Pimpinan Pondok Pesantren As-Salam Dompu, NTB, Ustaz Mujahidul Haq. (ist/lakeynews.com)

BARU-BARU ini viral jenazah seorang perempuan di Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang masih dalam keadaan utuh. Juga menyemburkan aroma harum (wangi). Padahal si Mayit sudah sekitar delapan dimakamkan.

Ini diketahui setelah jenazah wanita muslimah itu dibongkar paksa dan dipindahkan oleh anak-anaknya (BacaDibongkar Paksa Setelah 8 Bulan Dimakamkan, Jenazah Wanita Dompu Ini Masih Utuh dan Harum).

Mengapa jenazah yang sudah sekian lama dikuburkan tapi masih utuh dan harum? Apa kira-kira yang membuat kondisi mayit demikian? Adakah amalan-amalan tertentu yang dilakukan almarhum/almarhumah semasa hidupnya?

Berikut penjelasan dan uraian Pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) As-Salam Dompu Ustaz Mujahidul Haq pada Lakeynews.com di Dompu, Selasa (13/5/2025).

Dalam tradisi Islam, menurut Ustaz Mujahid (sapaan Ustaz Mujahidul Haq), terdapat beberapa riwayat dan keyakinan terkait jenazah yang tetap utuh atau mengeluarkan aroma wangi.

Pertama, Tanda Kesyahidan. Yakni kematian (meninggal dunia) karena berperang membela agama Allah SWT.

Dijelaskan Ustaz Mujahid Nabi Muhammad SAW bersabda, yang artinya: “Janganlah kalian mencaci orang yang sudah meninggal, karena mereka telah sampai pada apa yang mereka kerjakan.” (HR. Bukhari).

Namun, khusus syuhada (martir), lanjut Ustaz Mujahid, terdapat riwayat bahwa mereka “hidup di sisi Tuhan” dan jasadnya mungkin diberi keistimewaan.

Sabda Nabi SAW, yang artinya: “Para syuhada itu hidup di sisi Tuhan mereka, diberi rezeki.” (HR. Muslim).

“Beberapa ulama menafsirkan bahwa jasad syuhada tidak hancur sebagai karunia khusus, meskipun ini tidak dijelaskan secara eksplisit dalam hadis,” paparnya.

Kedua, Tanda Kesalehan. Menurut Ustaz Mujahid, aroma wangi atau harum dari kuburan sering dianggap sebagai tanda kemuliaan ahli kubur karena amal salehnya.

Nabi SAW pernah bersabda tentang wafatnya Sa’ad bin Mu’adz, yang artinya: “Singgasana Arsy berguncang karena kematian Sa’ad, dan pintu langit dibuka untuknya.” (HR. Ahmad).

“Riwayat lain menyebutkan kuburan sahabat yang mengeluarkan bau harum sebagai tanda ridha Allah SWT,” tutur Ustaz Mujahid.

Ketiga, Keistimewaan Para Nabi. Kata Ustaz Mujahid, jasad Nabi tidak hancur. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW, yang artinya: “Sesungguhnya tanah tidak memakan jasad para nabi.” (HR. Abu Dawud).

“Ini adalah keistimewaan khusus bagi para nabi, bukan umum untuk semua orang saleh,” tandasnya.

Keempat, Peringatan dan Kekeliruan Pemahaman. Dijelaskan Ustaz Mujahid, tidak bisa dijadikan patokan mutlak.

“Ulama mengingatkan bahwa keutuhan jasad atau aroma wangi bukanlah ukuran pasti diterimanya amal. Sebab, proses penguraian jasad adalah hukum alam (sunnatullah),” ungkapnya.

Hal ini ditegaskan oleh Nabi SAW dalam sebuah sabda yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa atau harta kalian, tetapi kepada hati dan amal kalian.” (HR. Muslim).

Jadi, kesimpulan Ustaz Mujahid, jika ada (ditemukan) jenazah yang tetap utuh atau mengeluarkan wangi (harum), ini mungkin dianggap sebagai Karamah (keajaiban, kemuliaan dari Allah SWT) bagi orang saleh atau syuhada.

Meski demikian, hal ini tidak boleh disikapi dengan berlebihan. “Penilaian akhir hanya ada di tangan Allah SWT. Sementara umat Islam disuruh fokus pada amal dan tawakal. Wallahu a’lam,” imbuhnya.

Bagaimana Karamah (kemuliaan dari Allah) dimaksud?

Konsep Karamah dalam tradisi Islam, jelas Ustaz Mujahid adalah keistimewaan atau mukjizat kecil yang Allah SWT berikan kepada hamba-Nya yang saleh, meski bukan nabi.

“Ini bisa berupa kejadian luar biasa seperti tubuh yang tidak hancur, aroma wangi, atau perlindungan dari bahaya,” cetusnya.

Contohnya, beberapa ulama dan wali dikisahkan memiliki kuburan yang mengeluarkan bau harum atau jasad yang tetap utuh. Namun, ini bukanlah tanda kesempurnaan iman, melainkan anugerah Allah SWT semata.

Pada sisi lain, Ustaz Mujahid menyebut ini merupakan ujian atau peringatan. “Tanda untuk yang hidup. Fenomena ini bisa menjadi peringatan atau pengingat bagi orang yang masih hidup,” jelasnya.

Misalnya, pertama, jika jenazah orang fasik tetap utuh, mungkin sebagai ujian atau peringatan agar manusia tidak terjebak menilai kesalehan hanya dari fisik.

Kedua, jika jenazah orang saleh utuh, bisa menjadi motivasi untuk meneladani kebaikannya.

Nabi SAW bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya mayit disiksa karena tangisan keluarganya (yang berlebihan).” (HR. Bukhari-Muslim).

“Ini menunjukkan bahwa kondisi fisik jenazah tidak selalu mencerminkan keadaan ruhaninya,” tegas Ustaz Mujahid mengakhiri penjelasannya. (won)