

BIDAN biasanya melayani dan mendampingi orang melahirkan. Namun bidan di Kabupaten Bima yang satu ini lebih dari itu. Bidan Leni, nama panggilannya, berhasil menulis dan menyusun sebuah buku.
Judul bukunya “Mengenali Gejala Syndrome Baby Blues dan Upaya Penangannya”. Bisa dikatakan, buku itu “obat” atau solusi bagi gangguan psikologi yang dialami ibu-ibu nifas.
Buku tersebut ditulis Bidan Leni bersama Endy Bebasari, S.KM, M.Kes. Endy adalah dosen pembimbing Bidan Leni ketika masih kuliah.
Kehadiran buku Leni-Endy di dunia kesehatan Indonesia mendapat sambutan dari Kemenkes RI dan Dr. Hermawan, akademisi dan pakar bidang kesehatan.
Sekarang, buku bidan desa bernama lengkap Leni Lestari, S.Tr.Keb itu dalam proses cetak. Rencananya, buku yang tebalnya lebih kurang 100 halaman tersebut akan diluncurkan September depan.
Sebagai informasi, doi kelahiran 19 Juli 1987 itu merupakan ASN. Saat ini, dia menjadi bidan desa di bawah naungan UPT Puskesmas Soromandi, Dikes Kabupaten Bima.
Bidan Leni juga berhimpun dengan teman-temannya di Lentera Donggo. Komunitas yang bergerak di bidang wirausaha dan pemasaran hasil inovasi tenun dan pernak-pernik di Kabupaten Bima.
Apa yang mendorong Bidan Leni menulis buku itu?
Di dalam bukunya, Bidan Leni dan Endy menggambarkan (resume buku) banyak hal terkait gangguan psikologi yang kerap melanda ibu melahirkan. Istilah medisnya Syndrome Baby Blues.
Biasanya, gangguan ini terjadi sekitar tiga hari sampai satu tahun setelah melahirkan. Gangguan yang dialami ibu nifas itu berupa perasaan cemas, khawatir, perubahan mood dan menjadi lebih sensitif.
Kadang juga tidak percaya diri, mengalami gangguan tidur. Ibu-ibu salin acap kali kelelahan dan merasa tidak mampu merawat anaknya.
Jika gejala-gejala tersebut tidak segera ditangani dengan serius oleh tenaga kesehatan (pemerintah) maupun keluarganya, bisa berdampak serius seperti depresi. Juga dapat berdampak pada hubungan pernikahan, masalah tumbuh kembang anak. Bahkan berefek pada terjadinya secuide (pembunuhan bayi/anak yang dilakukan oleh ibu kandung).
Bahayanya lagi, kondisi tersebut dapat terjadi pada wanita pasca-melahirkan tanpa memandang status sosial, tingkat pendidikan, maupun hal-hal yang bersifat eksternal. Walaupun memang terdapat kecenderungan lebih mudah terjadi pada golongan tertentu.
Syndrome baby blues ini merupakan fenomena gunung es. Hal itu disebabkan kurangnya pemahaman tentang gejala dan faktor pencetusnya.
Sebagian masyarakat menganggap masalah kecemasan yang terjadi pada perempuan hamil, melahirkan dan nifas adalah hal biasa. Namun tanpa disadari, jika masalah psikologi ini tidak segera tertangani, akan berdampak lebih serius.
Seperti terjadi depresi, yang bahkan meningkat menjadi psikosis (muncul halusinasi). Seperti yang ditulis di atas, itu bisa berefek pada terjadinya secuide (pembunuhan bayi/anak yang dilakukan oleh ibu kandung). Terjadi di luar kesadaran, karena seorang ibu mendapat bisikan-bisikan (halusinasi).
Mengingat konsekuensinya dapat menjadi cukup mengganggu, bahkan fatal, maka dipandang penting bagi wanita hamil, siapapun dan di manapun untuk mempelajarinya. Antara lain, apa penyebabnya, bagaimana gejala, dan bagaimana cara untuk mencegah maupun mengatasi gangguan yang terjadi pada syndrome baby blues.

Buku “Mengenali Gejala Syndrome Baby Blues dan Upaya Penangannya” dapat dijadikan panduan untuk mengenal lebih lanjut mengenai gangguan pasca-persalinan ini.
Peran masyarakat juga tidak kalah pentingnya. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat akan menstimulasi akson-akson serabut sensor ascenden ke neuron-neuron dari Reticular Activaty System (RAS).
Stimulasi ini akan ditrasformasikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area corteks serebri, sistem limbik, corpus collosum, serta area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin.
Efek dukungan sosial keluarga pun sangat berpengaruh pada ibu dengan gangguan kecemasan (syndrome baby blues) pada masa hamil, bersalin dan nifas.
Alasannya, sistem neuroendokrin akan memelihara keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon oleh zat kimia dalam darah. Seperti ekskresi endorphin yang berguna dalam menurunkan nyeri, mengurangi pengeluaran katekolamin dan kadar kortikosteroid adrenal.
Selain itu, peran dan dukungan pasangan dan keluarga untuk membantu wanita hamil dan pasca-salin sangat penting agar si wanita dapat merasa nyaman dan terlindungi dari segala konsekuensi yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan ini.
Kata kuncinya, suami dapat menjadi sistem pendukung (support system) yang menjadi sumber dukungan psikologis (mental) bagi pasien dengan depresi selama masa nifas.
Kunci lainnya, penting dilakukan pendampingan pada ibu hamil, bersalin dan nifas. Baik oleh keluarga (suami, ibu, ibu mertua dan lainnya) maupun tenaga kesehatan.
Pendampingan dimaksud, kerja sama lintas sektoral. Instansi kesehatan dan lembaga pemberdayaan perempuan. Bida dengan membuka pojok konsultasi dan lainnya. Sehingga, perempuan hamil atau bersalin nyaman menceritakan atau mengungkapkan keluh kesah dan hal-hal yang dirasakan. Ibu itu kemudian merasa ada tempat untuk berbagi keresahannya.
Ibu hamil dan pasca-salin yang sehat dan kuat secara fisik dan mental adalah harapan bagi tumbuhnya generasi baru yang sehat, berbudi luhur. Serta, menjadi tumpuan penerus cita-cita bangsa.
Buku “Mengenali Gejala Syndrome Baby Blues dan Upaya Penangannya” layak direkomendasikan sebagai buku saku keluarga ibu hamil, ibu nifas dan bahkan wanita pra nikah (wanita sebelum nikah). Buku ini sebagai bahan acuan dalam menghadapi kecemasan pada masa kehamilan, persalinan dan nifas.
Selain itu, direkomendasikan kepada KUA (Kantor Urusan Agama) sebagai referensi pendidikan pra-nikah terkait kesiapan menjadi ibu dan keluarga baru, serta memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kepada SMA dan usia pra-nikah.
Tidak berlebihan juga jika buku ini menjadi media informasi bagi Dinas Kesehatan, khususnya di Bima dan Dompu, umumnya NTB bahkan Indonesia. Sebagai informasi bagi pemerintah agar menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan.

Saran saya ini bukan tanpa dasar. Disamping terkait hal-hal yang disampaikan di atas, saya sempat menanyakan kepada Bidan Leni sebagai penulis buku, “apakah pernah dilakukan langkah-langkah ilmiah sebelum menyusun buku?”
Rangsangan pada saraf simpatis dan parasimpatis akan menghasilkan respons relaksasi. Karakteristik respons relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi, keadaan relaksasi otot, dan tidur.
Dia menjawab dan mengaku, sudah melakukan survei pendahuluan kasus selama sekitar tahun (selama menjadi bidan desa), sebelum merumuskan penelitian.
Kemudian melakukan penelitian selama delapan bulan dalam pengerjaan tugas akhir kuliah D4 Kebidanan. Hasil penelitian ini dikembangkannya menjadi sebuah buku.
Harapan Penulis Buku
Bidan Leni berpikir dan tergugah hatinya untuk menulis buku dan mengambil judul tentang Syndrome Baby Blues, karena selama bertugas sebagai bidan desa menemukan beberapa kasus.
Kasus syndrome baby blues di Puskesmas Soromandi tidak tertangani dengan baik, sehingga meningkat menjadi depresi dengan persentase kasus 1,75 persen dari total jumlah pesalinan komplikasi sebanyak 36 persen. Yang mengalami gangguan kecemasan, 1,75 persen dari total persalinan komplikasi 36 persen.
Sedangkan di Puskesmas Donggo terdapat 1,04 persen kasus dari total persalinan komplikasi 37,04 persen dengan gejala gangguan kecemasan, perasaan putus asa dan merasa kelelahan.
Menyikapi kasus-kasus tersebut, tidak sedikit warga masyarakat mengambil tindakan “penyelamatan” dengan cara dan versinya sendiri. Mereka tega melakukan pemasungan pasien tersebut. Tujuannya, agar tidak mengancam keselamatan jiwanya sendiri maupun orang lain.
Hal itu terjadi menurut Bidan Leni dan Endy dalam bukunya, disebabkan oleh kurangnya perhatian suani, keluarga maupun masyarakat tentang gejala-gejala awal yang dirasakan ibu-ibu nifas. Mereka menganggap semua itu sebagai hal biasa.
Karena itu, di dalam buku tersebut memuat harapan peran stakeholder dalam pendampingan pada ibu masa nifas. Perlunya dilakukan pendataan dan pelaporan tentang pasien dengan gejala syndrome bany blues.
Sejauh ini, belum ada upaya atau program khusus untuk penanganan gejala syndrome baby blues yang terjadi di tengah masyarakat.
Pada sisi lain, penulis buku mengungkap hasil penelitian tentang kejadian syndrome baby blues di Kabupaten Bima (dari 100 persen responden). Syndrom yang dialami responden karena kurangnya dukungan suami sebanyak 29 persen, rendahnya dukungan sosial sebanyak 15 persen, dan riwayat komplikasi persalinan sebanyak 15 persen. Sebagian penyebabnya adalah faktor lain.
“Kami berharap, dengan adanya buku ini, pembaca dapat mengenali gejala syndrome baby blues dan mengerti cara menghadapi dan mempersiapkan diri menjadi seorang ibu,” kata Bidan Leni, Kamis (25/8) malam.
Berikut Biodata Dua Penulis Buku
Penulis Pertama
Nama lengkap: Leni Lestari, S.Tr.Keb.
Nama panggilan: Leni
Tempat/Tanggal Lahir: Bima, 19 juli 1987
Alamat: Dusun Sarita RT.02 RW 01, Desa Punti, Kecamatan Soromandi, Kabupaten Bima
Pekerjaan/jabatan: ASN/Bidan Desa
Instansi: Dinas Kesehatan Kabupaten Bima, UPT Puskesmas Soromandi
Hobby: Traveling, camping dan membaca
Keluarga
Suami: Apen Makese
Anak: 2 (dua)
Riwayat Pendidikan
- SDN Sarita Desa Punti, 1998
- SLTPN 1 Rasana’e Bima, 2001
- SMAN 3 Kota Bima, 2005
- D3 Akbid AN-NUR Purwodadi, 2008
- D4 Kebidanan STIKMA (Stikes Mataram), 2022
Riwayat Pekerjaan
- Tenaga Bidan Sukarela di Desa Punti, Kecamatan Soromandi, 2008 – 2009
- Pegawai Kontrak Tidak Tetap di Desa Punti, 2009 – 2017
- Pegawai Negeri Sipil, 2017 – sekarang
Prestasi
Mendapat penghargaan sebagai Wanita Inspirasi Tahun 2021 di Bidang Ekonomi Kreatif dan Pemberdayaan Masyarakat Tingkat Kabupaten Bima.
Pengalaman berorganisasi
- Koordinator Pemberdayaan Perempuan di Lembaga LA HILA Institute
- Direktur Lembaga Lentera Donggo
- Anggota IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Ranting Soromandi
Penulis Kedua
Nama: Endy Bebasari, S.KM, M.Kes
Tempat/Tanggal Lahir: Mataram, 12 Mei 1985
Pendidikan: SMA Negeri 16 Surabaya, 2000
S1 Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, 2003
S2 Kesehatan Masyarakat (Gizi Masyarakat) Universitas Airlangga, 2008
Pekerjaan
- Tenaga Sukarelawan PKBI Provinsi NTB, 2007 – 2008
- Dosen Lepas di STIKES Surabaya, 2008 – 2009
- Dosen Tetap di STIKES Mataram, 2011 – sekarang
(sarwon al khan)
Semoga ini bermanfaat …
Mantap bidan Leni n bu dosen endi bebasari… Salut bgt n smg buku ini bs menambah wawasan masyarakat setempat bahkan lbh luas lagi diharapkn dpt menambah pemahaman n cara penanganan pd kasus baby blues shg tdk ad lagi kasus baby blues yg tdk tertangani n menyebabkan kerugian buat ibu, bayi n klg. Sukses buat louncing bukux dtnggu🙏