Prosesi pemakaman jenazah Hendra Purnama alias Muhammad Fajar (29) di Kompleks Pemakaman Cina, Kelurahan Dorotangga, Senin (16/01). (foto faruk/lakeynews.com)

DOMPU, Lakeynews.com – Jenazah Hendra Purnama alias Muhammad Fajar (29), yang ditemukan sudah membusuk di dalam kamar kosnya pada Minggu (15/01) lalu, akhirnya dimakamkan. Pemakaman tersebut dilakukan berdasarkan syariat Islam oleh keluarganya di Kompleks Pemakaman Cina, Kelurahan Dorotangga, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, Senin (16/01) sekitar pukul 14.00 Wita.

Sebelumnya, jenazah Hendra hendak diotopsi di RSUD Dompu. Namun, batal dilakukan karena orangtua dan keluarganya tidak tega melihat kondisi jenazah. Sehingga, kepolisian pun menyerahkan kembali kepada pihak keluarga. ( Baca: http://lakeynews.com/2017/01/16/jenazah-hendra-batal-diotopsi-ini-penyebabnya/ )

Almarhum merupakan keturunan Tionghoa dan menganut agama Katolik. Sejak menikah dengan istri yang kedua, Hendra memeluk agama Islam. Tepatnya pada 15 Juni 2015 lalu.

Informasi yang diperoleh Lakeynews.com di sekitar lokasi pemakaman, jenazah Hendra kebumikan dengan syariat Islam berdasarkan kesepakatan keluarga yang mayoritas memeluk agama Katolik. Sementara untuk kelanjutan suasana berkabung, keluarga diisyaratkan untuk melakukannya sesuai kepercayaan dan agama yang diyakini.

Almarhum diketahui meninggalkan dua orang istri dan empat orang anak. Istri kedua Hendra yang bernama Nur, warga Adu, Kecamatan Hu’u, baru saja melahirkan anak keduanya.

“Istri pertamanya bernama Maryam Siti. Sekarang berada di Bumi Ayu, Jawa Barat,” Andi Iwan, salah seorang kerabat almarhum Hendra.

Menurut Andi, bersama istri pertamanya, Hendra dikaruniai dua anak. Sementara istri keduanya, Hendra juga dikaruniai dua orang anak. “Sebelum meninggal, Hendra kita ketahui sempat melihat istrinya yang baru melahirkan anak keduanya,” terang Andi lagi.

Suasana pemakaman jenazah Hendra Purnama alias Muhammad Fajar (29). (foto faruk/lakeynews.com)

Hendra dikenal ramah dan suka menolong sesama. Disamping itu, memiliki banyak kerabat sesama pecinta motor klasik. “Dia sudah saya anggap sebagai adik sendiri. Kami juga satu Club Pecinta Motor Clasik CB. Dia orangnya simple. Fair juga terhadap sesama,” terangnya.

Sebelum meninggal, Hendra yang merupakan anak keempat dari lima bersaudara, diakui pihak keluarga memiliki penyakit kejang-kejang. Penderitaan itu dialaminya, setelah operasi di bagian kepala akibat kecelakaan. Semasa hidup, penyakit Hendra kerap kambuh, terutama ketika jarang mengomsumsi obat penenang atau peredam nyeri.

Pamtauan media ini di lokasi pemakaman, proses pemakaman Hendra berlangsung khidmat dan diwarnai isak tangis keluarga. Sampai berita ini publish, kelurga Hendra belum ada yang berhasil dikonfirmasi karena masih diwarnai suasana duka. (far)