Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Ar-Rizky Pajo, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kembali mengukir kisah menarik dan unik, bahkan menjadi inspirasi bagi lembaga pendidikan lainnya. Bayangkan saja, saat Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) Tahun Pelajaran (TP) 2016/2017 berlangsung, jaringan internet di sekolah justru tidak ada sama sekali (nihil). Tetapi, UNBK toh tetap berlangsung sesuai harapan. Apa saja strategi dan siasat pihak sekolah terkait, sehingga mampu mengatasi masalah paling krusial dan sensitif tersebut?

Nihilnya jaringan internet, siswa-siswi SMK Ar-Rizky Pajo, Kabupaten Dompu, NTB, terpaksa mengikuti UNBK dengan meminjam ruangan TU sekolah lain. Mereka duduk langsung di lantai tanpa beralaskan apa-apa. (sarwon/lakeynews.com)

=========

Sarwon Al Khan, Dompu-NTB

=========

DIAKUI atau tidak, pelaksanaan UNBK di Kabupaten Dompu tahun ini berjalan lancar dan aman. Secara umum, tidak ada kendala yang berarti, terutama berkaitan dengan pendistribusian soal. Persiapan pun rata-rata matang.

Kendati demikian, dibalik kelancaran pelaksanaan UNBK itu terdapat terdapat sederet fakta yang membuat mata terbelalak. Betapa tidak, di satu sisi, ada sekolah (terutama negeri) yang dinilai sudah sangat memungkinkan justru tidak melaksanakan UNBK. Namun, pada sisi lain, ada sekolah (swasta) dengan serba keterbatasan malah berani mengambil sikap untuk melaksanakan UNBK.

Salah satunya, SMK Ar-Rizky Pajo, dengan jumlah peserta ujian 30 siswa. Sekolah yang berkedudukan di Jalan Lintas Jambu Nomor 1 Desa Lune, Kecamatan Pajo, itu menunjukkan perjuangan luar biasa.

Perjuangan ekstra yang dilakukan pihak sekolah ini sejak Simulasi UNBK kedua dan ketiga serta Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), beberapa waktu lalu. Karena kendala jaringan internet, saat itu, UNBK dan USBN-nya terpaksa dilaksanakan di rumah kepala sekolah (Kasek),  dengan melantai beralaskan karpet.

Kepala SMK Ar-Rizky Pajo, Kabupaten Dompu, NTB, Mukhlis, SE. (ist/lakeynews.com)

Persoalan yang sama, yaitu tidak adanya jaringan internet, ternyata terulang lagi dalam pelaksanaan UNBK yang dimulai Senin, 3 April lalu. Agar UNBK ini tetap terlaksana, pihak sekolah terpaksa meminjam salah satu ruangan di SMK Al-Muchsin yang lokasinya dalam wilayah kota.

Jarak antara SMK Ar-Rizky dengan SMK Al-Muchsin lebih kurang 19 kilometer (Km). Ukuran ruangan yang dipinjam SMK Ar-Rizky untuk tempat ujian anak didiknya sekitar 4 x 4 meter, dan selama ini sebagai ruang Tata Usaha (TU) SMK Al-Muchsin.

Pantauan Lakeynews.com, 30 siswa dan siswi yang mengikuti UNBK tersebut, duduk langsung di atas lantai berkeramik tanpa beralaskan apa-apa, seperti karpet dan lainnya.

Meski begitu, semangat dan antusiasme siswa mengikuti UNBK sangat tinggi. Mereka tidak mempersoalkan kegiatan ujian yang terpaksa berjalan di sekolah lain dengan kondisi seperti itu.

“Alhamdulillah, sampai hari ketiga UNBK, pelaksanaannya berjalan lancar. Mudah-mudahan pada hari terakhir (Kamis, 6/4) juga sama, tidak ada gangguan dan hambatan yang berarti,” kata kepala SMK Ar-Rizky, Mukhlis, SE, ketika ditemui di sela-sela memantau ujian anak-anak didiknya, Rabu pagi menjelang siang.

Terkait kendala yang dihadapi pihaknya saat UNBK berlangsung, Mukhlis berharap agar tersebut menjadi bagian yang diperhatikan oleh pemerintah. SMK Ar-Rizky, menurutnya, bisa dijadikan bahan evaluasi pemerintah ke depannya, khususnya menyangkut masalah jaringan internet tersebut.

Meski telah memiliki ruang Lab Komputer sendiri yang representatif seperti pada gambar, nihilnya jaringan internet membuat siswa-siswi SMK Ar-Rizky Pajo ini mengikuti UNBK dengan meminjam ruangan sekolah lain. (ist/lakeynews.com)

“Ini harapan kami kepada pemerintah. Ke depan, ketika sekolah sudah siap melaksanakan UNBK maka tidak terjadi lagi hal seperti yang dialami sekolah kami sekarang,” tegasnya.

Kenapa terlalu berani melaksanakan UNBK padahal kendalanya begitu luar biasa?

Kasek muda ini kemudian menceritakan secara umum sikap dan keputusan pihak sekolah melaksanakan UNBK. Sejak awal Pemerintah Provinsi NTB melalaui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) menegaskan, ujian nasional tahun ini tidak ada lagi yang memakai kertas, tetapi berbasis komputer.

“Akhirnya pada saat itu, saya selaku kepala sekolah mengambil keputusan untuk melaksanakan UNBK tersebut,” urainya.

Adanya kendala masalah jaringan internet, semata-mata bukan karena belum matangnya persiapan yang dilakukan pihak sekolah. Namun, lebih pada karena lokasi sekolah yang berada di pelosok.

Berbagai fasilitas pendukung UNBK sudah dipersiapkan lengkap. Laboratorium Komputer, Laptop dan server dua unit sudah disediakan. Sedangkan untuk internetan, pihak sekolah mengusahakan modem dengan kuota besar. Tapi itulah, lagi-lagi jaringan internet di sekolah tersebut sama sekali tidak ada. Hal tersebut membuat pihak sekolah tidak bisa berbuat-apa untuk melaksanakan UNBK di sekolah itu.

“Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada SMK Al-Muchsin yang sudah membantu meminjamkan dan menyediakan ruangan ujian bagi siswa-siswa kami,” sambung Mukhlis.

Pada hari kedua pelaksanaan UNBK, kegiatan ujian sekolahnya mendapat kunjungan dan monitoring dari utusan Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) Provinsi NTB Dr. Syamsul dan pihak UPT. Menurut Mukhlis, dalam kunjungannya itu, Syamsul berjanji akan melaporkan kondisi yang dihadapi dan perjuangan yang dilakukan SMK Ar-Rizky ke pusat. (*)