DOMPU, Lakeynews.com – Ketua Tim Percepatan Investasi Kawasan SAMOTA (Teluk Saleh, Pulau Moyo dan Tambora) H. Badrul Munir, MM, menegaskan, pariwisata di Kabupaten Dompu memiliki magnet dan sensasi yang luar biasa. Namun, jika ingin maju pariwisatanya maka harus serius diperhatikan dan digarap.
“Kalau kalian ingin pariwisata Dompu ini maju, jangan abaikan Lakey dan Tambora. Apalagi sampai meninggalkannya, itu jangan. Karena Lakey dan Tambora memiliki magnet yang luar biasa,” tandas mantan Wakil Gubernur NTB yang akrab dipanggil BM itu.
Penegasan itu disampaikan BM dalam Diskusi tentang Pengembangan Kawasan SAMOTA yang dilakukan Forum Pengembangan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Dalam pertemuan di Lesehan Muroyuki, Rabu (3/5/2017) itu, BM didampingi beberapa anggota Tim SAMOTA.
Menurutnya, baik Lakey maupun Tambora sudah mendunia. Sangat disayangkan jika tidak dikelola secara maksimal. Bagaimana mau maju pariwisatanya, jika jangankan kawasan lain, Lakey dan Tambora saja diabaikan.
Pada kesempatan itu, BM sempat mengungkapkan keprihatinannya karena sepanjang perjalanan dari Kota Dompu ke kawasan wisata Pantai Lakey, tidak ada tempat persinggahan wisata.
“Mestinya, kalau wisatawan ke Lakey, ada tempat berhentinya. Ada persinggahannya, yaitu wisata tempat istirahat mereka sebelum sampai ke lakey,” kritiknya.
BM kemudian memberikan contoh. Misalnya di Desa Ranggo, ada kerajinan tenun. Seharusnya, itu di desa itu bisa dibuatkan wisata tenunnya. Sehingga, para wisatawan bisa mampir.
“Para wisatawan bisa melihat, ikut menenun mungkin dan membeli hasil kerajinan masyarakat di sana. Bahkan, mereka bertenun pun bisa bayar karena itu tempat wisata,” urainya.
BM memang pernah berhenti dan ingin lihat secara dekat di Situs Nanga Sia di Kecamatan Hu’u. Sebelum melanjutkan pernyataannya dalam diskusi itu, BB sempat beberapa kali menggelengkan kepalanya. “Saya berhenti karena ingin lihat langsung Situs Nanga Sia itu. Tapi jalan masuknya, masya….. Allah,” katanya, lagi-lagi menggelengkan kepala.
Pariwisata, Industri yang tidak Jelas Jenis Kelaminnya
Pada sisi lain dia mengingatkan, pariwisata ini merupakan industri yang tidak jelas “jenis kelaminnya.” Kalau Jagung, Sapi, dan industri lainnya, sudah jelas jenis kelaminnya. Karena itu, perhatian dan pengelolaan yang serius mutlak dan harus dilakukan.
“Pariwisata ini adalah industri tidak jelas jenis kelaminnya. Pariwisata sangat tergantung pada jenis yang dikelola. Jalan rusak saja bisa menjadi tempat wisata. Jadikan jalan rusak itu sebagai wisata adventure. Dan, inilah jenisnya itu,” urainya.
Prilaku promosi pariwisata juga disoroti BM. Hasil evaluasinya, semua kabupaten di NTB berebutan promosi untuk mendatangkan investasi.
“Padahal bukan untuk itu. Kalau untuk itu, kan sudah ada Badan Penanaman Modal-nya yang mengurus. Promosi pariwisata ini untuk meningkatkan kunjungan wisatawan,” tegas BM lagi. (won)