DOMPU, Lakeynews.com – Yayasan We Save Dompu bertekad mewujudkan sebuah mobil ambulance. Direncanakan dan diupayakan, tahun 2018 kendaraan itu sudah ada.
Mempercepat terwujudnya hajat mulia tersebut, Yayasan We Save Dompu memotori “Gerakan Patungan 1000 untuk Ambulance”. Gerakan ini dimulai awal Juli 2017 dan diharapkan, 2018 mobil mobil terwujud.
“Mobil ambulance ini nantinya untuk memenuhi kebutuhan tansportasi masyarakat, terutama warga miskin atau tidak mampu,” kata Presiden We Save Amirudin pada Lakeynews.com di Dompu.
Amirudin saat itu didampingi dua menteri we save, Menteri Kemanusiaan dan Sosial Yani Aryanto dan Menteri Pemuda, Seni dan Budaya Adi Purnomo.
Pria yang dikenal dengan panggilan Amirudin We save itu mengatakan, kendaraan itu dirasa sangat penting dan dibutuhkan segera diadakan karena begitu dibutuhkan ketika pihaknya melakukan evakuasi pasien, lebih-lebih di daerah-daerah terpencil.
Karena itu Amirudin menegaskan, dalam pelayanan kesehatan bagi warga kurang mampu, We Save Dompu sangat membutuhkan kendaraan ambulance untuk transportasi. Misalnya, ada pasien yang kami tangani yang mau dibawa ke luar daerah atau dari luar daerah melalui Bandara Sultan Muhammad Salahuddin Bima, bisa diangkut atau dijemput dengan ambulance. “Ya, daripada kita rent car mobil,” ujarnya.
Selama ini, pakai mobil rent car atau bemo sewaan. Sesekali pinjam mobil orang. “Pernah sekali waktu, Ina Imo (almarhumah), usia 70-an tahun. Dia pasien kanker di bagian hidung. Sekitar pukul 22.00 Wita, Ina Imo dijemput di rumahnya, Desa Lanci, Manggelewa, pakai bemo sewaan,” urai Yani Aryanto.
Terkait upaya mewujudkan mobil ambulance melalui Gerakan Patungan Rp. 1000 ini, Yayasan We Save Dompu mengharapkan dukungan dari semua elemen masyarakat, baik moril maupun materi. “Tanpa dukungan dan peran semua pihak, hasil gerakan ini tidak akan signifikan,” tandas Yani.
Diketahui, Yayasan We Save Dompu sudah membuka Panti Asuhan Lembo Ade. Panti tersebut mengurus orang-orangtua dan penyandang cacat, terutama dari kalangan kurang mampu yang membutuhkan pelayanan medis.
Sampai Agustus 2017 ini, pasien operasi yang ditangani Panti Asuhan Lembo Ade hingga ke Rumah Sakit (RS) Sanglah Denpasar, Bali, sudah mencapai belasan orang. Diantaranya, Yusuf, 24 tahun, warga Desa Tembalae, Kecamatan Pajo yang menderita tumor pada mulut.
Ada juga anak berusia 10 tahun. Namanya Muhtar, asal Hodo, Desa Soritatanga, Kecamatan Pekat, yang mengalami tumor mata. Serta, Suaeb, 10 tahun, penderita tumor mata dari Desa Ta’a, Kecamatan Kempo.
“Dan, yang sekarang, sedang proses penyembuhan pascaoperasi kanker mulut di RS Sanglah, Ina Po, 64 tahun, warga Desa O’o, Kecamatan Dompu,” jelasnya. “Sumber dana kegiatan atau operasional kami, semuanya dari hasil penggalangan, sumbangan dan donasi dari berbagai pihak,” sambung Yani. (zar)