DOMPU, Lakeynews.com – Ada hal krusial yang patut diawasi pada Pemilu Legislatif (Pileg) 2019 mendatang. Yaitu waspadai “pencurian” suara.
Pada beberapa Pileg sebelumnya, ditengarai kasus pencurian suara terjadi. Calon anggota legislatif (Caleg) ada yang mengaku menjadi korban praktik kotor tersebut. Salah satunya, Arie Wiryawan Harun Al Rasyid, mantan Caleg untuk DPR RI.
Putra mantan Gubernur NTB H. Harun Al Rasyid itu mengaku, bahwa pada setiap Pileg kasus kehilangan suara selalu terjadi. “Saya mengalaminya, suara saya banyak yang hilang,” ungkap pria yang akrab disapa Arie itu dalam diskusi Grup WhatsAPP (G-WA) Lakeynews.com, Selasa (4/7/2017) malam ini. Beberapa informasi dijapri Arie via WA pada media ini.
Pada Pileg 2009 lalu, Arie maju sebagai Caleg dari Partai Gerindra dengan Nomor Urut 1 Dapil NTB. “Suara pribadi saya 50 ribu ditambah dengan suara dari nomor urut lain, tapi sampai di KPU banyak yang hilang,” ungkapnya.
“Akhirnya Gerindra gak dapat kursi dari NTB, karena saksi juga jarang dari partai dan suara tercecer kemana-mana,” papar Arie.
Demikian pula pada Pileg 2014, Arie mengaku mengalami kejadian serupa. Saat itu, Arie tampil menggunakan kendaraan politik Partai Nasdem dengan Nomor Urut 4. “Kejadiannya sama juga, suara saya banyak yang hilang,” bebernya.
Terkait hal itu, Arie menegaskan, KPU harus berbenah dan independen dalam pelaksanaan pemilihan legislatif. “Itu kalau mau Jurdil (jujur dan adil). Kasihan para calon yang sudah bekerja keras, tapi hasil akhirnya suara bisa hilang,” tandasnya.
Arie mengaku, setiap Pileg terjadi kasus seperti itu dan dirinya mengalami kehilangan banyak suara. Dia menduga, ada oknum Caleg bermain dengan oknum/pihak tertentu.
“Pencitraan hanya di baliho tapi orangnya (oknum Caleg, red) tidak pernah turun menemui masyarakat secara langsung. Beginilah para (oknum) legislator kita sekarang, bagaimana bisa memajukan daerahnya,” ujar Arie dengan nada tanya.
Pada sisi lain, Arie juga menyoroti sikap partai politik tertentu terkait adanya Caleg titipan daerah luar. “Segampang itu permainannya tapi tidak ada yang bisa membongkar sampai saat ini,” sindirnya.
KPU Pastikan tak Ada Manipulasi Hasil Perolehan Suara Calon
Terhadap hal-hal yang disampaikan Ari tersebut, salah satu anggota KPU Kabupaten Dompu yang juga Devisi SDM dan Partisipasi Masyarakat, Suherman, menanggapinya dengan arif.
“Insya Allah, dengan sistem yang sudah dibangun, kami memastikan tidak ada manipulasi hasil perolehan suara calon Dapat dicek data-datanya secara online (situng),” ujar Suherman dalam forum diskusi tersebut.
Meski demikian, dengan diawali permohonan maaf dan hormatnya, Herman (panggilan akrabnya) menilai, terkait (dugaan) manipulasi data perolehan suara ini adalah informasi penting. “Kalau ini terjadi maka mudah dilacak, di tingkat mana kecurangan itu,” tegasnya.
Menurutnya, di TPS suara dihitung. Masing-masing pihak terkait seperti Panwas, saksi partai dan KPU, memegang C1 perolehan suara calon yang langsung di-scan dan datanya bisa diakses online. “Juga ada C1 plenonya yang dapat disaksikan langsung oleh masyarakat pencatatan perolehan suaranya,” urai Herman.
Kemudian di tingkat PPS, C1 ini direkap. Kalau terjadi perbedaan maka Panwas dan saksi partai bisa memberikan rekomendasi perbaikan. Begitupun selanjutnya sampai di tingkat PPK dan KPU.
“Jadi kalau setiap tingkatan ada yang coba curang, maka dapat diketahui pada tingkat di atasnya,” jelas Herman. (won)
Baca juga: http://lakeynews.com/2017/07/04/politik-uang-tantangan-terbesar-dalam-rekrutmen-kepemimpinan/