DOMPU, Lakeynews.com – “Jangan bertanya; apa yang negara/daerah berikan pada Anda, tapi tunjukkan; apa yang Anda berikan pada negara/daerah. Sekecil apapun kontribusi Anda akan sangat berpengaruh bagi kemajuan negara/daerah Anda.”
Kata-kata bijak itu tampaknya tepat disematkan pada elemen muda yang mengelola ”Sablon Dua Satu” di bilangan Dorotoi, Kelurahan Dorotangga, Kecamatan Dompu. Usaha yang mengandalkan kreativitas dan digawangi Firman alias Marombo itu, bertekad dan siap memelopori wilayah Dorotoi menjadi salah satu kampung wisata di Kabupaten Dompu untuk bidang sablon.
“Kami ingin Dorotoi ini menjadi Kampung Wisata Sablon,” kata Firman pada Lakeynews.com, Kamis (11/5/2017). Keinginan tersebut tidak lepas dari hasrat Firman dan kawan-kawannya ikut ambil bagian dalam memajukan dunia pariwisata di daerahnya.
Diketahui, saat ini Teluk Saleh, Pulau Moyo, Gunung Tambora (SAMOTA) terintegrasi dalam kawasan pariwisata dan ekonomi sebagai Wilayah Pengembangan Strategis (WPS). Seiring SAMOTA sebagai destinasi wisata dan ekonomi maritim kelas dunia, diperlukan civil society atau stakeholders ambil bagian dalam mewujudkan agenda besar itu.
Terkait hal tersebut, Dorotoi, Kelurahan Dorotangga, sebagai pintu gerbang memasuki wilayah kota Dompu diupayakan menjadi salah satu tempat singgah bagi para wisatawan mancanegara (Wisman) maupun wisatawan nusantara (Wisnu).
“Sebelum para wisatawan itu menuju ke beberapa destinasi wisata Dompu, seperti ke Pantai Lakey dan lainnya, mampir dulu di Kampung Wisata Sablon ini. Ini akan berimplikasi pada lamanya waktu tinggal wisatawan di daerah kita,” kata Ketua Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Dompu ini.
Melihat potensi (peluang) tersebut, sambung anggota Forum Pegiat Pariwisata Dompu (FPPD), diperlukan sebuah rencana atau konsep, sehingga Dorotoi benar-benar bisa menjadi salah satu kampung wisata. Firman yang merupakan pelaku industri sablon memandang, industri kreatif seperti sablon dianggapnya paling tepat untuk diangkat.
Industri Sablon Dua Satu telah hadir sejak beberapa tahun lalu. Untuk mewujudkan harapan terbentuknya Kampung Wisata Sablon, menurut Firman, diperlukan langkah-langkah konkret seperti membentuk industri sablon penunjang lainnya.
“Anak muda atau warga yang masih pengangguran bisa diberdayakan untuk belajar dan merintis usaha sablon. Ketika usaha sablon sudah banyak maka Dorotoi akan bisa menjadi sentra industri kreatif sablon,” urainya.
Firman optimis, ke depan sentra industri kreatif sablon bisa diarahkan menjadi salah satu kampung wisata yang fokus di bidang sablon. Sentra ini, bisa menyasar Wisman maupun Wisnu yang berkunjung ke Dompu, selain menyasar konsumen dalam daerah sendiri.
Menurut dia, hingga saat ini, wisatawan atau tamu-tamu dari daerah serta negara lain baru sekadar lewat saja di Dompu, tanpa ada yang bisa mereka lihat, lakukan dan bawa pulang sebagai cinderamata.
“Selain menjual hasil produksi industri ini, kita juga bisa menjual sensasi kepada tamu. Misalnya, bagaimana mereka merasakan menyablon sendiri kaos, yang mungkin tidak pernah mereka lakukan di negara atau daerah asalnya,” papar Firman.
Di Dompu, lanjutnya, belum banyak sentra kerajinan (industri) rumahan. Dorotoi bisa menjadi contoh bagi desa/kelurahan lain untuk mengembangkan industri rumahan dan sebagainya, sesuai dengan potensi yang dimiliki untuk menunjang kehidupan masyarakat sekitar.
“Harapan sederhana ini tentu hanya akan menjadi isapan jempol tanpa dukungan dari berbagai pihak, terutama pemerintah daerah,” tandas Firman bernada harap. (won)