Bawang Goreng Bima produk kreatif anak-anak muda Bima yang tergabung dalam komunitas BABUJU. (foto ist/lakeynews.com)

BIMA, Lakeynews.com – Meski sudah tidak lagi menjadi Wakil Gubernur NTB, H Badrul Munir (BM), masih konsisten dan konsen memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan ekonomi kreatif di seantero wilayah Bumi Gora. Salah satunya, Bawang Goreng Bima yang merupakan produk kreatif anak-anak muda Bima yang tergabung dalam komunitas BABUJU.

“Akankah Bawang Goreng Bima menjadi Branding Bima? Kita lihat seberapa besar minat dan fasilitasi pemerintah dalam menggerakkan dunia ekonomi kreatif ini untuk meningkatkan nilai tambah dan kesejahteraan masyarakat,” kata BM melalui akun pribadinya di media sosial Facebook, Kamis (8/12).

Menurut BM, suatu daerah bisa terkenal antara lain lewat kuliner atau komoditas khas daerah tersebut. Seperti Apel dari Malang, Markisah (Makassar), Gudek (Jogjakarta), Salak (Bali), Pelecing (Lombok) dan lainnya.

Sedangkan Bima, selama ini terkenal dengan Garoso (Srikaya)-nya. Tapi, kini muncul lagi produk kreatif anak muda “BABUJU”, Bawang Goreng Bima.

Mantan Wakil Gubernur NTB H Badrul Munir (BM). (foto ist/lakeynews.com)

“Jika selama ini bawang Bima yang terkenal itu diekspor dalam bentuk barang (bawang) mentah, kini dengan sentuhan inovasi (kelompok muda) sudah berubah jadi bawang goreng dengan cita rasa khas,” ujarnya kata-kata promotif.

Menanggapi itu, Asisten Bidang Perekonomian Setda Provinsi NTB HL Gita Aryadi, langsung menyergap status BM dengan menyatakan kesiapannya untuk membeli. “Siap beli jadi oleh-oleh untuk tamu……… tes tes tes…..,” tulis Gita.

Salah satu “owner” BABUJU, Rangga Babuju mengucapkan terimakasinya kepada BM. “Alhamdulillah, terima kasih ayahanda Badrul Munir yang sudah ikut memposting sekaligus mempromosikan upaya dan usaha kecil-kecil kami ini,” kata Rangga.
“Tinggal tunggu perintah dari Miq Lalu Gita Aryadi aja,” sambungnya.

Merespons harapan itu, Gita Aryadi mengaku, siap menjadi agen promosi seperti Kopi Babuju. “Dan, sudah action walau belum cicipi bawangnya. Bawang Goreng Bima harus kalahkan positioning Bawang Goreng Palu, Sulteng. Bawang Bima pasti lebih mak nyussss,” puji Gita meraba.

Pada sisi lain, Rangga Babuju mengaku, saat kuliah di Makassar tahun 2000-2008, Bawang Goreng Palu sudah menikmati berkali-kali. “Insya Allah, Bawang Goreng Bima dengan dua citarasa ini, setidaknya berani saya katakan sejajar dan malah di atasnya Bawang Goreng Palu,” tegasnya. “Hanya saja, di Palu, back up pemerintahnya memang luar biasa,” tambahnya.

Asisten Bidang Perekonomian Setda Provinsi NTB HL Gita Aryadi. (foto ist/lakeynews.com)

Rangga bahkan menjanjikan, ba’da Jumat (9/12, red) dirinya akan mengantarkan Bawang Goreng Bima ke ruangan HL Gita Aryadi. “Sekadar untuk dicicipi,” ujarnya.

Secara pribadi, Rangga pun berterima kasih bila media massa ikut mengangkat dan menyosialisasikan usaha dan hasil kreativitas mereka. “Kami hanyalah anak-anak muda sederhana yang mencoba menapaki ‘Koridor Tak Biasa’ pada umumnya untuk menunjukan diri,” ucapnya.

Tentu saja, papar Rangga, upaya yang dilakukan dengan segala keterbatasan kemampuan yang mereka sangat sadari. Itu semua dijalankan dengan tujuan agar Bima tidak semata-mata dicap “Zona Merah”. “Ayahanda Badrul Munir dan Mamiq Gite paham betul kondisi kami,” akunya. (won)