Oleh: Firmansyah, S.Psi, M.MKes *)
–
HADIRNYA anak-anak yang mampu menjadi inspirasi bagi lingkungan sosial yaitu anak-anak yang dapat berinteraksi atau beradaptasi sesuai harapan. Kemudian dapat berperilaku atau berinteraksi sesuai norma, aturan, etika sosial yang ada di masyarakat. Anak-anak demikian menjadi harapan dan cita-cita dari siapa saja; Saya, Anda dan kita semua.
Harapan di atas tentu tidak berlebihan karena pada prinsipnya dalam kehidupan ini ketika seseorang akan berperilaku atau berinteraksi maka sudah pasti ada aturan atau norma yang harus dipatuhi sebagai panduan atau tata cara dalam berperilaku.
Di sinilah tugas kita sebagai orang tua, mengenalkan norma atau etika sosial kepada anak untuk dipatuhi dan ditaati sebagai acuan mereka untuk berperilaku. Tidak saja pada saat mereka masih kecil namun juga akan menjadi acuan bagi mereka untuk berperilaku ketika dewasa kelak.
Bagaimana anak melakukan proses belajar untuk memaksimalkan tumbuh kembangnya?
Bagaimana kedepannya anak-anak bisa tumbuh dan kembang sesuai dengan harapan lingkungannya, sangat bergantung dari sumber belajar yang ada di lingkungannya.
Bila lingkungan dimana anak berinteraksi secara sosial dapat menyediakan sumber belajar yang baik dan tepat bagi anak untuk dapat belajar menjadi orang yang juga tepat dan sesuai dengan harapan lingkungan sosialnya, maka proses belajar anak akan berlangsung maksimal dan fasilitasi yang baik dari lingkungan tersebut mendorong anak tumbuh dan kembang menjadi pribadi yang kuat, unggul, tangguh, kreatif, inovatif dengan mendasarkan diri pada sistem tata nilai sosial yang berlaku umum di masyarakat.
Berikutnya, bagaimana kepribadian atau karakter anak bisa tumbuh dan kembang dengan baik. Kemudian dapat menjadi bagian dari kepribadian atau karakter anak secara permanen, dilakukan oleh anak-anak kita melalui proses pengamatan dan pendengaran dari berbagai situasi atau respon yang ada di lingkungan sosialnya.
Hal tersebut menunjukan bahwa apa yang menjadi kepribadian atau karakter yang tumbuh dan kembang secara permanen (menetap) pada diri anak adalah sesuatu hal yang dilakukan melalui proses pengamatan dan pendengaran dalam rentang waktu yang dilewati anak dalam kehidupannya.
Bagaimana peran orang tua atau orang yang lebih dewasa guna mendorong anak tumbuh kembang secara maksimal?
Peran orang tua atau orang yang lebih dewasa dalam mendorong anak bisa tumbuh kembang sesuai harapan lingkungannya adalah dengan memfasilitasi mereka dengan berbagai hal yang tepat dan dibutuhkan oleh anak untuk bisa tumbuh dan kembang secara maksimal atau menjadi manusia yang dewasa. Sosok atau figur yang bisa menjadi inspirasi bagi lingkungan sosialnya, bukan pribadi yang destruktif atau mengembangkan pola perilaku yang bertentangan dengan nilai etika atau norma sosial yang diakui dan diterima secara umum dalam kehidupan sosial.
Apa upaya terbaik orang tua untuk menghadirkan anak yang benar-benar dapat tumbuh kembang secara maksimal dan menjadi generasi harapan kedepannya?
Upaya orang tua untuk menghadirkan anak-anak sebagai sosok yang dewasa, punya kepribadian dan karakter yang baik, menjadi anak yang cerdas, unggul, kreatif, tangguh dan ketika berperilaku atau berinteraksi sosial anak memiliki etika dan nilai moral yang baik, dapat terlihat dengan berbondong-bondongnya para orang tua memilihkan tempat pendidikan yang baik dan tepat bagi anak untuk bisa tumbuh kembang menjadi manusia dewasa yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya.
Memenuhi harapan ini, sekolah yang dirasa dapat memberikan sokongan bagi anak untuk bisa tumbuh kembang menjadi insan yang diharapkan seperti Sekolah Islam Terpadu (IT); TK/Paud/SD/SMP/SMU/SMK dan Pondok Pesantren, bahkan sekolah yang mampu memfasilitasi anak untuk tumbuh kembang menjadi sosok yang berkepribadian atau berkarakter, menjadi incaran orang tua untuk dipilih sebagai tempat anak untuk melakukan proses belajar. Untuk tumbuh kembang anak ke arah yang jauh lebih baik, banyak orang tua yang ingin memasukan buah hati mereka di sekolah yang terbaik.
Mengapa kehadiran Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT) bisa memengaruhi tumbuh kembang anak?
Secara umum, masyarakat sudah mengenal bagaimana LGBT dalam berperilaku atau bersosialisasi. Dalam berperilaku secara sosial di masyarakat, para LGBT ini punya kecenderungan berperilaku sosial yang tidak sesuai dengan etika, norma dan nilai sosial yang diakui dan diterima, baik dalam hal bertutur kata maupun berpenampilan, mereka terkesan destruktif atau berperilaku yang bertentangan atau berlawanan dengan berlaku atau interaksi sosial yang berlaku atau diterima secara umum di masyarakat.
Selanjutnya, para LGBT ini dalam interaksi sosialnya cenderung ekslusif atau berbeda dari apa yang biasanya diperankan oleh kebanyakan kaum pria atau kaum wanita di masyarakat. Kondisi yang seperti ini kalau tidak diwaspadai secara dini oleh orang tua atau orang yang lebih dewasa, tentu saja dalam proses tumbuh kembang akan sangat membingungkan anak sebagai individu yang sedang melakukan proses belajar untuk menegaskan identitas dirinya. Adanya sumber belajar atau stimulasi yang salah membuat anak dalam proses belajar yang berlangsung juga akan menghasilkan sesuatu yang salah atau keliru dalam kehidupannya.
Hal lain yang juga perlu menjadi perhatiannya bersama semua pihak, para orang tua, orang-orang yang lebih dewasa dan pemerhati masalah anak terkait dengan LGBT.
Dengan interaktifnya, para LGBT ini dalam banyak kesempatan, tidak hanya dalam kegiatan gerak jalan di Kabupaten Dompu yang kemarin sempat didiskusikan oleh anggota WA Group LakeyNews.Com tentang keabsahan mereka sebagai peserta, namun juga di momen lain yang mereka juga ikut ambil bagian.
Dengan interaksi para LGBT dalam berbagai kesempatan, banyak anak yang ikut terpengaruh dengan meniru-niru bahkan berkeinginan untuk mengikuti pola perilakunya. Bila tidak mantap atau memadai dalam hal komunikasi, informasi dan edukasi serta perilakuan oleh orang tua terhadap anak-anaknya (terkait dengan hal ini), dikhawatirkan akan terjadi proses belajar yang salah atau keliru dari anak dengan mengambil acuan yang salah atau keliru sebagai sumber belajar. Sehingga bila tidak diantisipasi secara dini, akan berdampak negatif bagi tumbuh kembangnya anak kedepan.
Untuk memfasilitasi anak agar bisa maksimal dalam proses tumbuh kembangnya sehingga kemudian mereka mampu tumbuh menjadi orang yang diharapkan oleh lingkungannya, hendaknya dalam interaksinya para LGBT ini dapat dibatasi ruang dan geraknya agar dalam berperilaku harus berdasarkan norma, etika dan nilai yang diakui dan diterima secara umum oleh semua pihak.
Dengan demikian, dalam prosesnya dapat memberikan pembelajaran yang baik kepada anak sebagai sosok yang sedang belajar mencari bentuk yang sesungguhnya. Bukan malah membingungkan anak dalam menegaskan identitas dirinya untuk benar-benar menjadi pria atau wanita bukan pada kedua-duanya, realita yang ada di lingkungan dimana anak berakumulasi juga ikut menentukan.
Siapa yang bertanggung jawab mengembalikan para LGBT ke kodrat mereka yang sesungguhnya?
Guna mengembalikan atau menyadarkan para LGBT agar dapat kembali ke jalan yang lurus yaitu berada pada kodrat atau posisi yang sesungguhnya dengan menjalani kehidupan yang normal sesuai etika, tata aturan dan nilai sosial yang diterima dan diakui secara umum oleh masyarakat, tentu saja seseorang tidak dapat melakukannya sendiri. Dalam hal ini diperlukan dukungan, kerja sama dan kebersamaan dari semua pihak, tanpa kecuali.
Dengan bergerak bersama sesuai tugas dan fungsi masing-masing, dengan menggunakan bahasa yang baik, santun dan bijak, kita ajak mereka untuk berkomunikasi bahwa dalam memainkan peran tertentu di berbagai aktivitas sosial kemasyarakatan dalam bingkai bangsa dan negara seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan norma, etika, tata krama, aturan dan sistem nilai sosial yang diterima atau diakui, sehingga sebagai warga negara atau sebagai hamba Allah SWT, kehadirannya dapat diridhoi dan diterima.
Hal penting dalam kebersamaan dan kerja sama itu adalah sebagai orang tua dapat menerapkan pola asuh yang tepat bagi buah hatinya. Dengan pola asuh yang tepat, akan menutup ruang bagi anak untuk tumbuh kembang menjadi LGBT. Mereka akan mampu tumbuh dan kembang menjadi pribadi yang normal. Pada saatnya yang tepat, nantinya, buah hati akan mampu berperan sesuai dengan norma, etika dan sistem nilai yang ada di.lingkungan sosialnya.
Demikian, mudah-mudahan ada manfaatnya dalam mewujudkan hadirnya buah hati kita menjadi sosok yang menjadi harapan kedepannya. Sosok yang mampu berkontribusi bagi hadirnya banyak kebaikan dan mampu menjawab berbagai tantangan yang ada di lingkungan sosialnya. (*)
*) Penulis adalah Koordinator Sub Bagian Komunikasi Pimpinan Setda Dompu juga sebagai Konsultan Psikologi pada Lembaga Konsultasi dan Bimbingan Psikologi “Buah Hati” dan Anggota Pemuda Panca Marga (PPM) Kabupaten Dompu.