DOMPU, Lakeynews.com – Semangat kelompok pemuda Lingkungan Doro Afu, Kelurahan Dorotangga, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, patut diacungi jempol. Kreativitas kaum muda yang tergabung dalam Forum Pengembangan Kampung Kreatif Dorotanga (FPKKD) itu, mulai menampakkan hasil yang menakjubkan.
Betapa tidak, upayanya mengubah kesan (image) Lingkungan Doro Afu yang kumuh dan gersang dengan “kampung pelangi”, mendapat respon dan apresiasi luar biasa dari berbagai elemen. Kampung itu pun, kini kian ramai dikunjungi orang.
Pengamatan Lakeynews.com, sejak sekitar setengah bulan yang lalu sejumlah pemuda Doro Afu melakukan pengecatan di kampung halamannya. Yang dicat warna warni (beragam warga) itu, antara lain, pagar, dinding rumah, tembok-tembok, juga gang-gang dan jalan.
“Kita targetkan kegiatan pengecatan ini tuntas dalam waktu setengah bulan kedepan,” kata inisiator Kampung Pelangi Doro Afu yang juga Ketua FPKKD Firman alias Marombo, pada media ini yang berkunjung ke sana bersama Sekretaris Forum Pegiat Pariwisata Dompu (FPPD) Muhdar, S.Pd, M.Pd.
Meski masih berlangsung proses pengecatan, pengunjung Kampung Pelangi sudah ramai, terutama sore hari sekitar seminggu terakhir. “Kalau dirata-ratakan, jumlah pengunjung tiap hari sekitar 50-an orang,” jelas Firman.
Firman lalu bercerita tentang latar belakang munculnya Kampung Pelangi Doro Afu. Dia mengungkapkan beberapa hal. Salah satunya, kegelisahan mereka karena melihat kondisi Lingkungan Doro Afu yang terkesan kumuh dan gersang.
Kelompok yang didominasi pemuda dan tergabung dalam FPKKD berinisiatif mengubah wajah Doro Afu menjadi Kampung Pelangi. Kampung yang berwarna warni agar kesan “suram” hilang.
Selain untuk menghilangkan kesan tidak bagus itu, dipilihnya Doro Afu untuk dijadikan Kampung Pelangi karena topographi tanahnya yang bertangga dan tinggi. “View dari atas Doro Afu ini bisa menjangkau hampir seluruh kota Dompu,” papar Firman.
Bukan itu saja, Kampung Pelangi ini diwujudkan dengan tujuan ada perubahan prilaku pada warga setempat. “Lingkungan menjadi lebih asri. Harapan kita, ini akan berdampak pula secara ekonomi setelah banyaknya pengunjung (Kampung Pelangi) nanti,” urai pria lajang itu.
Apa saja hambatan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan Kampung Pelangi ini?
Salah satu kendala yang paling dirasakan, menurut Firman yang juga dipercaya sebagai ketua Komunitas Tangan Diatas (TDA) Dompu itu, terkait ketersediaan bahan untuk pengecatan. “Hingga saat ini biaya pembelian cat bersumber dari sumbangan warga, donatur dan simpatisan,” jelas Firman.
Seiring mulai diwujudkannya Kampung Pelangi, pihaknya berharap, kedepan pemerintah daerah melalui dinas terkait agar ikut turun tangan, membantu menyukseskan kegiatan yang dilakukan elemen masyarakatnya tersebut. “Perhatian pemerintah sangat kami perlukan agar kegiatan berjalan sesuai harapan,” tandasnya. (won)