Salah satu parpol di NTB yang memperhatikan koalisi nasional sebelum berkoalisi dengan partai lain adalah Hanura. Ketua Tim Pilkada Hanura NTB Yeyen Seprian Rachmat, M.Si (paling kanan) dalam pertemuan konsolidasi dengan pengurus DPP Hanura di Mataram, beberapa waktu lalu. (sarwon/lakeynews.com)
  • Peta Koalisi Nasional menjadi Referensi
  • Lima Koalisi; Poros Tengah Plus Cukup Bergengsi

Waktu pelaksanaan Pilkada NTB 2018 makin dekat. Partai-partai politik (parpol) di tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tengah gencar dan konsentrasi menyeleksi para Bakal Calog Gubernur dan Bakal Calon Wakil Gubernur (Bacagub/Bacawagub) yang akan diusung tahun depan. Kemungkinan parpol mana akan mengusung siapa adalah salah satu bahasan yang seru. Namun sebelum mengupas itu, Lakeynews.com mencoba memetakan arah koalisi parpol-parpol itu. Analisa tersebut berdasarkan hasil pengamatan, diperkuat interview dengan pengurus beberapa parpol dan elemen yang bergelut sejak awal suksesi ini bergulir.

=================

Kupasan: Sarwon Al Khan, Mataram

=================

SAAT INI, tidak satupun parpol di tingkat Provinsi NTB yang memenuhi syarat untuk mengusung sendiri satu pasangan Cagub/Cawagub 2018-2023. Fakta yang tak terbantahkan ini tergambar dari perolehan suara atau kursi parpol di DPRD NTB Periode 2014-2019.

Partai Golkar misalnya. Meskipun mengantongi 11 dari 65 kursi (total) di “Parlemen Udayana”, parpol yang pernah berkuasa selama 32 tahun bersama Orde Baru itu masih belum bisa mengusung satu paket Cagub/Cawagub NTB.

Ketentuan mengharuskannya peroelah suara pada Pemilu Legislatif lalu minimal setara dengan 13 kursi. Sehingga masih kekurangan dua kursi. Untuk memenuhi kekurangan itu, Gorkar mau tidak mau harus berkoalisi dengan parpol lain.

Demikian pula dengan parpol-parpol lain yang perolehan kursinya jauh di bawah Golkar. Akan sangat tidak masuk akal parpol tertentu bisa mengusung paket calon tanpa berkoalisi dengan parpol lain.

Rinciannya; Partai Golkar dengan 11 kursi, Partai Demokat (PD) delapan kursi, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) delapan kursi, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) enam kursi dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) enam kursi.

Selanjutnya perolehan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) lima kursi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) lima kursi, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) lima kursi, Partai Amanat Nasional (PAN) lima kursi, Partai Bulan Bintang (PBB) tiga kursi dan Partai Nasional Demokrat (Nasdem) tiga kursi.

 

Kemungkinan Arah Koalisi

Salah satu tahapan Pilkada yang bisa dikatakan berat dan ribet dijalani parpol adalah membangun koalisi dengan parpol lain dalam pengusungan calon. Kendati sudah berada dalam satu “ikatan” koalisi permanen sekalipun, kondisi itu kerap dirasakan. Ini mengingat kepentingan antarparpol yang mesti disingkronkan satu dengan lainnya.

Khusus menjelang Pilkada NTB yang bakal dihelat tahun depan. Koalisi yang akan dibangun parpol tidak pasti berdiri sendiri. Artinya, peta koalisi di tingkat nasional akan menjadi bagian referensi bagi parpol-papol di level Bumi Gora.

Peta koalisi nasional diyakini penting menjadi bagian dalam melakukan pemetaan koalisi partai jelang Pilkada NTB 2018. Hal tersebut mengingat jarak yang relatif pendek antara Pilkada 2018 dengan Pilpres 2019.

Dari pengamatan penulis, nampak setiap kekuatan politik provinsi yang terkonsentrasi di Kota Mataram itu sedang melakukan konsolidasi. Mereka umumnya merapatkan barisan dalam kontestasi menuju Pilkada 2018 dan Pilpres 2019.

Untuk peta koalisi ini, kita coba gambarkan menjadi lima kelompok (empat koalisi parpol dan satu koalisi independen). Sekali lagi, pemetaan ini berdasarkan hasil pengamatan (pantauan) yang diperkuat dengan interview pengurus beberapa parpol. Serta, wawancara dengan elemen-elemen yang berkecimpung langsung sejak awal sukses NTB 1 dan NTB 2 ini bergulir.

 

Poros Tengah Plus Paling Bergengsi

Koalisi pertama, kita sebut Poros Tengah Plus. Sebagaimana diketahui, sejak awal, masuk dalam koalisi yang sudah resmi dideklarasikan beberapa waktu lalu itu, Partai Hanura, PAN, PKB dan PPP.

Waktu terus bergulir. Seiring dengan itu, suhu politik pun terus berkembang. Bahkan akhir-akhir ini kian seru dan hangat. Belakangan justru berhembus lagi kabar cukup menarik. Partai Nasdem disebut-sebut akan melebur ke Koalisi Poros Tengah. Beberapa petinggi Nasdem NTB intens membangun komunikasi politik dengan beberapa parpol di koalisi bergengsi itu.

Intrik, interaksi dan kolaborasi yang dimainkan koalisi ini memang cukup menyita perhatian publik politik di daerah ini. Apalagi keempat partai (lima parpol jika bergabung Nasdem) tersebut merupakan partai pendukung pemerintah (nasional) saat ini.

Disamping itu, Koalisi Poros Tengah Plus sangat aktif melakukan komunikasi politik satu dengan lainnya. Hubungan komunikasi mereka tampak begitu cair dan terbuka, terutama dalam mengomunikasikan kepentingannya masing-masing.

Hal itu dibenarkan Ketua Tim Pilkada Patai Hanura NTB Yeyen Seprian Rachmat, M.Si. Dia mengakui, saat ini, pihaknya intens berkomunikasi dengan kawan-kawan partai yang tergabung dalam koalisi poros tengah.

“Karena memang, bakal calon yang mendaftar di masing-masing partai hampir sama. Itu memudahkan kami untuk saling share informasi tentang bakal calon,” ujarnya pada Lakeynews.com.

Koalisi kedua, Poros Golkar. Dimana, H. Suhaeli merupakan figur central dalam poros ini. Dengan modal 11 kursi DPRD NTB yang diraih, Golkar tidak banyak membutuhkan koalisi dengan partai lain.  Cukup dengan satu partai dengan 3 kursi, misalnya dengan PBB, Suhaeli sudah bisa melaju sebagai calon gubernur.

Embrio Golkar akan berkoalisi dengan PBB sudah terlihat sejak lama. Gambaran itu tampak dari komunikasi aktif Suhaeli dengan Bendahara Umum DPP PBB H. Aris Muhammad sebagai Bacawagubnya.

Kemungkinan berkoalisi dengan parpol lain juga masih terbuka. Teranyar, salah satu putra mantan Gubernur NTB H. Harun Al Rasyid juga sudah berkomunikasi politik dengan Bupati Lombok Tengah itu. Hanya saja, partai mana yang akan dipakai oleh putra mantan gubernur itu belum dapat difinalkan.

Koalisi ketiga, Poros Gerindra. Poros ini dimotori Partai Gerindra yang memiliki delapan kursi di parlemen NTB. Namun, parpol mana yang akan diajak bergabung ke partai ini, juga belum ada yang pasti.

Meski demikian, Gerindra sudah menggadang-gadang nama Walikota Mataram H. Ahyar Abduh sebagai Bacagubnya. Hal itu tegas disampaikan Ketua Umum DPP Gerindra Hasyim Joyohadikusumo. Dalam sambutan mewakili Prabowo (Ketua Dewan Pembina Gerindra) saat pelantikan pengurus Partai Gerindra NTB, Hasyim mengatakan, “Partai Gerindra akan memenangkan H. Ahyar Abduh dalam pilkada 2018.”

Namun begitu, Poros Gerindra masih membutuhkan dukungan partai lain. Misalnya dengan PKS, PPP atau PAN. Kemungkinan Gerindra menggandeng Hanura, sangat kecil. Argumentasinya, melihat rivalitas antara Prabowo dengan Ketua Umum DPP Hanura Oesman Sapta yang sudah berlangsung lama.

Tetapi kata kuncinya, Poros Gerindra belum nampak gagah untuk mengusung paket calon karena masih membutuhkan dukungan partai lain. Dan, parpol mana dimaksud, komunikasi-komunikasi politik masih sedang bergulir di poros ini.

Koalisi keempat, Koalisi TGB (Tuan Guru Bajang). Warna koalisi yang digawangi KH Muhammad Zainul Majdi (Gubernur NTB) itu paling ditunggu-tunggu saat ini. Apalagi TGB dinilai jeli mengatur irama untuk tidak segera melaunching jagonya.

Mencermati Pilkada 2018 yang akan berlangsung ketat dan adu strategi, TGB sepertinya sangat hati hati bersikap. Tapi terlepas dari itu semua, analisa dan informasi dari sejumlah pihak, koalisi TGB akan tetap seperti hajat awal. Akan mewujudkan koalisi Demokrat dan PKS.

Fakta di lapangan, marak baliho kakak TGB, Hj. Rohmi Djalillah sebagai Bacagub penerus ikhtiar TGB membangun NTB.

Disisi lain, kader PKS Dr. Zulkieflimansyah di beberapa kesempatan dengan tegas mengatakan, dirinya hanya akan maju sebagai Cagub NTB jika pasangannya Rohmi Djalillah. Pria yang akrab disapa Dr. Zul itu juga mengklaim, akan mendapatkan dukungan TGB plus Demokratnya karena sudah kerap melakukan komunikasi soal itu.

Terakhir, kelima, Koalisi Independen. Koalisi ini dimotori Ali BD yang sekarang menjabat Bupati Lombok Timur. Meski semula Ali BD dikibarkan akan maju melalui jalur independen, perkembangan terakhir sedang mengupayakan jalur partai. Sasarannya, PDI-P, Hanura, PKB dan Nasdem. (*)