Kuliah Umum di Jogja, Bicara ”Pencapaian dan Tantangan TGB dalam Membangun NTB”
JOGJAKARTA, Lakeynews.com – Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB) Dr. TGH. M. Zainul Majdi, MA, akhirnya menanggapi isu “pilih kasih” perhatian dalam membangun Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Isu tersebut, selama ini muncul dari beberapa perbincangan, termasuk di media sosial.
Gubernur yang akrab disapa TGB (Tuan Guru Bajang) itu, menampik anggapan tidak adil dalam pembangunan di dua pulau tersebut. “Luas wilayah Pulau Sumbawa yang membuat kesan pembangunan sangat lambat dan tidak merata,” jelas TGB.
Penjelasan tersebut disampaikan TGB ketika mengisi kuliah umum yang digelar mahasiswa dan masyarakat NTB Jogjakarta, di Auditorium Universitas PGRI Jogjakarta, Sabtu (13/7/2017).
Informasi yang diperoleh Lakeynews.com di sekitar lokasi kuliah umum, Gubernur NTB melakukan perjalanan Safari Dakwah se-Jawa Tengah dan Jogjakarta selama tiga hari, 12-14 Mei 2017. Salah satu agendanya, mengisi kuliah umum yang dipelopori oleh kelompok mahasiswa Sape, Naganuri Jogjakarta.
Saat sesi diskusi, kesan “pilih kasih” Gubernur NTB dalam membangun Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, kembali muncul dari pernyataan peserta.
“Sangat terlihat kesenjangan untuk pembangunan di (Pulau) Lombok dan Sumbawa. Ketimpangan sangat terlihat,” papar salah seorang mahasiswa yang juga ketua panitia kuliah umum itu, Rony Irawan.
“Harapannya bisa dilakukan pemerataan pembangunan dengan adil,” sambung Irawan pada kegiatan bertajuk “Pencapaian dan Tantangan Kepemimpinan TGB dalam Membangun NTB” itu.
Beberapa peserta dari Pulau Sumbawa juga memberikan keluh kesahnya. Diantaranya, terkait kondisi jalanan di beberapa titik yang belum diaspal, akses informasi dan telekomunikasi belum ada. “Sumbawa itu lebih cocok untuk pertanian, bukan pertambangan,” tutur salah satu peserta.
Menyikapi hal tersebut, TGB menampik tudingan adanya ketidakadilan pembangunan di dua pulau yang masih dalam satu provinsi tersebut. Menurut dia, luas daerah Pulau Sumbawa yang membuat kesan pembangunan sangat lambat dan tidak merata.
“Aspal akan dilakukan koordinasi dengan pemerintah setempat. Masalahnya adalah keterbatasan anggaran. Karena (Pulau) Lombok itu kecil, makanya terlihat merata,” papar TGB.
Masalah pertanian, TGB juga memiliki pandangan yang serupa dengan peserta. Hanya saja, untuk lahan pertanian dia lebih setuju dikembangkan di Sumbawa bagian utara. Sedangkan bagian selatan untuk pertambang. “Tapi akan diatur sedemikian rupa,” ujarnya.
Lebih jauh TGB mengungkapkan, tantangan yang dihadapi NTB, lebih banyak masyarakat (warga) yang berkarir di luar (NTB). Hal itu disebabkan faktor lingkungan yang tidak memungkinkan.
Yang ingin digenjot selama NTB dalam kepemimpinan TGB adalah pemberian ruang bagi masyarakat untuk terus berkarir dan membangun daerah.
“Untuk progress pembangunan, NTB dapat penghargaan MDG’s berturut-turut lima kali, tapi IPM masih rendah. Harapan kita, masyarakat NTB bisa memaksimalkan kemampuan dalam kondisi yang ada,” tandas TGB. (fiq)