Kasus Narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan bukan baru-baru ini merajalela di Kabupaten Dompu dan beberapa daerah di NTB. Persoalan ini ternyata sudah cukup lama merasuki masyarakat hingga ke pelosok-pelosok desa. Hal ini terungkap dalam diskusi yang berlangsung di Grup WhatsAPP (G-WA) LakeyNews.Com, Selasa (18/4/2017) malam ini.

Sekitar 100 kotak Tramadol yang diamankan polisi dari seorang wanita di wilayah Kabupaten Dompu, beberapa waktu lalu. (dok/lakeynews.com)

===========

DISKUSI tersebut berlangsung mendadak. Hal itu setelah Admin Utama G-WA LakeyNews.Com Om Won tiba-tiba mengundang anggota grup untuk urun rembug soal ini. Referensi sekaligus pemicunya “Dompu Darurat Narkoba dan Penyalahgunaan Obat-obatan” sebagaimana dilansir Lakeynews.com, beberapa jam sebelumnya. (Baca: Kepala BNN NTB Kaget ”Dompu Darurat Narkoba”)

Memang yang terlibat diskusi hanya belasan orang (termasuk Kapolres Bima Kabupaten AKBP M. Eka Fathurrahman) dari ratusan anggota grup. Suasana diskusi yang dipandu Rayshan Hinatta, salah satu Admin G-WA LakeyNews.Com, itu berlangsung seru dengan animo tinggi, kendati relatif berjalan searah.

Walaupun referensinya persoalan Dompu, karena yang diduskusikan meng-NTB maka beberapa anggota dari sejumlah daerah ikut ambil bagian dan menyumbang pendapat, pikiran, usul, saran, bahkan kritikan agak tajam.

Salah satunya, datang dari Nasrin H. Muhtar. Owner Jamu SaSaMbo yang juga Korwil Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Bali, NTB dan NTT, itu mengatakan, melihat kondisi di daerah Dompu bukan baru sekarang Darurat Narkoba. “Sudah terjadi sejak lama. Cuma sekarang lebih terang-terangan hal ini berdasarkan pengalaman dan kejadian di kampung saya, di Kecamatan Kilo (Dompu, red),” ungkap Nasrin.

Dulu, kata Nasrin, anak-anak muda minum minuman beralkohol pada saat ada hiburan malam pernikahan. Tapi, masih terbatas pada kalangan yang memiliki uang. Minuman keras yang dikonsumsi pun masih sejenis Bir dan Tuak.

Tapi sekarang, generasi muda lebih mudah dan gampang mendapatkan barang dengan harga yang murah yaitu Tramadol. Menurutnya, yang lebih mengkuatirkan karena promosi “bahwa Tramadol bukan Narkoba tapi obat kuat kerja”.

Anak-anak muda yang bekerja di ladang maupun sawah pun mengonsumsi Tramadol ini, sehingga mereka merasa kuat dan giat bekerja. “Lama kelamaan mereka menjadi ketergantungan dan ‘Lola’,” tandas Nasrin.

Sekarang, Tramadol mulai dilarang peredarannya secara bebas. Parahnya, saat Tramadol langka, para pecandu menemukan cara baru dengan produk lain. “Mereka memakai salah satu produk obat batuk yang dicampur dengan minuman teh. Efeknya sama (dengan Tramadol, red),” ulas Nasrin.

Seiring dengan itu, Nasrin berharap aparat kepolisian bersama TNI dan pihak terkait lainnya segera melakukan pencegahan, sehingga hal ini tidak semakin parah dan pengguna-penggunanya tidak menjadi ketagihan Tramadol dan Narkoba.

“Bagaimana peran orangtua, guru dan pemerintah di dalam memberantasnya? Kalo peran kepolisian tentu sudah tidak diragukan lagi dengan pendekatan hukumnya. Mungkin selain pendekatan hukum ada pola penanganan lainnya, apakah itu sosial atau penguatan nilai-nilai keagamaan,” tandasnya.

Mengomentari hal itu, Rayshan Hinatta menilai, Tramadol lagi booming. “Dibanding Narkoba, Tramadol ini lebih mudah diperoleh karena ini dapat diperoleh melalui apotek,” ujarnya.

Rayshan juga pernah menemukan kasus seperti yang disampaikan Nasrin. Dimana ada produk obat batuk yang dicampur dengan minuman teh yang efeknya sama Tramadol. “Komiks juga sudah disalahgunakan,” ungkapnya.

Anggota grup lainnya, Dedi Supriadi, datang dengan sebuah informasi. Pemerintah, katanya, berencana melakukan sosialisasi di lingkungan sekolah, baik SMP maupun SMA tentang bahaya penggunaan Narkoba dan penyalahgunaan obat-obatan, seperti Tramadol.

“Rencana itu sudah pernah dilaksanakan tahun 2016. Namun tahun 2017 ini perlu dipertajam lagi untuk meredam terhadap bahaya penggunaan obat Tramadol,” papar Dedi.

Setelah diskusi bergulir sekian lama, Kapolres Bima Kabupaten AKBP M. Eka Fathurrahman, dengan elegan memberikan pencerahan. Apa saja materi yang disampaikan pria kelahiran Bima sekitar 42 tahun lalu itu? Ikuti tulisan berikutnya. (tim/bersambung)