada keadaan yang lain. Semoga kamu juga merasakan hal yang sama, yaitu cinta.”
Buku ini merekam lebih jauh dari yang kita kira. Siapa sangka, lima menit paling berharga untuk masa depan hubungan mereka terenggut oleh keegoisan salah seorang di antara keduanya. Lalu bagaimana mereka bertahan, ketika perpisahan menguntit di belakang mereka? Me(maksa)lepas adalah jalan yang paling mungkin untuk menemukan jawabannya.
Awal dari kisah novel ini yaitu Bima Adira Prakarsa atau yang biasa disebut Bima yang diangkat oleh Bang Farid sebagai tokoh yang menceritakan tentang kedua tokoh utama Depta dan Mita.
Depta merupakan seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Jogja. Ia bertemu dengan seorang mahasiswi yang bernama Mita. Depta dan Mita ternyata satu naungan di universitas yang sama, hanya berbeda jurusan. Depta awalnya dikenalkan dengan Mita oleh Cindy. Cindy adalah teman kos-kosan dan teman satu jurusan dengan Mita. Kebetulan Cindy adalah pacarnya Rifan yang teman dekatnya Depta. Karena Rifan sering mengajak Cindy ke kontrakan Depta akhirnya muncul keakraban antara Cindy dengan Depta.
Berawal dari itu mereka berkenalan, menjalin hubungan, saling mengucap satu janji kebahagiaan dan berikrar untuk saling tak ingkar. Saat itu juga Depta merasa ada yang harus diperjuangkan dalam hidupnya. Seseorang yang tidak hanya menemaninya susah ataupun senang, tapi menjadi bagian dari mimpi-mimpi dan masa depannya.
Buku ini tidak hanya mengisahkan tentang gentingnya hubungan mereka, tapi terdapat kisah menarik mengenai arti sebuah persahabatan dan kekeluargaan. Terasa beberapa tahun lamanya kekompakan serta keserasian mereka menjalin hubungan membuat percaya untuk mengikat dalam sebuah keseriusan. Depta dikenal sebagai sosok yang cerewet, alim, kreatif, humoris, narsis, dinamis dan proaktif. Sedangkan Mita dikenal sebagai sosok perempuan penyabar, kalem, alim dan baik hati.
Setelah Depta selesai penempuh pendidikan, selang satu tahun dengan Depta, Mita pun telah selesai pendidikan di universitas yang sama. Depta saat itu bekerja di salah satu instansi swasta di Jogja. Sedangkan Mita bekerja di salah satu bank swasta, juga di Jogja. Karena masing-masing sudah begitu dekat Depta dengan orangtua dan keluarga Mita dan sebaliknya Mita dengan orangtua dan keluarga Depta, mereka menyepakati keseriusan hubungannya.
Saat itu juga, Depta memperjuangkan tidak hanya meyakinkan Mita dan kedua orangtuanya tetapi juga berjuang meyakinkan kedua orangtua dan menyatukan semua pemikiran keluarganya.
Adanya keseriusan, hubungan mereka semakin romantis. Beberapa tempat di Kota Jogja menyimpan kenangan tersendiri bagi mereka. Kota yang tiap sudutnya mengisahkan keromantisan hubungan mereka. Tidak hanya di Jogja, Kota Bandung pun pernah menjadi tempat liburan ke dua tokoh utama tersebut.
Hampir selama lima tahun mereka pacaran, berbagai masalah selalu menghadang. Tidak hanya mereka, saya ataupun kita yang menjalin hubungan selalu dihadapkan berbagai masalah.
Salah satu kutipan yang menarik pada buku ini ialah “perlu diketahui, semua pasangan mempunyai masalah tersendiri. Hanya saja mereka berani menghadapi, bijak menyikapi tanpa mengakhiri.” (Hal.175).
Sosok seorang ibunda Depta menjadi sorotan penting dalam novel ini sebagai maha guru kehidupan sebenarnya. Selama Depta tumbuh dewasa, belum pernah mendapati nasihat yang berisi untuk melepas anaknya memilih sosok perempuan yang akan mendampingi hidupnya. Akhirnya hubungan mereka disetujui oleh kedua orangtua dan keluarga masing-masing.
Hingga tahun kelima, Mita dengan tiba-tiba mengakhiri hubungan tanpa alasan yang jelas. Masalah yang sebenarnya dianggap biasa dan tidak dipermasalahkan sama sekali tidak bisa terselesaikan dengan baik dan bijak.
Depta terus mencoba mempertahankan hubungan yang selama ini ia bangun. Mita tetap saja kokoh pada pendiriannya untuk tidak bisa melanjutkan hubungannya dengan Depta. Alasan yang paling genting dan masih diterka oleh seorang Depta ialah Mita yang kembali meragukan Depta mengenai jarak.
Pada waktu yang bersamaan Mita saat itu dengan sadar menyatakan bahwa dari awal ayahnya tidak menyetui kedekatan Depta denganya karena Depta orang jauh, berasal dari Jakarta. Sedangkan Mita berasal dari Jawa Tengan, tepatnya Klaten.
Ayahnya tidak ingin jika menikah nanti Depta membawa Mita ke Jakarta dikarenakan Mita merupakan anak tunggal. Padahal dari awal, sebelum persetujuan kedua belah pihak, Depta, orangtua dan keluarganya telah mengalah jika Depta akan tinggal dan mengikuti Mita.
Muncul berbagai penyataan dari beberapa orang terdekat Mita yang salah satunya adalah teman-temannya, bahwa Mita kembali menjalin hubungan dengan seseorang yang pernah mendiaminya dimasa lalunya.
Depta pun mendapati hal serupa bahwa Mita memang menjalin kembali hubungan dengan seseorang dimasa lalunya. Depta kembali mempertanyakan hal tersebut dan mita selalu mengelak. Ia mengaku tidak menjalin kembali hubungan seseorang yang mendiaminya dimasa lalunya.
Hingga pada akhirnya Depta tengah pasrah dengan kisahnya. Depta mulai menyadari bahwa semakin ia mengejar dan memaksa sosok perempuan yang pernah menenangkannya walau sesaat maka semakin jauh dan dibenci oleh perempuanya itu.
Kelebihan buku (novel) ini ialah penyajian bahasa tidak bertele-tele, sangat hidup dan mengalir serta mudah dipahami. Quotes pada setiap bab sangat menarik. Beberapa foto yang dilampirkan membuat pembaca penasaran dengan bab selanjutnya. Ajaran dan ajakan tentang bijaknya dalam menghadapi sebuah masalah juga sangat terasa dalam novel ini.
Kekurangan buku (novel) ini ialah beberapa penulisan masih ada yang salah. Kutipannya juga masih ada yang sama pada beberapa bab.
Saran:
Diusahakan untuk menyajikan konflik yang lebih bervariasi serta konflik yang sebenarnya terjadi. Novel ini ialah kisah yang mengajarkan kita tentang arti dari juang yang sebenarnya, wajib membaca buku ini karena sangat bijak dalam menghadapi masalah. (*)
IDENTITAS BUKU (NOVEL)
Judul Novel : Cerita Depta,
Me(maksa)lepas
Penulis : Khairul Farid
Penerbit : Kaki Kata
Jumlah Bab : 16 Bab
Tebal Buku : 216 hlm.
Ukuran : 13 x 19 Cm
Sampul : Soft Cover Embos
Cetakan Pertama : April 2017 Harga
Buku : Rp. 55.000,-
ISBN : 978-602-9922-96-5
Cara pesannya kaya gimana..??