Tewasnya Rio Saputra, 26 tahun, Sabtu (29/4/2017) di sekitar Sarang Walet Oi Pana (Mata Air Panas), Desa Nanga Doro, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, meninggalkan duka yang mendalam bagi keluarga. Bagaimana kronologis tewasnya pria yang akrab disapa Rio dan tercatat sebagai perawat di ruang VIP Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dompu? Berikut kisahnya.

Foto kenang-kenangan semasa hidup Rio Saputra, korban selfie di “Oi Pana” Nanga Doro, Kecamatan Hu’u. (ist/lakeynews.com)

===========

WARGA Lingkungan Swete Timur, Kelurahan Bali, Kecamatan Dompu itu dikenal sebagai sosok pemuda yang sangat baik. Tidak banyak bicara, supel dan hobi dengan advanture.

Rio juga pernah tercatat sebagai mahasiswa pecinta alam di kampusnya. Di akun facebook (FB)-nya ”Ryo Doank”, ia banyak mengapload foto-foto saat dirinya menaklukan beberapa puncak gunung di NTB.

Karena hobinya itu, Rio pun seringkali memanfaatkan waktu liburnya  untuk berpetualang menjelajahi keindahan alam Bumi Nggahi Rawi Pahu. Namun, kini cerita tentang sosok Rio yang ramah, suka bergaul dan mencintai alam ini tinggal kenangan. Rio kini telah menghadap Sang Khalik.

 

Kronologis Kejadiannya

Rio bersama lima rekannya (dua diantaranya, Ferdi dan Sri Haryani), Jumat (28/4/2017) berangkat dari rumah menuju lokasi Sarang Walet “Oi Pana” (Mata Air Panas), Desa Nanga Doro. Tujuannya, untuk camping. Sekitar pukul 17.00 Wita, mereka pun sampai di lokasi dan memasang tenda untuk menginap.

“Sorenya kami sempat mengunjungi mereka dan Rio sempat mengajak kami menginap. Tapi, karena waktu sudah agak gelap, kami pun memilih pulang. Setelah itu, kami tidak tahu lagi keberadaan Rio besama lima temannya itu,” ujar salah seorang rekan Rio di RSUD Dompu, Sabtu (29/4/2017) sore.

Setelah bermalam di sekitar Mata Air Panas, Sabtu pagi sekitar pukul 09.30 Wita, Rio bersama lima temannya menuju tebing sarang burung walet, So Wawo Pote (komplek air panas) untuk berfoto-foto (selfian), mengabadikan momen. Jarak antara tenda mereka dengan tebing Sarang Walet itu sekitar 1 kilometer (Km).

Foto kenang-kenangan semasa hidup Rio Saputra, korban selfie di “Oi Pana” Nanga Doro, Kecamatan Hu’u. (ist/lakeynews.com)

Sampai di tebing itu, Rio bersama lima rekannya langsung mencari tempat yang dirasa indah untuk selfie. Mereka pun memilih posisi di atas tebing batu karang atau sekitar 3 meter di atas permukaan air laut.

Baru beberapa saat mengabadikan gambar, tiba-tiba ombak yang begitu besar langsung menerpanya. Rio pun terjatuh dan lenyap seketika terbawa arus gelombang.

 

Ferdi juga Nyaris Terseret Ombak

Selain Rio, salah seorang temannya, Ferdi, 27 tahun, juga warga Lingkungan Swete Timur, nyaris menjadi korban keganasan ombak pantai selatan itu. Pada saat yang bersamaan, Ferdi ikut terjatuh. Namun ia berhasil menyelamatkan diri setelah tersangkut di batu karang.

Ferdi, merupakan salah satu rekan Rio yang juga bekerja di RSUD Dompu. Setelah selamat dari maut, Ferdi bersama empat rekannya berusaha memberi pertolongan pada Rio. Karena ombak yang tinggi, upaya mereka tersebut gagal membuahkan hasil.

Tidak tega melihat rekannya terseret ombak, Sri Haryani, perempuan satu-satunya yang ikut pada kegiatan camping itu, langsung melaporkan kejadian itu ke Pos Polisi Lakey, Kecamatan Hu’u, sekitar pukul 11.15 Wita.

Setelah menerima laporan tersebut, anggota Pos Pol Lakey, anggota Polsek Hu’u bersama Life Guard Pantai yang dipimpin Aiptu Kurniawan langsung terjun ke lokasi kejadian dengan menggunakan speed boad.

“Namun saat anggota sampai di sana, korban sudah tidak ditemukan karena ombaknya besar,” kata salah seorang sumber kepolisian. (purnawansyah)