Stasiun Meteorologi (Stamet) Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM), di Kabupaten Lombok Tengah. (ist/lakeynews.com)

Penjelasan Forecaster On Duty Stasiun Meteorologi BIZAM

 

DOMPU – Fenomena suhu panas terik belakangan ini, secara umum terjadi karena dipicu oleh beberapa kondisi dinamika atmosfer. Salah satunya, minimnya tingkat pertumbuhan awan.

Demikian disampaikan Forecaster On Duty (peramal cuaca) Stasiun Meteorologi (Stamet) Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid (BIZAM), Juliani Intan Sari, menjawab konfirmasi Lakeynews.com, Sabtu (12/10/2024) petang.

“Saat ini kondisi cuaca di sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Nusa Tenggara Barat (NTB), didominasi cuaca cerah, dan sangat minimnya tingkat pertumbuhan awan terutama pada siang hari,” kata Julianti.

Kondisi ini, menurut Julianti, tentunya menyebabkan penyinaran matahari pada siang hari ke permukaan bumi tidak mengalami hambatan signifikan oleh awan di atmosfer. “Sehingga, suhu di luar ruangan terasa sangat terik pada siang hari,” jelasnya.

Baca juga: Suhu Udara Dompu-Bima Panas, Ini Penjelasan Stasiun Meteorologi

Diketahui, saat ini sebagian besar wilayah Indonesia –terutama di selatan ekuator– masih mengalami musim kemarau. Sebagian lainnya akan mulai memasuki periode peralihan musim pada periode Oktober-November ini. “Kondisi cuaca cerah masih cukup mendominasi pada siang hari,” tegasnya.

Selain itu, sejak akhir September lalu, posisi semu matahari menunjukkan pergerakan ke arah selatan ekuator. Itu berarti bahwa sebagian wilayah Indonesia di selatan ekuator, termasuk wilayah Nusa Tenggara mendapatkan pengaruh dampak penyinaran matahari yang relatif lebih intens dibandingkan wilayah lainnya, dimana pemanasan sinar matahari cukup optimal terjadi pada pagi menjelang siang dan pada siang hari.

“Namun demikian, fenomena astronomis ini tidak berdiri sendiri dalam mengakibatkan peningkatan suhu udara secara drastis atau ekstrem di permukaan bumi,” urai Julianti.

Faktor lain seperti kecepatan angin, tutupan awan, dan tingkat kelembapan udara yang mendukung pembentukan awan, diakui Julianti, juga memiliki dampak yang lebih besar terhadap kondisi suhu terik di NTB.

“Pemanasan yang tinggi pada siang hari pun mendukung terbentuknya awan pada sore hari yang kemudian menahan suhu panas di sekitar permukaan pada malam hari, sehingga tetap terasa lebih hangat dari biasanya sepanjang hari,” ungkapnya. (tim)