
–
Catatan:
Sarwon Al Khan, Mataram
–
KITA tahu, pemerintah dari pusat hingga daerah bekerja ekstra keras dalam penanganan Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19). Terutama terkait pengendalian dan pencegahan penyebaran virus yang bisa berakibat pada kematian ini.
Di tiap tingkatan, ada Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 ini. Mereka rata-rata menunaikan tugas yang diembankan dengan serius, penuh kesungguhan dan tanggung jawab.
Plus dan minusnya pasti ada. Dan, itu manusiawi. Seperti keterlambatan penyampaian beberapa informasi. Media massa atau elemen masyarakat lebih dulu mendapat informasi dari mulut ke mulut ketimbang dari pihak terkait.
Sekali lagi itu dapat dimaklumi dan dipahami. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Mereka bukan mesin, juga bukan robot. Realistis.
Terlebih (kalau ada) suatu informasi atau perkembangan. Mereka harus memastikan terlebih dulu kebenaran, akusi dan validitasnya, sebelum diumumkan secara luas kepada publik.
Khusus di Provinsi NTB. Para petugas yang termasuk dalam Gugus Tugas “Corona” bekerja tanpa kenal lelah. Bahkan nyaris mengabaikan kesehatan dirinya.
Dalam menjalankan tugas sesuai Protap, Tim Gugus Provinsi senantiasa berkoordinasi dan berkomunikasi dengan Gugus Kabupaten/Kota. Demikian juga sebaliknya.
Luar biasa kekompakannya. Antara provinsi dan kabupaten/kota bekerja keras. Bak tim sebuah kesebelasan bola. Mereka bergerak bersama.
Bukan hanya pihak pemerintah yang terlibat. Berbagai elemen masyarakat pun dilibatkan dalam menghadapi “musuh bersama” yang bernama Covid-19 ini.
Kepala Dinas Komunikasi Informatika dan Statistik (Kominfostik) Provinsi NTB, I Gde Putu Aryadi, secara jantan mengakui kekompakan tersebut. Kekompakan pemerintah daerah dan tim gugus bersama berbagai komponen.
“Kompak sekali. Luar biasa. Berbagai elemen bergotong royong mengatasi ujian dan wabah yang mengguncang dunia ini,” kata Pak Gde, sapaan IGP Aryadi, pada Lakeynews.com di Mataram, Sabtu (28/3) sore.
Ketika diwawancarai khusus melalui telepon genggamnya (karena terbatas ruang dan waktu untuk bertemu langsung), Pak Gde membeberkan berbagai langkah (upaya) yang dilakukan dalam penanganan penyebaran Covid-19 di daerah ini.
Langkah-langkah tersebut, dimulai dari imbauan yang terus menerus dan program-program edukasi, dilakukan.
Kemudian, penyemprotan disinfektan untuk sterilisasi seluruh ruang publik gencar dilakukan dari provinsi hingga kabupaten/kota dan desa. Serta, sederet aktivitas lain sebagai bentuk pencegahan dan penanganannya.
Apa saja hambatan atau kendala yang dihadapi selama penanganan Covid-19 ini? Bagaimana pula upaya mengatasinya?
Pak Gde tidak menafikan adanya beberapa kendala yang dihadapi. Diantaranya, Alat Pelindung Diri (APD) yang relatif terbatas. Namun keterbatasan dan kekurangan APD itu, secara bertahap mulai teratasi.
“Pemerintah pusat telah mengirim 1.500 APD. Untuk tambahannya, menyusul,” jelas pria yang diketahui latar belakang karir birokrasinya dari Humas ini.
Ibarat pepatah, “sambil menyelam minum air.” Mengatasi virus corona, juga mengangkat ekonomi masyarakat. Khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Caranya?
Pemerintah daerah mendorong UMKM untuk memproduksi APD sebanyak-banyaknya. Terutama masker dan Disinfektan.
“Sehingga, ekonomi mereka bisa bergerak dan terangkat,” ujar Pak Gde. “Di tengah ujian ini, pasti ada jalan untuk mereka yang kreatif,” sambungnya.
Menjadi luar biasa karena Gubernur NTB Dr. H. Zulkieflimansyah sendiri yang bahkan telah melaksanakan uji coba boks Disinfektan buatan putra-putri NTB.
Seperti dilansir Lakeynews.com sebelumnya, boks-boks Disinfektan itu dipasang di sejumlah pintu masuk dan pintu keluar NTB. Seperti (yang sudah terpasang) di Bandara Internasional Lombok. Dan, segera menyusul pemasangannya di pelabuhan-pelabuhan dan terminal-terminal.
“Boks tersebut akan terus diproduksi. Kemudian dipasang pada tempat-tempat yang membutuhkan. Seperti di Pelabuhan Bima, Sape, Terminal Ginte Dompu dan sebagainya,” jelas Pak Gde.
Sebelum mengakhiri wawancara, pria ini mengharapkan kepada semua pihak, semua elemen masyarakat, agar kiranya meningkatkan kewaspadaan.
“Jaga jarak, terapkan hidup sehat, rajin membersihkan lingkungan, cuci tangan, berjemur dan olah raga,” imbuh Pak Gde.
Untuk sementara waktu, lanjutnya, jangan beraktivitas di luar. Dan, yang paling penting, jangan panik, tapi tetap tenang.
“Karena ketenangan merupakan obat paten dalam menghadapi ujian ini. Faktanya, 90 persen lebih dari pasien, sembuh dari Covid-19,” tegasnya. (*)