Kisah Dibalik Dedikasi Abd. Rahman Hidayat, Pejuang Hak-hak Anak di Kota Bima

Sosok ini belum begitu familiar. Nama dan wajahnya pun mungkin belum banyak yang kenal. Namun, dedikasinya dalam memperjuangkan hak-hak anak di Kota Bima dan daerah lain dalam wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah lumayan dirasakan.

Peksos-Kemensos RI di Kota Bima Abd. Rahman Hidayat, SST, masih sempat angkat jempol dan tersenyum, meski sedang mendorong Vespa kesayangannya dengan jarak yang sangat jauh. (ist/lakeynews.com)

=======

DIA adalah Abd. Rahman Hidayat, SST. Pria 26 tahun itu merupakan Pekerja Sosial dari Kementerian Sosial (Peksos-Kemensos) RI yang ditugaskan dan kerap disebut sebagai pahlawan anak di Kota Bima.

Dayat (sapaan akrab Abd. Rahman Hidayat) merupakan alumni Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS). Yakni sekolah kedinasan milik Kemensos yang menjadi pusat pengembangan teknologi dan teknik dalam mengatasi permasalahan sosial.

Dalam sebuah perbincangan dengan Lakeynews.com beberapa waktu lalu, tergambar bahwa Dayat seolah tidak merasa lelah saat memberikan pelayanan dan memperjuangkan hak anak-anak. Pelayanan tidak hanya di daerah tugasnya, tapi juga di daerah lain.

Yang paling menyita tenaga, waktu dan pikiran alumni STKS Bandung yang hobi Vespa itu, ketika banjir bandang melanda Kota Bima pada 21 dan 23 Desember 2016. Kemudian banjir bandang di Kabupaten Sumbawa.

Pascakejadian itu, Dayat terus melakukan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menghibur anak-anak terdampak banjir. Diantaranya, mengajak anak-anak bermain (melakukan permainan), bernyanyi bersama dan melakukan aksi hinoterapi kepada anak-anak korban banjir.

Semua itu dilakukannya untuk menghibur, memberikan semangat dan memotivasi anak-anak korban bencana banjir. “Kami juga membantu anak-anak menyiapkan diri untuk menghadapi sekolah,” jelas Dayat.

Selama menunaikan tugas sebagai Peksos, suka dan duka mengiringinya. Salah satunya, saat berada di pengungsian warga, Dayat pernah diusir para donatur yang ingin eksis.

“Saya sedang mengajak anak-anak bermain, tapi para donatur itu yang tidak paham menganggap kegiatan saya tidak bermanfaat,” tutur putra ketiga dari lima bersaudara buah hati pasangan Drs. Sulaiman H. Puasa dan Rosdiana H.A. Rahman Amin ini.

Tidak hanya itu. Ayah satu anak hasil pernikahannya dengan Sri Nofalianingsih, Amd.Keb. pada 8-7-2016 tersebut, juga pernah dimarah dan dimaki-maki penyintas (pengungsi) yang memaksa anaknya didata.

Meski Dayat sudah menjelaskannya, pengungsi itu tetap saja marah-marah, bahkan mengancamnya. Mendengar ocehan dan ancaman itu, dia hanya menjawabnya dengan tenang. “Santai bang,” katanya sembari melempar senyum untuk menenangkan suasana.

Abd. Rahman Hidayat, mengajak anak-anak nyanyi bersama untuk mengembalikan keceriaan para korban banjir Kota Bima itu. (ist/lakeynews.com)

Apa pengalaman berkesan lain yang pernah Anda alami?

Diusir, dicerca, dicaci dan dimaki, bahkan diancam, menurutnya belum begitu berkesan baginya. Justru pengalaman yang sangat berkesan, ketika ia memberikan layanan terhadap anak-anak korban banjir bandang di Kabupaten Sumbawa.

Bukan saat memberikan pelayanan. Tetapi ketika menuju dan kembali dari Sumbawa tidak menggunakan angkutan umum seperti bus, kendaraan carteran atau angkutan pribadi yang bagus dan baru. Dayat ke sana hanya menunggang Vespa tuanya.

“Benar-benar perjuangan yang luar biasa. Sampai sampai Ibu Menteri Sosial RI mengacungi jempol lewat WA Group Peksos Indonesia,” ungkap Dayat dengan berbinar.

Menuju Sumbawa dengan menempuh jarak yang begitu jauh dan membawa bantuan seadanya, misi satu, mengembalikan senyuman anak-anak Sumbawa yang menjadi korban banjir. Hal itulah yang membuatnya bangga dan puas.

Kisah pilu dialami Dayat dalam perjalanan pulang ke Kota Bima. Sekitar lima kilometer sebelum sampai perbatasan Sumbawa-Dompu, vespa yang dikendarainya mengalami masalah. “Terpaksa saya harus mendorongnya hingga ke Dompu,” urainya.

Pengalaman yang paling mahal dan luar biasa. Kemungkinan tidak semua orang mampu mendapatkan, menjalani dan melewatinya. Apalagi bekerja tidak mendapatkan honor. Panggilan nurani dan tanggung jawab-lah yang memberikan bayaran kepuasan baginya.

Namun demikian, pemerintah daerah diharapkan agar tetap memberikan perhatian dan apresiasi terhadap Peksos-peksos, seperti Dayat ini. (sarwon al khan)