Wakil Bupati Dompu H. Syahrul Parsan, membuka Kick Off Program Building And Deepening Low Carbon Development And Climate Resilience (BUDLOC-CR), di Aula Pendopo Bupati. (ist/lakeynews.com)

Dampingi 1000 Petani agar Bertani dengan Baik dan Pulihkan Hutan

MESKI publik di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) sudah sangat tahu bahwa gunung-gunung di daerah ini sudah botak, hutan-hutannya sudah pada rontok, Wakil Bupati H. Syahrul Parsan kembali menegaskan tentang kehancuran hutan di Bumi Nggahi Rawi Pahu ini.

“Kita sangat prihatin. Hutan yang ada di Kabupaten Dompu ini hampir seluruhnya sudah gundul,” kata Papi Rul, sapaan akrab H. Syahrul Parsan, saat Kick Off Program Building And Deepening Low Carbon Development And Climate Resilience (BUDLOC-CR), di Aula Pendopo Bupati, Kamis (25/5/23).

Program Membangun dan Memperdalam Pembangunan Rendah Karbon dan Ketahanan Iklim ini dilaksanakan Yayasan Relief Islami Indonesia (YRII) bermitra dengan Lembaga Pengkajian Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2DPM) dan Pemkab Dompu.

Baca juga berita sebelumnya: Gandeng LP2DPM dan Pemda, YRII Garap Program BUDLOC-CR di Dompu (1)

Baik atas nama pribadi maupun Pemkab Dompu, Papi Rul menyampaikan apresiasi luar biasa atas kehadiran program atau proyek BULDOC-CR di daerahnya tersebut.

“Kegiatan ini sebagai bentuk kepedulian bersama atas keberlangsungan atau tersedianya lingkungan hidup yang memenuhi syarat bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya,” ujar Papi Rul.

Menurut dia, program ini tidak melarang masyarakat berkebun dan bertani. Bukan menghalangi petani menanam jagung maupun komoditi pertanian lainnya.

“Justeru ini agar bagaimana masyarakat tetap mempertahankan dan menanam jagung yang sudah sangat terkenal di Dompu ini,” tuturnya.

Project BULDOC-CR dihadirkan agar jagung tetap bisa tumbuh. Jagung tidak bisa tumbuh tanpa air. “Program ini dilaksanakan supaya air tetap ada. Mengupayakan hutan tetap lestari, sehingga dapat memproduksi dan sebagai sumber air tersebut,” paparnya.

Menurut Papi Rul, Program BULDOC-CR sangat penting disuarakan kepada seluruh elemen masyarakat agar senantiasa peduli melindungi, menjaga dan merawat lingkungan terutama hutan.

Program ddiketahuinya bertujuan mengelola hutan agar lestari, menguatkan kapasitas hutan sebagai penyerap karbon dan ketahanan wilayah terhadap efek perubahan iklim ekstrem.

“Dan, yang tidak penting dari program ini, mendorong peningkatan ekonomi, mensejahterakan masyarakat melalui pola multipihak dan berkelanjutan,” urai Papi Rul.

“Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada jajaran Lembaga Pengkajian Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2DPM) yang telah memprakarsai kegiatan ini,” sambung Wabup Syahrul.

Sebelumnya, Deputi CEO II Yayasan Relief Islamic Indonesia (YRII) Ade Reno Sudiarno dalam sambutannya mengungkapkan, risiko bencana alam di Provinsi NTB masuk kategori sedang.

YRII bekerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (ITB) melakukan proyeksi iklim 30 tahun kedepan. “Cuaca, iklim di NTB pada 30 tahun kedepan akan seperti apa. Ini yang kita proyeksikan,” ungkap Ade.

Deputi CEO II Yayasan Relief Islamic Indonesia (YRII) Ade Reno Sudiarno, memberikan sambutan. (ist/lakeynews.com)

Hasil penelitian mereka, di-30 tahun mendatang akan terjadi peningkatan suhu temperatur sebanyak satu derajat celcius (1°C). Pada 60 tahun kedepan akan meningkat lagi menjadi 1,6°C hingga 2°C. “Bayangkan saja panas akan seperti apa,” tandasnya.

Sedangkan curah hujan, di daerah-daerah tertentu akan meningkat juga ada yang menurun sekitar 5 persen.

“Ini karena Indonesia masuk sembilan negara yang menghasilkan gas emisi rumah kaca. Sehingga, suhu bumi makin panas,” bebernya.

Salah satu penyebabnya, alih guna lahan. Misalnya, hutan menjadi lahan pertanian. “Karena hutan tutupan berkurang, maka produksi gas emisi rumah kaca meningkat,” ujar Ade.

Pada Desember 2022 lalu, YRII bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional, melakukan penelitian pada beberapa titik di Kabupaten Dompu, Kabupaten Bima dan Kota BimaBima terkait emisi hutan.

Bagaimana hasilnya?

Ade menyebut beberapa poin. Pertama, tutupan hutan (hutan tutupan) selama 30 tahun terakhir mengalami penurunan yang luar biasa signifikan.

Kedua, banyak petani jagung yang menanam jagung tidak pada tempat seharusnya. Lahan miring pun dijadikan tempat menanam jagung.

Ketiga, kualitas air di sumber-sumber air sangat tidak layak untuk diminum. Ini akibat penggunaan pestisida pada tanaman, terutama di sekitar sumber mata air tersebut.

Melihat dampak-dampak tersebut, baik tehadap hutan maupun laut, maka pihak YRII ingin berbuat sesuatu untuk mengatasi hal itu di NTB, terutama Dompu.

Dengan bersinergi dengan semua pihak (stakeholder), baik unsur pemerintah, swasta, maupun berbagai elemen masyarakat. “Kita harapkan dapat sama-sama berkontribusi semaksimal mungkin,” ujarnya.

Karena itulah, program BUDLOC-CR hadir di Dompu. YRII ingin mendampingi petani, bagaimana bertani yang baik, bagaimana memulihkan kondisi hutan yang sudah rusakrusak.

“Lebih kurang 1000 petani di Kabupaten Dompu akan kita dampingi,” sebut Ade. (tim/bersambung)