Manajer Komunikasi PT. STM Agus Hermawan (pegang mic) didampingi stafnya, Dewi, menjawab berbagai pertanyaan dan membeberkan sejumlah kontribusi PT. STM bagi masyarakat dan daerah Dompu, terutama Kecamatan Hu’u. (tim/lakeynews.com)

Catatan:

Sarwon Al Khan, Dompu – NTB

Terhitung 11 tahun sudah PT. Sumbawa Timur Mining (PT. STM) melakukan eksplorasi tambang proyek Hu’u, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Dan, masih berlangsung. Sampai kapan? Mengapa begitu lama? Lalu kapan baru akan eksploitasi?

MANAJEMEN PT. STM melalui bagian komunikasi (Humas) kembali mengundang insan media massa di Kabupaten Dompu. Belasan pimpinan media dan wartawan hadir dalam gawe Bincang Santai Bersama PT. STM, di Four F Cafe – Dompu, Jumat (17/12) siang itu.

Pertemuan untuk merekatkan hubungan dan silaturahmi itu memang berlangsung santai, rileks dan kekeluargaan. Sembari menikmati bersama santapan siang yang tersedia.

Lepas itu, Manajer Komunikasi PT. STM Agus Hermawan, memaparkan berbagai hal tentang aktivitas perusahaan tambang tersebut. Mulai dari awal kegiatan hingga posisinya hingga Desember tahun ini.

Agus menguraikan aktivitas dan kontribusi yang sudah, sedang dan akan dilakukan PT. STM terhadap masyarakat dan daerah ini. Termasuk bagi perusahaan lokal Hu’u.

Jumlah tenaga kerja dan persentase tenaga lokal dan luar, juga disampaikan. Hingga Desember ini, jumlah tenaga kerja di PT. STM lebih kurang 800 orang di berbagai bidang pekerjaan.

“60 persen diantaranya merupakan tenaga kerja lokal, 40 tenaga kerja luar Dompu,” jelas Agus dalam pertemuan yang dilaksanakan usai Jumatan itu.

Manajer Komunikasi PT. Sumbawa Timur Mining (PT. STM) Agus Hermawan. (tim/lakeynews.com)

Yang paling sering ditanyakan publik adalah sudah sampai tahap mana kegiatan PT. STM? Jika masih eksplorasi, sampai kapan? Kapan pula rencana (estimasi) eksploitasinya?

Secara umum, hal ini dijelaskan Agus dalam pertemuan tersebut. Namun, untuk lebih jelas dan mendalamnya, Lakeynews.com mewawancarai khusus usai acara. Berikut rangkuman hasil wawancara tersebut.

“PT. STM saat ini masih dalam tahap eksplorasi,” kata Agus menjawab salah satu pertanyaan di atas.

Diakuinya, tahapan eksplorasi ini cukup panjang. Hal itu untuk memastikan, bahwa operasional tambang yang akan dilakukan di Proyek Hu’u dianggap layak secara ekonomi, teknis dan berkelanjutan.

“Saat ini, kita juga sedang mengumpulkan sebanyak mungkin informasi. Bukan hanya dari atas tanah tapi juga dari bawah tanah,” paparnya.

Tapi yang terpenting, menurut dia, dari potensi batuan yang ada di bawah tahan. Tidak gampang memang, karena PT. STM harus melakukan pemboran 1500-2000 meter di bawah permukaan.

Sedalam itukah?

“Ya, dalam sekali. Pemboran itu untuk mengumpulkan dan menganalisa sampel batuan dari dalam tanah tersebut,” jawab Agus.

Sebab, setelah itulah, baru pihaknya menentukan desain tambang yang akan dibuat. Berikut, cara melakukan operasi penambangannya.

Kalau misalnya data yang didapatkan terlalu sedikit, lanjutnya, itu kemungkinan potensi yang ada tidak dapat diambil semua. Tidak akan optimal.

“Kita harus mengetahui betul, seperti apa situasi di bawah itu? Tantangannya seperti apa? Baru kita putuskan masuk dalam tahapan konstruksi. Kemudian produksi,” urainya.

Sebagaimana disebutkan juga dalam pertemuan dengan wartawan, bahwa tahapan eksplorasi yang betul-betul dikebut itu mulai tahun 2019.

Diakui Agus, sebelumnya terkait eksplorasi ini tidak banyak dilakukan. Alasannya, PT. Vale sendiri baru masuk ke PT. STM tahun 2012. “Baru efektif ditahun-tahun selanjutnya, mulai 2013,” paparnya.

Eksplorasi dilakukan betul-betul menyasar potensi yang memang sudah diidentifikasi tahun 2013. Yaitu potensi Mineral Onto di wilayah Kecamatan Hu’u.

Manajer Komunikasi PT. STM Agus Hermawan memaparkan perkembangan kegiatan perusahaan tambang itu kepada insan media massa dalam pertemuan di Four F Cafe – Dompu. (tim/lakeynews.com)

Bukankah kegiatan eksplorasi dilakukan sejak sekitar tahun 2009? Mengapa begitu lama sekali prosesnya?

“Benar. Eksplorasi itu mulainya sekitar tahun 2009. Potensi Onto ditemukan tahun 2013,” jawabnya.

Selain PT. Vale baru masuk 2012, apa masalah yang menghambat, sehingga eksplorasi terkesan berlarut-larut?

“Masalah kemudian, ketika PT. STM dihadapkan dengan beberapa kendala. Salah satunya, terkait izin penggunaan kawasan hutan dari Kementerian Kehutanan,” jelas Agus.

“Beberapa tahun kita vakum. Tidak melakukan kegiatan karena izin penggunaan kawasan hutan belum (telat) turun,” sambungnya.

Aktivitas eksplorasinya baru dilanjutkan tahun 2017. Dan, intensif eksplorasinya dilakukan 2019 sampai sekarang (Desember 2021).

Kira-kira masih berapa lama lagi eksplorasi ini dilakukan? Lalu estimasi ekploitasinya dimulai kapan?

Menanggapi pertanyaan itu, Agus mengatakan, estimasi eksploitasi, kira-kira tahun 2030. Itu menurut studi engineering (keahlian) PT. STM. “Bisa saja meleset, lebih lama lagi atau lebih cepat. Kita akan terus update (perbarui),” tuturnya.

Faktor apakah yang membuat eksploitasi baru akan dapat dilakukan sekitar 2030, atau sekitar sembilan tahun lagi?

Kata Agus, perkiraan atau estimasi itu berdasarkan studi-studi yang telah dilakukan. Mulai dari studi geologi, geoteknis, geofisika. Termasuk bagaimana situasi dalam tanah itu? Berikut tantangan-tantangannya. Misalnya, jenis batuan, lokasi, kedalaman dan lainnya.

Kalau di permukaan, istilahnya di atas meja, bagi PT. STM itu gampang saja. Tapi ini letaknya di bawah tanah, dengan kedalaman 1500-2000 meter. “Ini sangat dalam dan susah sekali,” jelas Agus sembari berharap, kondisi ini dapat dipahami semua pihak. (*)