MATARAM, Lakeynews.com – Mahasiswa Donggo dan Soromandi (Madisa) Mataram menggedor Mapolda NTB, Rabu (21/12). Mereka mendesak kepolisian mengusut dugaan korupsi proyek Sistem Penyedia Air Minum (SPAM) di dua kecamatan pada wilayah Bima Barat yang dikerjakan tahun 2009 dan 2013 itu.
Dalam aksinya itu, mahasiswa menuding proyek miliaran tersebut sia-sia dan tidak memberikan manfaat bagi masyarakat. Padahal, dua proyek itu dihajatkan untuk mengatasi kekeringan di dua kecamatan tersebut.
Orator aksi Satria Tesa Pratama mengungkapkan, anggaran untuk pengadaan air bersih pada tahun 2009 sebesar Rp 6,2 miliar. Proyek ini berlokasi di Desa Kala, tepatnya di mata air Ntuda Ncora. “Kami desak Polda mengusut dugaan korupsi dua proyek tersebut,” katanya.
Anggaran yang bersumber dari APBN dikucurkan untuk menjawab kebutuhan air di Desa Kala, O’o, Doridungga dan Bajo. Hanya saja, proyek yang dikerjakan PT Jasuka Bangun Pratama dinilai gagal. Masyarakat setempat masih kesulitan air bersih.
“Sampai saat ini masyarakat belum menikmati hasil dari proyek tersebut,” bebera Satria.
Korlap Aksi Arif mengatakan, proyek yang sama juga turun tahun 2013. Proyek tersebut dikerjakan CV Ferdefi dengan anggaran sekitar Rp 1,3 miliar. “Sayangnya proyek itu tidak memberikan manfaat bagi masyarakat,” sebutnya.
Dia juga membeberkan pipa proyek tersebut sebagiannya tidak tanam. Ia menduga proyek tersebut dikerjakan asal-asalan. “Kami minta Polda segera turun dan menyelidiki indikasi penyimpangan dua proyek tersebut,” desak dia.
Setelah puas berorasi, perwakilan mahasiswa beranjak menuju gedung Ditreskrimsus Polda NTB. Mereka hendak bertemu pejabat Polda dan menyampaikan data dugaan korupsi pengadaan air bersih tersebut. Hanya saja, empat mahasiswa tersebut tidak berhasil menemui satupun pejabat Polda.
Keluar dari gedung tersebut, mahasiswa meluapkan kekecewaan. “Kami tak ditemui,” teriak Kordum Aksi, Kur’an.
Di penghujung aksinya, mahasiswa sempat adu mulut dengan polisi. Mahasiswa yang beraksi di gerbang masuk Polda diminta berorasi di luar. Namun permintaan itu tidak digubris.
Mahasiswa tetap bersikeras membacakan tuntutannya di dalam gerbang. Polisi pun memilih untuk mengamini keinginan mahasiswa.
Aksi mahasiswa berjalan damai. Kemudiam bergegas menuju DPRD NTB dan Kantor Gubernur untuk menyampaikan tuntutannya. (ji)