BIMA – Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah penerima anugerah Kabupaten Layak Anak (KLA).
Anehnya, berbarengan dengan itu, publik disuguhi fakta yang mencengangkan dan memiriskan. Lha, kok?
Betapa tidak. Kasus-kasus yang menimpa anak-anak di daerah ini masih tinggi dan meningkat jika dibanding tahun-tahun sebelumnya dan daerah lain.
Menurut Pekerja Sosial (Peksos) di Kabupaten Bima Abd. Rahman Hidayat, tiap tahun, anak-anak yang berhadapan dengan hukum di daerah itu menunjukkan kecenderungan peningkatan yang signifikan.
Salah satu jenis kasus yang sangat tinggi dialami anak-anak di Kabupaten Bima adalah kekerasan seksual. “Dari tahun ke tahun kasus anak anak yang berhadapan dengan hukum selalu meningkatkan,” kata Dayat, sapaan Abd. Rahman Hidayat, pada Lakeynews.com, Senin (2/1) malam.
Dayat kemudian membeberkan data yang dimilikinya. Sepanjang tahun 2022, total 134 anak yang berhadapan dengan hukum dan didampinginya. Dari angka tersebut didominasi kasus kekerasan seksual.
Jika dibanding 2021, kasus anak yang berhadapan dengan hukum sebanyak 126 orang. Juga paling banyak kekerasan seksual, 40-an kasus.
“Khusus tahun 2022, dari 134 kasus anak, kasus kekerasan seksual sebanyak 71 orang. Baik anak sebagai korban maupun menjadi saksi,” paparnya.
Kemudian, 33 anak mengalami kekerasan fisik (saksi ataupun korban), 24 orang kasus pencurian (korban dan saksi).
“Selebihnya, kasus-kasus lain. Termasuk karena kasus Narkoba dan lainnya,” jelas Peksos Profesional Kemensos itu.
Dayat kemudian menguraikan, kasus-kasuskasus kekerasan seksual terhadap anak sangat beragam dan sangat memprihatikan.
Tragisnya, ada korban yang masih usia Balita. Ada juga anak yang digilir, hingga anak kandung digarap oleh bapaknya. “Parah-parah kasus yang menimpa anak di tahun 2022,” tegasnya.
Secara (klasifikasi) kewilayahan, kasus kekerasan seksual terhadap anak yang paling banyak terjadi di dua kecamatan, Monta dan Woha.
Ditanya faktor penyebab dan latar belakang tingginya kasus kekerasan seksual terhadap anak tersebut, Dayat menyebut banyak hal. Antara lain, lemahnya pengawasan orang tua, karena sering bekerja di tempat yang jauh meninggalkan anaknya sendirian di rumah tanpa pengawasan.
Penyebab lain, pola asuh yang salah. Dimana orang tua membiarkan anak-anaknya menginap di tempat temannya atau keluarga. Juga dengan memberikan fasilitas-fasilitas kepada anaknya tanpa pengawasan.
“Orang tua sibuk bekerja. Sehingga, anak bebas mau nginap di mana saja. Anak dikasih fasilitas namun tidak diawasi,” ulas Dayat.
Terkait masih tingginya kasus yang menimpa anak-anak, Dayat berharap kepada para orang tua agar selalu memberikan pengawasan yang baik terhadap anak-anaknya.
“Jangan meninggalkan anak-anaknya dalam waktu yang cukup lama,” imbuhnya.
Sementara kepada pemerintah, Dayat juga meminta agar dapat mendukung kinerja Peksos dengan memberikan dukungan operasional. (ayi)
One thought on “Aneh, Bima Dianugerahi KLA tapi Kekerasan Seksual pada Anak Terus Meningkat”