Distanbun Dompu Gelar Bimtek Porang bagi Petugas dan Poktan
DOMPU – Belakangan ini Porang sebagai salah satu program unggulan Pemkab Dompu mendapat sorotan beberapa elemen. Bahkan, ada yang memprediksikan gagal.
Seolah menanggapi sorotan tersebut, Sekdakab Dompu Gatot Gunawan P. Putra membeberkan sejumlah kendala yang dihadapi dalam pengembangan budidaya porang sebagai komoditi baru.
Menurutnya, saat ini porang terkendala masalah perluasan area tanam, faktor risiko kepastian pasar dan harga jual, serta proses budidaya yang membutuhkan biaya produksi tinggi.
“Saat ini tahap pengembangannya masih fokus pada demplot (percontohan, red) dan lahan swadaya masyarakat,” papar Sekda, Selasa (13/12).
Hal tersebut dilontarkan Sekda ketika memberikan sambutan pada kegiatan Bimbingan Teknis Budidaya Tanaman Porang bagi Petugas dan Anggota Kelompok Tani (Poktan). Kegiatan itu, digelar Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Kabupaten Dompu, di Cafe Laberka.
Pemkab Dompu menurut Sekda berani melakukan terobosan dan fokus menentukan prioritas pengembangan komoditas unggulan, serta memastikan potensi sumberdaya, penguatan ekonomi daerah dan kemandirian.
Porang adalah salah satu komoditas prioritas sebagai upaya peningkatan kemandirian ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Komoditas porang menjadi pilihan karena memiliki kesesuaian topografi dan agroklimatologi,” jelasnya.
Sebelumnya, Kepala Distanbun Muhammad Syahroni menjelaskan, Pemkab Dompu di bawah kepemimpinan Bupati H. “Aby” Kader Jaelani dan Wakil Bupati H. Syahrul Parsan (AKJ-Syah) telah mencanangkan program prioritas; Jagung, Porang, Padi, Sapi dan Ikan (Jara Pasaka).
Menurut Dae Roni (sapaan Muhammad Syahroni), porang merupakan salah satu komoditi unggulan. Porang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan nilai ekonomis tinggi.
“Budidaya porang di Dompu masih dilakukan dalam skala yang relatif kecil di beberapa kecamatan. Teknik pembudidayaannya masih dilakukan seadanya. Sehingga, perlu penyempurnaan, baik teknik budidaya maupun pengolahan hasilnya,” kata Dae Roni.
Dia menambahkan, Bimtek itu dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas petugas dan anggota Poktan dalam teknik budidaya tanaman porang.
Hadir dalam Bimtek itu, perwakilan pengusaha porang dan undangan lainnya.
Pesertanya lebih kurang 60 orang. Di antara mereka, tiga perwakilan pejabat fungsional penyuluh kabupaten dan delapan kepala UPTD se-Kabupaten Dompu.
Disamping itu, delapan koordinator Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Kecamatan Se-Kabupaten Dompu PPL 22 orang dan 19 anggota Pokta.
Sedangkan narasumber yang dihadirkan Distanbun, Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Mataram (Unram) Prof. Ir. Suwardji, M.Ap. Sc, P.hD.
Perusahaan Cina Minta 100 Ton per Bulan
Saat memberikan materi, Prof Suwandi menilai tepat Pemkab Dompu memasukan budidaya porang sebagai program unggulan.
“Setelah Kabupaten Dompu berhasil (pada komoditas) jagung, kita perlu evaluasi sejauhmana menyejahterakan masyarakat,” paparnya.
Dia menjelaskan, porang membutuhkan tanaman pelindung dengan kadar ideal 60-70 persen, sehingga jika dibudidayakan akan mengurangi degradasi kerusakan hutan.
“Saya merenung tanaman apa yang cocok di tengah degradasi kerusakan hutan,” ujarnya.
Terkait pasar porang, selama ini menurut dia, berada di Pulau Jawa. Namun, pengusaha-pengusaha lokal sering memainkan harga pada petani porang.
Karena itu, guru besar Unram itu mencari cara bagaimana bisa mengekspor langsung porang ke Cina. “Kami membentuk koperasi bagi petani dan beberapa kali mengekspor ke Cina,” jelasnya.
Sejauh ini, lanjutnya, ada tiga perusahaan Cina yang menanyakan kesiapan untuk menyediakan bahan mentah porang 100 ton chip per bulan.
“Porang di Lombok tidak cukup untuk itu. Kita berharap Dompu menjadi pusat agribisnis di Pulau Sumbawa,” tuturnya. (sdn)