DOMPU – Pemerintah daerah dan masyarakat Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tidak perlu berkecil hati dengan dicoretnya Festival Tambora (FT) dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf 2023. Mengapa?

Kabid Promosi Pariwisata Dinas Budpar Kabupaten Dompu Rudi Purtomo. (tim/lakeynews.com)

Ada event bertaraf internasional yang akan menggantikannya. Yakni World Surf League (WSL) atau Liga Selancar Dunia, di kawasan wisata Lakey, Kecamatan Hu’u pada September-Oktober mendatang. Lakey memiliki ombak kiri, salah satu yang terindah di dunia.

Diketahui, FT telah dihapus dari KEN Kemenparekraf 2023. Event tersebut turun kelas, dari tingkat nasional ke level provinsi.

Penyelenggaraannya, akan dilakukan oleh Pemprov NTB bersama Pemkab/Pemkot se-Pulau Sumbawa, Geopark Tambora-Samota dan beberapa pihak terkait lainnya.

Baca juga:

Kabar tentang akan adanya perhelatan dunia selancar ombak di Lakey tersebut disampaikan Kabid Promosi Pariwisata Dinas Budpar Kabupaten Dompu Rudi Purtomo.

Sebelumnya, Rudi sempat menyesalkan dicoretnya Festival Takbora dari KEN. Tapi dia percaya selalu ada hikmah di balik kejadian apapun.

“Ada yang hilang, diikhlaskan saja. Karena di satu sisi, ada agenda sangat besar yang datang menggantikannya. WSL di Lakey, QS 3000,” ujarnya pada media ini dan dipertegas lagi di WAG Lakeynews.com, Selasa (24/1).

Sekadar diketahui, WSL merupakan singkatan dari World Surf League (WSL). Artinya Liga Selancar Dunia.

Menurut beberapa literatur, WSL adalah badan pengatur untuk peselancar profesional dan didedikasikan untuk menampilkan bakat terbaik dunia dalam berbagai format progresif.

WSL awalnya dikenal sebagai International Professional Surfing (IPS) yang didirikan oleh Fred Hemmings dan Randy Rarick, 1976.

Rudi meyakini, ribuan orang akan hadir dan jutaan pasang mata dari berbagai belahan dunia akan mengarahkan pandangannya ke Lakey selama WSL dilaksanakan, mulai 28 September sampai 3 Oktober 2023.

“KEN hanya level nasional (yang dicoret). Sedangkan WSL ini kelas dunia. Kita fokus dengan persiapan menerima tamu-tamu dari berbagai negara yang membawa dollar ke Lakey,” ujarnya.

Yang menakjubkan lagi, meski WSL itu berkelas dunia dan Dompu sebagai tuan rumahnya, sama sekali tidak menggunakan dana Pemda.

“Rp. 5 rupiah pun tidak memakai uang Pemda Dompu. Kita harus sama-sama menyukuri nya. Pemkab-pemkab lain di Indonesia harus menyetor sekian milliar ke WSL agar menggelar surfing dunia,” paparnya.

Sementara itu, anggota DPRD Dompu Muttakun mengingatkan Rudi Purtomo dan Disbudpar pada umumnya agar lebih memperhatikan kondisi Lakey saat ini.

Dia mengaku prihatin dengan kondisi Lakey saat ini. Sarana prasarana yang ada, tidak layak untuk menerima tamu-tamu kebangsaan.

Justeru, lanjut Muttakun, “sebaliknya kita hanya akan memperlihatkan rendahnya kepedulian kita dalam mengelola potensi daerah.”

“Kita membanggakan WSL boleh. Tetapi bagaimana dengan sarana prasarana yang ada di Lakey? Bisakah kita banggakan kondisi infrastruktur yang ada di Lakey saat ini?” tanyanya.

Namun, salah seorang warga WAG Lakeynews.com, Dr. Muhdar mengatakan, WSL berpeluang besar diadakan di Lakey. Potensi ombaknya sudah dikenal oleh para peselancar dunia. Sehingga, sponsor tidak akan ragu-ragu untuk menyupportnya, termasuk dari segi pendanaan.

“Dan, kalau event ini rutin dilaksanakan, mau tidak mau sarana dan prasarana harus ditata dan dibenahi,” imbuh Owner Ori Coffee itu. (tim)