“Tersangka Kurniawan mengaku mendapat ilmu meracik bahan peledak dan merakit bom rakitan dari internet (vidio) yang dirilis oleh ISIS melalui link di group telegram Bahrun Naim.” Kombes Pol Drs. Imam Margono, Wakapolda NTB.

Wakapolda NTB Kombes Pol Drs. Imam Margono. (ist/lakeynews.com)

MATARAM, Lakeynews.com – Ketiga terduga tindak pidana terorisme yang ditangkap Tim Densus 88 AT, Brimob Polda NTB dan Polres Bima Kabupaten, Sabtu (17/6/2017) lalu, memiliki riwayat dan perannya masing-masing.

Diketahui, ketiga tersangka yang diamankan polisi bersama 25 jenis barang bukti itu; Kurniawan alias Nia Bin Hamzah, 23 tahun, swasta, warga RT. 02 RW. 02 Desa Dore, Kecamatan Palibelo dan Nasrul Hidayat alias Dayat, 21 tahun, mahasiswa, alamat RT. 04 Desa Dore, Kecamatan Palibelo (keduanya dari Kabupaten Bima), dan Rasyid Ardiansyah alias Olga, 35 tahun, swasta, RT. 05 RW. 02 Kelurahan Penatoi, Kecamatan Mpunda, Kota Bima.

Kapolda NTB melalui Wakapolda Kombes Pol Drs. Imam Margono dalam press release-nya yang diterima Lakeynew.com, Senin (19/6/2017) malam ini, menguraikan riwayat dan peran para tersangkat itu.

Tersangka Kurniawan alias Nia Bin Hamzah misalnya. Menurut Imam, Kurniawan merupakan jaringan teror kelompok Penatoi dibawa pimpinan Ustadz Iskandar (Kap) pada 2010.  Kemudian pada 2014, dia diperintahkan Khotob alias Memet alias Oni (Kap) untuk bergabung ke Kelompok Santoso (MD) di Poso untuk melaksanakan Tadrib (pelatihan militer).

“Nah, dia kemudian kembali ke Bima bergabung dengan kelompok Jamaah Ansharut Daullah Bima,” jelas Imam dalam rilis yang disampaikan Kabid Humas Polda NTB AKBP Dra. Hj. Tri Budi Pangastuti itu.

Demikian pula tersangka Nasrul Hidayat alias Dayat. Pria ini berperan sebagai kurir. Dia bertugas membeli bahan kimia untuk pembuatan bahan peledak berupa cairan H202 sebanyak tiga liter. “Cairan H202 yang dibeli tersebut selanjutnya diserahkan kepada (tersangka) Kurniawan,” sambung Imam.

Bagaimana dengan tersangka Rasyid Ardiansyah alias Olga?

Menurut Imam, Rasyid merupakan jaringan kelompok Penatoi dibawa pimpinan Ustad Iskandar. Lalu, bergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Barat (MIB) untuk melakukan perampokan di Kantor Pos dan Giro Ciputat, Tanggerang Selatan (Tangsel), Provinsi Banten pada 2013.

“Yang bersangkutan juga berperan sebagai orang yang menyembunyikan atau menampung DPO (daftar pencarian orang) atas nama Satrio alias Indra Jendol (Kap),” ungkap Pamen tiga melati di pundak itu.

Lebih jauh Wakapolda membeberkan, tersangka Kurniawan mengakui dan membenarkan bahwa mereka bagian dari kelompok Jamaah Ansharut Daullah Bima yang telah berbaiat kepada ISIS.

Kurniawan juga mengakui telah merakit bom rakitan dengan bahan peledak TATP (primer high explosive) dan rangkaian elektronik yang dimodifikasi menjadi Switching bom rakitan dari HP, serta rangkaian jebakan rakitan dari penjepit baju (anti tarik).

“Tersangka Kurniawan mengaku mendapat ilmu meracik bahan peledak dan merakit bom rakitan dari internet (vidio) yang dirilis oleh ISIS melalui link di group telegram Bahrun Naim,” papar Imam.

Dikatakan Imam, tersangka Kurniawan juga mengaku, kelompok ini telah siap menyerang beberapa tempat yang telah disurvei. Antara lain dengan cara melumpuhkan anggota Polri yang bertugas di Mapolsek Woha untuk merebut senjata api. Kemudian pengeboman Mako Polsek Woha, pengeboman di Polsek Bandara Bima dan Mapolres Bima Kabupaten.

Tersangka juga mengakui, malam tanggal 17 Juni 2017 hendak akan melakukan percobaan peledakan di Jalan Lintas Dore, Talabiu. Apabila sukses, dia akan melakukan penyerangan Mapolsek Woha dengan cara melemparkan bom rakitan. Namun, sebelum melaksanakan niatnya, yang bersangkutan tertangkap oleh Tim Densus 88 AT, Brimob Polda NTB dan Polres Bima Kabupaten.

Pada sisi lain, Imam mengungkapkan, pengaruh Foreign Terrorist Fighter (FTF) dari Indonesia di Suriah bergabung dengan ISIS –seperti Bahrun Naim– telah mampu menggerakkan jaringan lokal. Yakni dengan menginspirasi, bahkan membiayai untuk melakukan serangan teror di sejumlah wilayah Indonesia. “Hal itu dengan memanfaatkan isu-isu yang berkembang sebagai alasan pembenar untuk melakukan aksi terornya (amaliyah),” urainya.

Kejadian itu dan dengan adanya penangkapan tiga terduga teroris di Bima, sambung Imam, menunjukkan bahwa ancaman teroris ISIS makin nyata. Karena itu, masyarakat diingatkan untuk mengetahui bahwa daya cegah dan daya tangkal harus dibangun toleransi kerukunan beragama yang menjadi kekuatan besar bagi bangsa Indonesia. “Ini tidak boleh luntur,” tegasnya. (tim)

 

Baca juga:

Tiga Terduga Teroris Itu Berencana Serang Beberapa Markas Kepolisian

25 Jenis Barang Bukti dari Terduga Teroris di Bima, Ini Daftarnya…