Dipanggil Presiden, Petani Jagung Dompu tidak Maju
DOMPU, Lakeynews.com – Keberhasilan produksi komoditi jagung petani Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan sekitarnya, makin mendapat pengakuan bangsa. Jagung Dompu bahkan mampu mempengaruhi kebijakan pemerintah pusat untuk menghentikan import jagung tahun ini.
“Tahun ini, Insya Allah, kita tidak akan import jagung lagi. Karena, sudah bisa dipenuhi oleh petani-petani kita dari dalam negeri,” kata Presiden RI Joko Widodo, pada Pekan Nasional (Penas) Kontak Tani Nelayan Andalan (KNTA) di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, akhir pekan lalu.
Awalnya, Presiden Jokowi sempat bercerita tentang pengalamannya saat ke Kabupaten Dompu pada 2015. Dia ke Dompu, menghadiri puncak peringatan 200 tahun meletusnya Gunung Tambora yang dirangkaikan HUT Dompu, 11 April. Kunjungan dirangkaikan dengan Panen Raya Jagung dan Dialog dengan Para Petani Jagung.
Saat itu, petani dalam dialog dengan Presiden berkeluh kesah mengenai harga jagung yang di lapangan berkisar antara Rp 1.500-1.700 per kilogram (Kg). “Pak, kami rugi besar, karena harganya turun,” keluh petani dua tahun lalu yang dikutip Jokowi.
Presiden lalu bertanya, kenapa jatuh? “Karena importnya besar, Pak,” jawab petani.
Setelah presiden meng-cek importnya. Ternyata betul, besaran impor jagung 3,6 juta ton setahun. “Saat itu juga saya perintahkan ke Menteri Pertanian untuk lima tahun ini supaya tidak ada import lagi jagung,” tegas Jokowi.
Satu tahun setelah ke Dompu, Jokowi menerbitkan Inpres (Instruksi Presiden) tentang Harga Jagung. Harga jagung dalam keadaan basah ditetapkan Rp. 2.700 per Kg. Sebelumnya Rp. 1.500 sampai Rp. 1.700 per Kg, dengan dipaksa harga seperti itu (Rp. 2.700 per Kg, red), petani bergairah untuk menanam karena menguntungkan.
“Sehingga, tadi saya tanya ke Menteri Pertanian, bagaimana import jagung saat ini, pada akhir 2016. Impor jagung tinggal 900 ribu ton dari 3,6 juta ton setahun,” sambung Jokowi.
Hal ini berkat kerja keras para petani di daerah yang nakhodai H. Bambang M. Yasin (HBY). Petani jagung kerja keras karena harganya naik. Tahun ini, Jokowi mengharapkan tidak ada lagi import yang namanya jagung, karena tinggal 900 ribu ton.
“Kalau dalam dua tahun, yang 3,6 juta ton (jumlah import setahun) hanya tinggal 900 ribu, maka tahun ini, insya Allah kita tidak akan import jagung lagi. Karena sudah bisa sudah bisa dipenuhi oleh petani-petani kita dalam negeri,” tegasnya.
Menariknya, pada kesempatan itu, Presiden Jokowi sempat mengundang petani jagung dari Dompu untuk tampil ke depan. Juga petani jagung dari daerah lain, seperti Jawa Timur.
“Yang hadir di sini ada petani jagung? Yang dari Dompu ada? Dari daerah lain, Jawa Timur ada silakan maju. Yang ndak petani jagung, jangan maju,” undang Jokowi.
Sayangnya, saat itu bukan petani jagung asal Dompu yang tampil. Yang maju hanya Abdul Muhyi dari Kabupaten Sampang Madura, Jawa Timur, Feli Paputungan dari Kota Papulungan, Sulawesi Utara dan Safi’i, ketua Kelompok Tani Lahan Basah, Kabupaten Lombok Timur. Safi’i mengaku menaman jagung dengan hasil produksi 8 ton dengan harga Rp. 3.700 per Kg.
Tidak jelas kenapa tidak ada petani jagung yang tampil saat itu. Apakah tidak ada yang hadir, atau hadir tapi tidak berkesempatan maju, ataukah ada alasan lain, belum diketahui pasti.
Namun presiden setelah mendengar pengakuan para petani tersebut, dia mengatakan, hal-hal seperti itu harus ditularkan ke warga di kabupaten/provinsi lain.
“Harga (jagung)-nya semakin mahal ini. Saya senang. Ndak apa. Dulu saya ke Dompu banyak yang marah karena harganya rendah Rp.1.500 sampai Rp.1.700 per Kg,” kata Presiden. (won