DOMPU, Lakeynews.com – Jahe merah rupanya komoditi tanaman produktif yang hasilnya sangat menjanjikan bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain masa produksi yang hanya 10 bulan dan sudah langsung panen, juga bahan bakunya ini sering dicari untuk kebutuhan bumbu dapur.
Melihat komoditi yang menjanjikan ini, Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) Ampang Riwo Soromandi (ARS), tengah melakukan penanaman percobaan jahe merah pada wilayah garapnya, seperti di Hutan Desa Saneo, Desa Riwo, Kecamatan Woja dan Hutan Desa Kilo.
“Di masing-masing wilayah dipatok dua hektare untuk percobaan. Nantinya, akan dikelola langsung oleh masyarakat setempat,” kata Kepala KHPL ARS Dompu H Sukirman Sindu Siregar, S.Hut, pada Lakeynews.com, Rabu (21/12) siang.
Dikatakannya, komoditi ini berbeda dengan pohon sengong dan pohon kemiri yang memakan waktu bertahun-tahun baru bisa dinikmati hasilnya. Keunggulan jahe merah ini karena sangat didukung kondisi geografis Dompu yang cenderung dingin.
“Program ini akan dikembangkan langsung oleh masyarakat. Kami hanya memobilisasi masyarakat untuk bisa bekerja agar tidak terpaku pada satu pokok saja. Untuk hasilnya, KPHL hanya lima hingga 10 persen,” ujarnya.
“Kita giring ke masyarakat, soalnya masyarakat Dompu ini kritis, tidak serta merta terima apa yang kita ajukan,” tambahnya.
Lelaki asal Cirebon yang akrab disapa H Mei itu menjelaskan, jahe merah tidak dapat dimakan oleh hama babi hutan. Untuk percobaannya, sudah ditanam sejak bulan November 2016.
Dikatakannya, program ini merupakan inisiatif dari KPHL ARS untuk mengembangkan masyarakat. Nantinya, setelah percobaan ini berhasil, akan ditanam pada hutan Dompu seluas 15 ribu hektare.
“Jahe merah akan berpengaruh besar pada peningkatan ekonomi masyarakat petani. Komoditi ini menjanjikan jutaan rupiah. Itu sudah kami prediksi,” tuturnya. (far)