Sekjen DPP-IPMDB Fadlin Guru Don. (ist/lakeynews.com)

 

Oleh: Fadlin Guru Don )*

Mengingat nilai sosial budaya, politik dan hukum yang semakin bergeser diera globalisasi ini maka sangat perlu ada perhatian khusus kita bersama. Kerapkali terlihat gejolak dan penyakit sosial yang tidak mencerminkan budaya dan tradisi bangsa Indonesia asli yang terus merebak kehidupan masyarakat kita.

*

SAYA  melihat pergeseran nilai ini terjadi dimana-dimana, termasuk Kabupaten Bima, khususnya di kalangan masyarakat etnis Donggo. Bima misalnya, yang penah diistilahkan sebagai “Serambi Kiri Mekah” sepertinya tinggal kenangan. Juga Donggo yang dikenal dengan budaya dan tradisi bacaan Al Qur’an yang selalu terdengar di setiap rumah warga.

Belum lagi di acara-acara kerakyatan dan keagamaan seperti “Ngaji Jamak” atau “Ngaji Ndiha”, bahkan mereka menjadikan momentum seperti ini sebagai tempat adu nyali  siapa yang lebih mahir qira’at (membaca Qur’an dengan benar). Dengan demikian mereka bisa saling membenarkan satu sama lain. Itulah cara mereka dulu belajar.

Belajar ngaji adalah hal yang paling utama dan menjadi skala prioritas bagi Dou Donggo (etnis Donggo), sampai harus rela mencari guru ngaji di kampung lain. Cara berpikir mereka, agama adalah nomor satu dibandingakn dengan urusan duniawi karena urusan dunia cukup punya makan, pakaian dan tempat tinggal. Ya….! Mungkin mereka hanya mengandalkan hasil tani untuk menghidupi keluarga mereka.

Sebagai generasi penerus era ini, sejatinya budaya dan tradisi yang baik seperti ini tidak bisa dilupakan, justru harus menjadi kewajiban bersama untuk terus menjaga dan merawatnya.

Seiring dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin modern telah memberikan pengaruh yang sangat pesat dan signifikan terhadap degradasinya nilai-nilai budaya, tradisi dan kearifan lokal (lokal wisdom) masyarakat.

Ngaji adalah hal yang seolah tidak asyik lagi dipelajari oleh generasi Donggo hari ini. Padahal, guru ngaji ada dimana-dimana. Banyak sekali perbedaannya. Dulu murid yang mencari guru, sekarang justru guru yang mencari murid. Kenyataannya juga nihil ada yang mau. Sungguh kaki di kepala, kepala di kaki.

Saya kira inilah problem sosial generasi dan masyarakat kita yang sangat perlu mendapat perhatian serius kita semua. Sedikit saja kita diam maka dipastikan pemuda dan masyarakat kita akan tenggelam dimakan zaman.

**

Untuk menjawab semua itu, kami dari pengurus Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Donggo Bima (DPP-IPMDB), berdasar amanat Musyawarah Kerja (Muker) tanggal 1 Mei 2017 di Jakarta, mencoba mendesain dan merancang beberapa program kerja dan beberapa rekomendasi lain yang sifatnya jangka pendek, menengah dan dan jangka panjang. Sasarannya, baik untuk pelajar, mahasiswa dan keluarga Donggo yang ada di Jakarta maupun program-program kerja untuk masyarakat Donggo di daerah-daerah.

Falsafah dan jiwa IPMDB “Ladjnah Amar Ma’ruf Nahi Munkar” yang berasaskan Qur’an dan Hadits yang berbentuk organisasi pengkaderan. Sesuai falsafah dan jiwa IPMDB itu, maka ada program khusus di bidang keagamaan/kerohaniaan dan pengkaderan yang kami canangkan. Diantaranya, pembinaan Qira’at (baca Al Qur’an yang benar), pengajian bulanan dan pembinaan keagamaan lainnya untuk pelajar, mahasiswa dan keluarga besar Donggo.

Juga, yang tidak kalah pentingnya adalah amal-amal jariyah lain, seperti pengelolaan zakat fitrah dan zakat mal, Qurban Bersama, buka puasa bersama dan Halal Bihalal. Tujuannya, meningkatkan khasanah keharmonisan dan rasa persatuan keluarga besar Donggo.

Kegiatan kajian intensif dan latihan dasar kepemimpinan pun merupakan program utama kami demi pengembangan intelektualitas kader. Selain itu, Open House IPMDB yang direncanakan dengan tempat yang dikondisikan. Bisa di Jakarta, bisa daerah lain dengan tujuan untuk memperkenalkan IPMDB di seluruh nusantara.

IPMDB mencoba menggagas pogram dan sekumpulan rekomendasi khusus untuk masyarakat Donggo di daerah dengan membangun kerjasama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bima dan pemerintah daerah agar melakukan safari-safari keagamaan, seperti ceramah agama antarkampung, memfasilitasi dan menyuplai Al Qur’an di desa-desa yang ada di Donggo Bima.

Melihat kondisi sosial kemasyarakatan yang sudah sangat kritis, terkhusus rusaknya moral siswa dan pemuda maka kita punya tanggungjawab bersama untuk menyelamatkannya.

Narkoba bukan hal yang tak hanya didengar namanya tetapi sudah menjadi menu khasiat generasi muda hari ini. Dulu mungkin hanya diberitakan oleh media-media di kota-kota saja tetapi sekarang sudah menjalar sampai ke desa-desa.

Misalnya, tramadol sudah menyobek akhlak pemuda-pemudi Donggo, bahkan sudah menjadi konsumsi sehari-hari layaknya rokok. Untuk menyelamatkan mereka, sejatinya nurani kita harus terpanggil untuk membumihanguskan barang haram ini.

Sebagai wujud hubungan langsung DPP-IPMDB dengan tanah lahir, maka pengurus mengusulkan program-program bakti sosial yang nantinya akan melibatkan seluruh elemen masyarkat, pemerintah maupun lembaga-lembaga terkait untuk melakukan seminar dan penyuluhan Narkoba. Tujuannya semata-mata untuk memberikan edukasi kepada siswa, pemuda dan masyarakat Donggo tentang bahaya Narkoba.

IPMDB sebagai “kedai” perjuangan bersama, memiliki fungsi sebagai kendaraan atau lokomotif social movement (pergerakan sosial) khusus untuk memperjuangkan hak-hak dan martabat orang Donggo. Kami akan terus melakukan studi dan analisa kondisi kekinian daerah dalam bidang pembangunan, baik pendidikan, sosial budaya maupun politik dan hukum sebagai wujud empati dan rasa peduli terhadap tanah Donggo tercinta.

Persoalan  hukum masyarakat Donggo adalah hal yang juga sangat urgen untuk diperhatikan. Ini mengingat pemahaman masyarakat tentang hukum beranekaragam dan sangat tergantung pada apa yang diketahui dari pengalaman yang dialaminya. Potensi dan perkembangan orang Donggo dibidang hukum dan kepengacaraan semakin pesat. Sehubungan dengan itu, Bidang Hukum dan Advokasi Publik DPP-IPMDB akan mengadakan Penyuluhan Pendidikan Hukum (legal education) yang nantinya akan berkolaborasi dengan Lembaga Adat  dan Syariat Donggo (LASDO) Bima. Dengan demikian, masyarakat akan lebih paham dan sadar hukum, serta mengenal nilai-nilai budaya dan tradisi leluhurnya. Sehingga, masyarakat menjadi patuh tanpa paksaan dan menjadikan hukum sebagai suatu kebutuhan dalam bermasyarakat. Selajutnya, melakukan advokasi, pendampingan serta pembelaan hukum kepada anggota masyarakat Donggo yang mendapat masalah dan persoalan-persoalan hukum, sehingga mereka terselamakan dari kriminalisasi-krimanalisasi hukum.Sedangkan untuk menumbuhkan bakat dan minat kader dibidang enterpreneuship (kewiausahaan), DPP-IPMDB juga merencanakan program-program kreatif. Antara lain, koperasi bersama, pengembangan kuliner khas Bima, mendirikan mini market yang siap menyuplai kebutuhan Sembako keluarga Donggo di Jakata dan sekitarnya. Juga, seminar dan pelatihan kewirausaahan dengan menghadirkan pengusaha-pengusaha hebat untuk berbagi pengalaman mereka, sehingga generasi Donggo mendapat inspirasi dan motivasi di dunia usaha.***

DPP-IPMDB di bawah pimpinan Drs. Muchtar, M.Pd, yang memiliki segudang pengalaman dan relasi, saya percaya semua program-program yang digagas ini dapat direalisasikan. Prospektif dan harapan besar saya ke depan, nilai budaya gotong royong (kasama weki) dari para leluhur bisa kita tumbuhkan dan kembangkan lewat kerjasama yang baik oleh kita semua agar program-program ini benar-benar terwujud.

Sebagai kalimat penutup saya ingin katakana; “Jangan pernah merasa malu mengaku orang Donggo karena orang Donggo tidak malu-maluin”. Katakanlah sekarang bahwa “AKU BANGGA JADI ORANG DONGGO”. (*)

 

)* Penulis adalah Sekjen Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Mahasiswa Donggo Bima (DPP-IPMDB).