Pemerhati masalah politik di Dompu Suherman. (ist/lakeynews.com)

SURAT rekomendasi (rekom) DPP Partai NasDem kepada salah satu bakal pasangan calon (Bapaslon) Bupati/Wakil Bupati Dompu, dipolemikkan.

Ada beberapa unsur pengurus NasDem Dompu yang “mengklaim” itu palsu. Tapi beberapa pengurus lain yang justru mengatakan itu “A1” asli.

Kemudian menjadi viral dan diperbincangkan publik Dompu, hingga di dunia maya.

BACA JUGA : NasDem Dompu Bergejolak; Rekom DPP ke ERA-HI, Asli atau Palsu?

Persoalan tersebut, kini menyita perhatian pemerhati masalah politik. Bahkan, mereka tertarik menganalisa dan memprediksi kemana dukungan NasDem nanti akan berlabuh.

“Partai NasDem menarik diperbicangkan dan diprediksikan soal kemana dukungan mereka di Pilkada Dompu akan berlabuh,” kata Pemerhati Politik di Dompu Suherman.

Komisioner KPU Dompu Periode 2014-2019 ini, menyebut sekurangnya dua hal. Pertama, NasDem adalah Parpol pemenang Pemilu 2019 di Dompu. NasDem sebagai peraih suara terbanyak dan peraih kursi terbanyak bersama Partai Gerindra dan PKB. Sama-sama empat kursi.

Jadi, kemanapun arah dukungan NasDem itu menentukan apakah Bapaslon dapat mencalonkan diri atau tidak.

Meskipun tetap harus berkoalisi dengan yang lain, raihan empat kursi bagi NasDem dapat mengamankan posisi Bapaslon. Khususnya untuk mendapatkan “tiket” berlaga pada Pilkada 9 Desember mendatang.

Kedua, ada catatan dalam setiap perhelatan Pilkada langsung di Kabupaten Dompu. Dimana, bahwa setiap Parpol pemenang Pemilu selalu gagal memenangkan Paslon yang diusung.

“Nah, ini yang menarik ditunggu publik. Apakah kejadian-kejadian atau fakta politik Pilkada sebelumnya juga terjadi pada Pilkada 2020,” kata Herman pada Lakeynews.com, Senin (10/8) sore.

Catatan sejarah ini juga bisa menjadi evaluasi dan motivasi bagi pengurus NasDem, termasuk dalam membangun soliditas dan loyalitas terhadap Paslon yang diusungnya.

Terkait soal ini, Herman (sapaan Suherman) menilai, keluarnya rekomendasi untuk Bapaslon tertentu adalah bagian dari ujian awal bagi soliditas dan loyalitas para pengurus dan kader NasDem.

Mengapa?

Karena, jelas Herman, sepertinya di internal NasDem sendiri terlihat ada dua faksi. Ada yang mendukung “Aby” Kader Jaelani dan H. Syahrul (AKJ-Syah).

Kubu ini, dengan sekuat tenaga memperjuangkannya untuk mendapatkan Surat Keputusan (SK) dukungan dari NasDem kepada AKJ-Syah.

Namun, sebagian lagi, ada juga yang mendukung ERA-HI. “Kubu ini secara diam-diam juga bergerak memperjuangkannya di DPP,” papar Herman.

Soal rekomendasi yang beredar, menurut Herman, itu wajar dan biasa saja terjadi. “Itulah dinamika politik menjelang pendaftaran,” paparnya.

Terlepas surat itu palsu atau asli. Prinsipnya surat rekomendasi, surat tugas atau apapun namanya, selain SK, itu berhak diklaim dan didapatkan oleh siapapun Bapaslon. Terlebih yang sedari awal sudah mengikuti proses penjaringan di DPD NasDem Dompu.

Surat rekomendasi itu semacam surat penugasan kepada Bapaslon. Pada akhirnya nanti, siapa yang bisa menyelesaikan “tugas” dengan baik, itulah yang akan diberikan SK persetujuan oleh DPP.

“Jadi, menyikapi surat rekomendasi itu biasa-biasa saja, pada akhirnya SK persetujuan-lah yang menjadi produk hukum yang sah untuk mendaftarkan Bapaslon nanti,” tandasnya.

Terlepas dinamika soal Nasdem, Herman berharap agar dinamika Pilkada Dompu 2020 adalah dinamika produktif. Dalam artian, dinamika yang penuh konsep gagasan yang inovatif dan kreatif dalam rangka bagaimana membangun Dompu kedepan.

Pilkada ini jangan hanya ramai didiskusikan masalah politik praktisnya. “Mari kita ramaikan dengan narasi-narasi pencerdasan dan pencerahan, narasi-narasi membangun peradaban dan sebagainya,” ajak Herman. (won)