”Selama Ini, Kami Baik Sekali, Kenalnya Luar-Dalam”
–
PROVINSI Nusa Tenggara Barat (NTB) dipastikan menjadi bagian Pilkada serentak 2024. Waktunya masih sekitar dua tahun lagi. Oktober 2022 – November 2024.
Secara matematisnya, waktu dua tahun itu lumayan lama. Namun, secara politis, tidak seberapa lama lagi. Sehingga, perbincangan seputar momen Pilkada dan Pemilu 2024, sudah bergulir dengan hangat.
Hampir dapat dipastikan, Gubernur sekarang Dr. H. Zulkieflimansyah akan kembali tampil pada Pilgub/Wagub yang dijadwalkan oleh KPU tanggal 27 November 2024 itu.
Menuju pesta demokrasi rakyat NTB lima tahunan tersebut, mencuat beberapa isu menarik. Antara lain perbincangan dan pertanyaan publik yang lumayan ramai;
Apakah Bang Zul atau Doktor Zul (sapaan akrab Dr. H. Zulkieflimansyah) masih kongsi dengan Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah (Umi Rohmi), Wakil Gubernur saat ini?
Ataukah pasangan atau paket yang dibangun pada Pilkada 2018 ini justeru akan pecah dan mereka “bertarung” pada Pilkada 2024?
Bagaimana kesiapannya?
Seperti apa kalkulasi dan hitung-hitungannya?
Sampai hari ini (Rabu, 19/10), belum ada yang pasti. Bang Zul sendiri jarang membicarakannya secara dini.
Tetapi pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas dijawab begitu diplomatis Bang Zul saat melakukan kunjungan kerja di Kabupaten Dompu, Selasa (18/10). Dari pernyataan dan penjelasannya, tersirat hal-hal yang semi pasti.
Pernyataan-pernyataan Bang Zul tersebut dilontarkannya dalam pertemuan spontan dan obrolan santai dengan sejumlah wartawan, di halaman STKIP Yapis Dompu, Selasa sore.
Usai memberikan kuliah umum pada mahasiswa di kampus itu, Bang Zul didampingi Kadis Kominfotik NTB Baiq Nelly Yuniarti, Kadis PUPR NTB H. Ridwan Syah dan beberapa pejabat lainnya. Termasuk Ketua STKIP Yapis Dr. Dodo Kurniawan.
Berikut rangkuman hasil perbincangan penulis dan beberapa wartawan dengan Bang Zul selama lebih kurang 20 menit tersebut;
Untuk 2024 bagaimana Bang Zul?
“Santai-santai saja. (Pilkada) 2024, santai-santai saja. Saya tidak mau tersandera oleh agenda 2024,” jawabnya setelah sempat menyambut pertanyaan itu dengan tertawa lebar.
Apakah kongsi Zul-Rohmi masih akan pertahankan, utuh, atau akan bagaimana?
“Begini. Semua politisi itu akan rasional,” tuturnya.
Maksud Bang Zul, kalau Umi Rohmi elektabilitasnya lebih tinggi, mungkin akan maju sendiri. Sebaliknya, jika elektabilitas Bang Zul lebih rendah, dipastikan tidak akan maju.
“Kalau saya elektabilitas rendah tapi disuruh maju, gak akan maju. Simpel saja politik itu,” tegasnya.
Sekarang, papar Bang Zul, tidak bisa mengatakan pastinya seperti apa. Alasannya, orang-orang, politisi, partai politik bisa menghitung.
“Tidak bisa mengatakan, kongsi ini kalau bersama, menang telak. Atau, kalau pisah, kalah telak. Karena siapapun politisi akan rasional juga,” tandasnya.
“Jadi, menurut saya, sampai 2024, orang akan rasional. Masih lihat-lihat. Bagaimana respons publik. Nggak bisa dipastikan, ini jadi, itu nggak jadi. Survei juga yang akan membuktikan,” sambung Bang Zul.
Tapi adakah rencana (keinginan) untuk Zul-Rohmi masih berpasangan?
Menanggapi pertanyaan itu, Bang Zul menunjukkan kedewasaan dan kemapannya dalam berpolitik. Kecerdasannya memberikan jawaban sangat terlihat dari poin-poin lontarannya. Meski jawabannya spontan, Bang Zul lihai memilih kata-kata yang disampaikan.
“Kalau menurut saya, selama ini saya bersama Bu Rohmi baik sekali. Belum pernah ada masalah apapun,” ujarnya.
Bang Zul sendiri mengaku, keduanya saling mengenal sangat santai. Hal tersebut, karena mereka mengenal bukan saat Pilkada saja. “Saya dan Bu Rohmi kenalnya sudah sangat lama,” urainya.
Ini juga, urainya, menjadi saksi dan bukti, bahwa mengenal pasangan Pilkada itu jauh sebelumnya. “Kenal lama sekali, kenalnya luar-dalam,” tegas Bang Zul lagi.
Mereka disatukan bukan hanya terkait kepentingan Pilkada. Kalau disatukan hanya karena kepentingan Pilkada, Bang Zul mengumpamakan, itu sama dengan (dua orang) tidur di ranjang yang sama tapi mimpinya beda.
Sebelum Pilkada NTB Juni 2018, dalam pertemuan dengan sejumlah wartawan di salah satu hotel di Dompu, Bang Zul dengan tegas mengatakan, tidak akan maju (calon) jika tidak berpasangan dengan Umi Rohmi. Apakah pernyataan dan sikap tegas itu masih berlaku untuk Pilkada NTB 2024?
Bang Zul menegaskan, jangan maju (calon), kalau tidak ada bus (kendaraan politik) yang pasti. Sejelek-jeleknya, Bang Zul ada PKS-nya, 10 persen dapat. Bu Rohmi ada NWDI-nya.
“Jadi, sebelum segala sesuatu, kami sudah punya bus yang relatif solid. Kalau NWDI 15 persen, PKS 10 persen, kan sudah 25 persen,” cetusnya. “Ditambah ‘partai pacuan kuda’ lima persen, 30 persen sudah,” sambungnya disambut tawa.
Menurutnya, penting kalkulasi-kalkulasi, hitungan-hitungan seperti itu. Sebab, dengan NTB saat ini, tidak ada lagi yang merasa minoritas-mayoritas.
Di NTB ini, ada 10 kabupaten dan kota. Sebagai politisi dan tentunya ada pengalaman dalam Pilkada, Bang Zul melihatnya (NTB) bisa dibagi empat.
Keempat “kawasan” pemetaan tersebut; Lombok Timur (Lotim) dengan 1,3 – 1,4 juta pemilih, Lombok Tengah (Loteng) 1,2 juta pemilih, Lombok Barat (Lobar) 1,4 bahkan 1,5 juta pemilih, dan Pulau Sumbawa.
“Lombok Utara dan Kota Mataram dihitung satu dengan Lombok Barat. Karena waktu kita masih muda, Lombok Barat satu saja,” katanya seraya menambahkan, “Pulau Sumbawa pun dihitung satu. Jadi, ada empat yang sama besar.”
Bang Zul lalu mencontohkan, kalau dia kalah di Lombok Timur, maka minimal di Pulau Sumbawa harus menang. Dua Dapil (pembagian) yang lain, harus dicari.
Kemudian, misalnya ada pasangan calon lain menang di Lotim dan Loteng. Maka, di dua Dapil yang lain, Bang Zul harus menang dan kemenangannya harus lebih besar dari kekalahan di Lotim atau Loteng.
“Itu contoh saja. Karena, di Lombok Timur partai terbesar, PKS. NWDI juga kuat di sana. Jadi, kita tidak kalah-kalah telak-lah,” katanya bergurau. (sarwon al khan)