Saat air meluap dan merendam perumahan warga di sejumlah wilayah Kota Bima, Minggu (26/03) petang. (ist/lakeynews.com)

Air Surut, Sebagian Besar Pengungsi Kembali ke Rumah

KOTA BIMA, Lakeynews.com – Ada kabar baik dari Kota Bima pagi Senin (27/03) ini. Luapan air (banjir) yang sempat melanda kota akibat curah hujan tinggi yang terjadi sejak siang Minggu (26/03), kini makin surut. Dan, sebagian besar warga yang sempat mengungsi tadi malam (Minggu malam), saat ini sudah kembali ke rumahnya masing-masing.

“Air sudah surut. Pengungsi sebagian besar sudah pulang (ke rumahnya),” kata salah satu pejabat Pemkot Bima, Diana Fitriah.

Menurut informasi, air mulai surut sebenarnya mulai tadi malam. Namun, karena curah hujan di hulu kembali tinggi, membuat wilayah terdampak bertambah.

“Penyebab banjir, curah hujan di hulu intensitas lebat dan sangat lebat, sehingga Sungai Padolo dan Sungai Salo meluap ke pemukiman dan areal persawahan,” ungkap Plt. Kabag Humas dan Protokol Setda Kota Bima Syahrial Nuryadin, S.IP, MM, dalam rilisnya Senin pagi ini.

Syahrial mengungkapkan, sekitar pukul 24.00 Wita, wilayah terdampak menjadi 22 kelurahan di lima kecamatan. Namun yang terbanyak di Kecamatan Mpunda, dengan delapan kelurahan. Yakni Kelurahan Penatoi, Lewirato, Sadia, Mande, Manggemaci, Monggonao, Panggi dan Matakando.

Disusul Kecamatan Rasanae Barat, dengan enam kelurahan; Tanjung, Paruga, Dara, Sarae, Pane dan Nae. Di Kecamatan Rasanae Timur ada empat kelurahan, yaitu Kumbe, Dodu, Nungga dan Kodo. “Sedangkan di Kecamatan Raba, yang terdampak tiga kelurahan; Penaraga, Kendo dan Ntobo. Kalau di Kecamatan Asakota hanya satu, Kelurahan Melayu,” jelas Syahrial.

Sebelumnya, Syahrial menjelaskan, air mulai masuk ke sebagian pemukiman warga kota sekitar pukul 16.30 Wita. Awalnya, wilayah yang terdampak di lima kecamatan, sekitar 16 kelurahan. Dari minimal 16 kelurahan itu, setidaknya ada 2.500 jiwa yang mengungsi di sekitar 15 titik pengungsian.

“Kelurahan yang terdampak (awalnya) itu, Paruga, Penatoi, Lewirato, Sadia, Mande, Manggemaci, Monggonao, Nae, Sarae, Penaraga, Pane, Dara, Melayu, Tanjung, Kumbe dan Dodu,” jelas Syahrial.

Sedangkan 15 titik pengungsian, sesuai data sementara yang dihimpun Pemkot Bima, Masjid Sultan Salahudin Paruga, Masjid Baitul Hamid Penaraga, Masjid Nurul Mubin Penaraga, Masjid Istiqomah Penatoi, kantor Walikota dan Masjid Lewirato.

Yang juga dijadikan tempat pengungsian warga, kantor KPPN Bima, RS PKU Muhammadiyah, SMPN 13 Tanjung, Masjid Al-Muwahidin Pane, Toko Bolly Monggonao, Gunung Raja Dara, Jalan Baru Tanjung, Masjid Baitul Maqdis Tanjung, kantor FIF Nae dan Paruga Nae Manggemaci. (won)