DOMPU – Tidak hanya Kabupaten Bima. Kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Dompu juga memprihatinkan. Meski daerah inipun meraih anugerah Kabupaten Layak Anak (KLA), tapi sepanjang tahun 2022, kasus yang menimpa anak-anak tetap meroket.
Data yang diperoleh Lakeynews.com, kasus yang menimpa anak pada 2022 sebanyak 59 orang. Baik sebagai korban maupun saksi.
Baca juga: Aneh, Bima Dianugerahi KLA tapi Kekerasan Seksual pada Anak Terus Meningkat
“Dari angkat tersebut, masih didominasi kasus kekerasan seksual dan penganiayaan,” kata Satuan Bakti Pekerja Sosial (Sakti Peksos) Kabupaten Dompu Zulkifli Lubis, Jumat (6/1).
Zul (sapaan akrabnya) menjelaskan, dari 59 kasus anak tersebut, 16 orang mengalami kekerasan seksual, 27 orang terkait kasus penganiayaan dan kasus pencurian empat anak.
Ada pula yang berurusan dengan hukum karena kasus kepemilikan senjata tajam, sebanyak tujuh anak. Kemudian, trafficking (perdagangan manusia) satu anak, pengancaman tiga anak dan Lakalantas satu anak.
“Anak-anak dalam kasus-kasus tersebut, ada yang sebagai korban maupun menjadi saksi,” paparnya.
Menurut Zul, kasus anak di Kabupaten Dompu yang berhadapan dengan hukum tiap tahun menunjukan kecenderungan peningkatan.
Ini dapat dilihat dengan kasus tahun 2022 lebih tinggi dari tahun 2021. Tahun 2021, hanya 54 kasus anak yang berhadapan dengan hukum.
Jenis kasus yang dominan pada 2021, sama dengan 2022. Kasus paling banyak penganiayaan dan kasus kekerasan seksual.
“Kekerasan seksual sebayak 18 orang dan penganiayaan 18 orang, pencurian sembilan anak, Lakalantas dua orang, penelantaran tiga anak, kepemilikan senjata tajam dua, dan kasus penyalahgunaan nafza dua anak,” urai Zul.
Lalu apa penyebab dan latar belakang tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak tersebut?
“Banyak hal,” jawab Zul. Antara lain, lemahnya pengawasan orang tua. “Orang tua sering bekerja di tempat yang jauh, meninggalkan anaknya sendirian di rumah tanpa pengawasan,” sambungnya.
Penyebab lain, pola asuh yang salah. Orang tua membiarkan anak-anaknya menginap di tempat temannya atau keluarga. “Orang tua sibuk bekerja. Sehingga, anaknya bebas mau nginap di mana saja,” paparnya.
Disamping itu, orang tua memberikan fasilitas-fasilitas kepada anaknya tanpa pengawasan. “Ada juga anak korban broken home,” tutur Zul. (ayi)
One thought on “Memprihatinkan, Raih Anugerah KLA tapi Kasus Kekerasan Anak di Dompu juga Meroket”