DOMPU, Lakeynews.com – Bangunan (gedung) Madrasah Ibtidaiyah (MI) Yayasan Pondok Pesantren (Ponpes) A Dakwah di Desa Mbawi, Kecamatan Dompu, Kabupaten Dompu, sangat memprihatinkan. Dikuatirkan, sewaktu-waktu dapat mengancam keselamatan siswa dan guru yang sedang menjalankan proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Sejauh ini, meski kerap diselimuti rasa was-was dan kekuatiran, KBM di MI yang dibangun tahun 2009 tersebut tetap berjalan. Apalagi animo dan semangat belajar siswa begitu tinggi.
Sejak dibangun sekitar tujuh tahun lalu, MI ini tidak pernah disentuh dan mendapatkan bantuan dari pemerintah terkait, terutama Kementerian Agama (Kemenag) RI. Proposal demi proposal diajukan, komunikasi intens dijalin, namun bantuan yang diharapkan tidak kunjung muncul. Akibatnya, dengan biaya seadanya, kerelaan dan keikhlasan para guru, KBM pun berjalan dalam kondisi dan peralatan seadanya.
“Sudah berulangkali kami ajukan proposal kepada Kemenag, tapi mereka tidak pernah memperhatikan sama sekali. Upaya komunikasi selalu dilakukan kepada Kepala Kemenag Dompu, dia hanya mengatakan Insya Allah,” ungkap Kepala MI, Iskaha, S.Ag saat ditemui wartawan.
Gedung yang dibangun dengan menggunakan kayu sebagai dinding dan beratapkan seng tersebut, sudah dua kali mengalami ambruk karena dihantam angin kencang dan hujan. Ditambah lagi kondisi kayu penyangga atap yang sudah lapuk dimakan usia. Untuk menghindari kembali ambruknya bangunan itu, pihaknya menyangga dengan kayu balok.
“Sebelumnya, sudah pernah ambruk dua kali, tahun 2013 dan 2015. Akibatnya, semua peralatan seperti bangku, meja serta alat tulis rusak. Kami menggantinya dengan biaya sendiri tanpa bantuan dari pemerintah,” jelas Ishaka.
Sekolah dengan enam ruangan yang dihuni 125 siswa dan 14 Guru Tidak Tetap (GTT) itu, saat ini sangat mengharapkan bantuan bantuan gedung yang layak dari pemerintah. “MI dan sekolah dasar (setara) tujuannya sama-sama mencerdaskan anak bangsa, lihatlah kondisi kami,” harapnya.
Salah seorang GTT, Aisyah, mengaku terharu dengan kondisi tempat mengabdinya tersebut. “Kesan saya selama mengajar disini, cukup luar biasa dengan semangat para siswa saya. Sering mereka tanya kapan kita baru belajar di gedung yang layak dan bagus. Kami hanya bisa jawab, tunggu ada bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.
Aisyah yang mengajar di kelas dua dan mengabdi sejak sekolah itu dibangun, juga sangat mengharapkan perhatian dari pemerintah. Mengharapkan terpenuhinya sarana dan prasarana untuk mendukung mutu pendidikan di lembaga pendidikan yang sudah tiga kali melahirkan lulusan tersebut.
Potret sekolah yang konsisten menggratiskan seluruh biaya, perlengkapan selokan dan peralatan belajar ini, tentunya tidak terlepas dari tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Dompu. (far)