Kepala BPBD NTB Ir. H. Muhammad Rum, MT, menyerahkan berita acara peminjaman mobil tangki air kepada Sekdes Doridungga, Sahrudin. (ist/lakeynews.com)

MATARAM, Lakeynews.com – Menanggulangi krisis air di Desa Doridungga dan sekitarnya, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Jumat (18/8/2017) siang, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi NTB mengirim mobil tangki.

Desa Doridungga dan sekitarnya merupakan wilayah yang paling parah mengalami kekeringan tahun ini. Selain faktor alam, juga karena konflik sosial.

Mobil tangki berkapasitas 5000 liter itu, selama ini digunakan untuk melayani kebutuhan masyarakat di daerah yang terdampak kekeringan atau bencana lainnya di NTB.

“Kita harapkan mobil tangki ini dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk penanggulangan darurat kekeringan di Kecamatan Donggo, khususnya Desa Doridungga,” kata Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD NTB Ir. H. Muhammad Rum, MT.

Mobil jenis truk Isuzu Elf itu diserahkan Kalak BPBD NTB didampingi Kasi Kedaruratan, Agung Pramuja.  Sifatnya pinjam pakai. “Kami berharap masyarakat di sana tidak lagi kesulitan, sampai mencari air bersih berkilo kilometer,” harap Rum.

Menurutnya, penyerahan mobil itu setelah ada permintaan dari Kades Doridungga dan diteruskan Bupati Bima. Setelah mencermati informasi dan data lapangan, Kecamatan Donggo, khususnya Desa Doridungga tergolong parah.

Apalagi dengan konflik sosial yang dipicu kasus pembunuhan sebelumnya, aliaran air bersih dari Desa O’o ke Doridungga putus total. Konflik sosial ini, bagian dari bencana. Karena, dampaknya pada krisis air dan penanggulangan bencana menjadi kewenangan pihaknya.

Sementara Sekdes Doridungga, Sahrudin, disela-sela serah terima mobil pinjaman tersebut mengaku, kondisi warga di desanya sudah pada tingkat paling parah. Ada 3600 lebih kepala keluarga pada tiga dusun di sana yang kesulitan air bersih.

“Warga kami harus menempuh jarak berkilo-kilo untuk mendapatkan air. Ada yang ngambil air di sungai dengan jarak dua kilometer. Itu pun airnya keruh,” ungkapnya.

Dengan bantuan peminjaman mobil itu, setidaknya bisa menanggulangi sementara dampak darurat kekeringan di desanya. “Nanti kami akan atur bagaimana pola distribusi dan operasionalnya, supaya semua masyarakat kebagian. Tidak lagi ada yang beli air mahal-mahal. Tidak ada lagi yang cari air di sungai,” harapnya. (zar)