Miskomunikasi sejumlah pihak disebut-sebut mewarnai pelaksanaan Festival Tambora Tahun 2022 lalu. (ist/lakeynews.com)
Suasana rapat di ruang kerja Wakil Bupati Dompu dan nyaris luput dari pantauan pers, yang salah satunya membahas Festival Tambora, Kamis (5/1) lalu. (ist/lakeynews.com)

Laporan:
Sarwon Al Khan, Dompu – NTB

APAKAH Anda sudah mendengar bahwa Festival Tambora telah dicoret dari Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf RI Tahun 2023,” tanya seorang teman pada Lakeynews.com (selanjutnya ditulis “kami”), sekitar sepekan yang lalu.

Pertanyaan itu tentu saja membuat kami tersentak. Kaget. Kaget sekali.

Betapa tidak. Festival Tambora merupakan event yang selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat Kabupaten Dompu.

Bahkan, juga sebagian masyarakat Kabupaten Bima dan Kota Bima. Karena faktanya selama ini, masyarakat dari dua daerah serumpun dan bertetangga dengan Dompu itu, tidak sedikit yang ikut hadir dan meramaikan Festival Tambora yang digelar setiap tahun.

Sebagaimana kita ketahui dan menurut catatan kami (boleh diluruskan jika keliru, red), Festival Tambora dilaksanakan setiap bulan April. Rata-rata mulai tanggal 11 hingga 13 April. Kecuali pada 2022, kegiatan digelar 4-5 Juni.

Event itu dimulai tahun 2015, dengan titel “Festival Tambora Menyapa Dunia (FTMD). Pada event perdana di Sabana Doroncanga, Desa Soritatanga, Kecamatan Pekat itu, Presiden Joko Widodo sekaligus mencanangkan Festival Tambora masuk sebagai kalender event nasional.

Pada event perdana itu juga, Pemerintah Kabupaten Dompu berhasil meraih Piagam Penghargaan dari Museum Rekor Indonesia (MURI). Rekor MURI dilaksanakan Pawai Budaya menggunakan sarung tenun tradisional khas daerah dengan cara Rimpu, dan dengan peserta lebih dari 5.000 orang.

Kemudian pada Festival Pesona Tambora 2017, Pemkab Dompu juga mendapatkan dua Piagam Penghargaan.

Pertama, untuk Menari oleh penari terbanyak dengan mengenakan busana Rimpu dan Saremba terbanyak yang dicatatkan dalam Museum Rekor Indonesia pada Nomor: 7866/R.MURI/IV/2017, tanggal 1 April 2017.

Kedua, untuk Parade dengan peserta terbanyak, mengenakan busana Saremba, Katente, Sanggentu dan Rimpu Tembe. Dicatat MURI dengan Nomor: 7867/R.MURI/IV/2017.

Momen Festival Tambora tiap tahun, selalu bersamaan dengan kegiatan memperingati HUT Dompu. Karena itu, sebagian orang mengidentikkan Festival Tambora dengan kegiatan merayakan Dompu. Lebih-lebih sejumlah atraksi budaya masyarakat Dompu selalu ditampilkan pada event-event itu.

Pada sisi lain, saat ini Geopark Tambora-Samota diketahui menjadi nominator dalam seleksi kandidat UNESCO Global Geopark (UGGp) Submission yang dilakukan oleh Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI).

(Meskipun) belum diketahui pasti, ada tidaknya korelasi atau pengaruh secara langsung antara dicoretnya Festival Tambora dari KEN dengan Geopark Tambora-Samota sebagai nominator dalam seleksi kandidat UGGp Submission itu.

Mengingat hal-hal tersebut, sekali lagi, tentu saja kami kaget begitu seorang teman menginformasikan dengan cara bertanya tentang dicoretnya Festival Tambora dari KEN Kemenparekraf 2023. Meski kami antara yakin dan tidak akan kebenaran informasi itu.

Kami juga bingung. Karena, informasi yang disampaikan teman sangat dangkal dan tanpa referensi. Terlebih dia mengaku hanya mendengar sepintas informasi itu dari orang.

Memastikan kebenaran informasi tersebut, saat itu juga kami menelusurinya di Google. Bolak-balik kami cari dengan mengutak-atik kata kunci, toh Mbah Google tak kunjung membantu. Google tak juga menunjukkan informasi yang dibutuhkan.

Kadis Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Dompu Abdul Muis, belum diperoleh tanggapannya. Dihubungi melalui saluran WhatsApp-nya beberapa hari lalu, pria yang akrab disapa Pak Daeng itu belum mengangkat teleponnya.

Namun, beberapa pejabat Disbudpar membenarkan adanya informasi Festival Tambora dari KEN Kemenparekraf 2023.

Mereka bahkan mengaku mendengar hal itu langsung dari General Manager Dewan Pelaksana Geopark Tambora-Samota Biosphere Reserva Pulau Sumbawa, Hadi Santoso, dalam rapat yang dipimpin Wakil Bupati (Wabup) Dompu H. Syahrul Parsan.

Rapat yang dimoderatori Sekda Gatot Gunawan P. Putra dan nyaris luput dari pantauan pers itu berlangsung di Ruang Rapat Wabup, dari siang hingga sore Kamis (5/1) lalu. Agendanya membahas; Isu-isu Terkini terkait Geopark Tambora-Samota dan Kelanjutan Festival Tambora.

Selain Wabup, Sekda dan Hadi Santoso, rapat tersebut juga diikuti Kadis Budpar Abdul Muis, Kadis Dikpora H. Rifaid, Kepada Bappeda-Litbang H. Gaziamansyuri, Kabag Ekonomi Setda Soekarno, sejumlah unsur DP Geopark Tambora-Samota, serta Kabid dan Kasi dari beberapa instansi di atas.

GM DP Geopark Tambora-Samota Biosphere Reserva P. Sumbawa, Hadi Santoso (kiri), Wabup Dompu H. Syahrul Parsan dan Sekda Gatot Gunawan P. Putra (kanan), serta Kadis Budpar Abdul Muis bersama Kabid Promosi Rudi Purtomo dan Kasi Kebudayaan Dedi Arsyik. (ist/kolase/lakeynews.com)

Hadi Santoso: Festival Tambora 2023 Masuk Kalender Event Pemprov NTB

Benarkah Festival Tambora telah dicoret dari KEN Kemenparekraf 2023? Benarkah Hadi Santoso yang menyampaikannya dalam rapat dengan pihak Pemkab Dompu?

“Untuk event Festival Tambora tahun 2023 tidak lagi masuk dalam Kharisma Event Nusantara (KEN) Kemenparekraf RI sebagaimana tahun lalu,” kata Hadi ketika kami konfirmasi, Minggu (22/1) malam.

Pernyataan tersebut sama dengan yang disampaikan Hadi dalam pertemuan dengan Wabup dan sejumlah pejabat Dompu, 5 Januari lalu.

Mengapa atau apa alasan mendasar Festival Tambora dicoret dari KEN Kemenparekraf 2023?

“Itu disebabkan terjadi miskomunikasi beberapa pihak pada Festival Tambora tahun 2022,” jawab Hadi.

Meskipun tidak masuk agenda event nasional, bagaimana upaya agar Festival Tambora tetap dihelat tahun 2023?

Menjawab itu, Hadi mengatakan, Festival Tambora tetap dilaksanakan tahun 2023. “Tahun ini, Festival Tambora masuk dalam Kalender Event Pemerintah Provinsi NTB,” jelasnya.

Kegagalan Festival Tambora masuk dalam KEN Kemenparekraf 2023 karena miskomunikasi beberapa pada event tahun lalu. Apa harapan Anda pada semua pihak yang terkait dengan Festival Tambora, termasuk untuk masa mendatang?

Menjawab itu, Hadi mengingatkan agar hal ini dijadikan pelajaran berharga bagi semua pihak agar bisa lebih mengutamakan kolaborasi. “Bukan perbedaan kedaerahan,” tegasnya.

“Geopark Tambora-Samota hadir berbasis Brand dan Kawasan utuh tanpa membedakan wilayah administratif kedaerahan,” sambungnya.

Apakah pencoretan Festival Tambora dari KEN ini tidak merugikan (mengganggu) Geopark Tambora Samota yang dipastikan masuk nominator seleksi kandidat UGGp Submission yang dilakukan KNGI? Bagaimana upaya yang dilakukan?

Menjawab itu, Hadi mengatakan, harus dibedakan Festival Tambora dan Festival Geopark Tambora.

Menurut dia, tidak ada kaitan langsung Festival Tambora dengan Penilaian/Seleksi Nominator UNESCO Global Geopark Tambora. Tidak ada satupun dalam klausal penilaian UGGp yang mensyaratkan adanya kegiatan Festival Tambora.

Faktanya, di Geopark Rinjani tidak ada Festival Rinjanipun Rinjani UGGp mendapatkan Green Card (Penilaian Sempurna) dari Council Assesor UNESCO).

“Sekali lagi tidak ada kaitan langsung Festival Tambora dengan Penilaian Seleksi UGGp,” tegas Hadi.

Bagaimana tanggapan pihak Pemda Dompu?

Dalam rapat tersebut, sesuai dengan notulensi yang kami peroleh, Wabup Dompu H. Syahrul Parsan meminta jajarannya dan semua pihak agar menjadikan pelajaran gagalnya Festival Tambora masuk KEN Kemenparekraf 2023.

“Kita harus berusaha maksimal di 2023 ini, sehingga tahun 2024 Festival Tambora kembali masuk dalam KEN Kemenparekraf,” imbuh Papi Rul, sapaan H. Syahrul Parsan.

Sementara itu, Kadis Budpar Dompu Abdul Muis, meski belum diperoleh tanggapannya secara langsung, dalam rapat dengan Wakil Bupati dan GM DP Geopark Tambora-Samota, mengatakan, Festival Tambora ditunggu-tunggu oleh masyarakat.

Sehingga, menurut dia, Festival Tambora perlu diupayakan agar tetap diselenggarakan setiap tahun dan masuk kembali dalam agenda KEN Kemeparekraf. Tentu dengan persiapan acara yang lebih panjang, sehingga kualitas event bisa mendunia.

“Pada tahun 2022, Pemkab Dompu telah mengalokasikan dana dukungan untuk Festival Tambora 2023,” jelas Pak Daeng.

Ditemui terpisah, Kasi Pembinaan Seni Budaya Bidang Kebudayaan Disbudpar Dompu Dedi Asyik, mengatakan, Festival Tambora adalah salah satu ajang untuk merawat dan menjaga kearifan lokal masyarakat Dompu.

“Kita mengharapkan Festival Tambora tetap dilaksanakan setiap tahun. Meskipun telah dicoret dari KEN 2023, bisa dilaksanakan oleh Pemprov bersama Pemkab/Pemkot dan beberapa pihak terkait,” ujar Dedi.

Sementara kesimpulan rapat di ruang rapat Wabup tersebut, antara lain, peserta rapat sepakat bersama-sama menyukseskan Festival Tambora. Dengan kepanitiaan; Pemprov NTB (Dispar NTB dan Geopark Tambora), Pemkab Dompu, Pemkab Bima, Pemkot Bima, Balai Taman Nasional Tambora, Pemkab Sumbawa, dan Pemkab KSB.

Menyukseskan event tersebut dengan optimalisasi alokasi anggaran dari masing-masing pihak dan mencari sponsor kegiatan, serta melakukan persiapan acara lebih awal. (*)